Larangan Berhubungan dengan Jin
Oleh: Ence Surahman
Bismillahirahmannirahim
Assalamualaikum wr. wb.
Segala Puji, puja beserta segenap penghambaan kita serahkan hanya kepada Allah swt, karena Allah yang telah mencipta, sedang memelihara dan tempat kita semua kembali untuk untuk mempertanggungjawabkan segala betuk perbuatan kita selama menapaki kehidupan ini. Allah Yang mengatur semua ciptaan-Nya, Allah yang menghidupkan semua yang hidup dan Allah yang akan mematikan semua yang hidup itu, Allah yang telah memberikan kita rizki, Allah tempat kita memohon dan berlindung karena hanya Allah tempat kita bersandar. Kita bermunajat semoga hidup kita ini selalu berada dalam ridho-Nya, sehingga amal yang kita kumpulkan senantiasa penuh manfaat untuk orang banyak,
Salawat dan salam semoga selamanya tercurhalimpahkan kepada Da'i yang paling berhasil, kepada orang yang paling berpengaruh, sosok pemimin yang adil yakni Nabiyana Wahabibana Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi'in itbaut tabi'atnya dan untuk seluruh umatnya termasuk kita semoga kelak mendapatkan safa'atul uzma darinya amin,
Ihwah Fillah Rohimakumulloh.
a. Apa itu Jin?
1. Jin adalah makhluk ghaib (tidak nampak) dalam pandangan mata manusia yang normal, yang terbuat dari api yang sangat panas, sebagai mana firman Allah dalam Al-Qur'an
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya dari api yang sangat panas. (Al-Hijr: 26-27).
2. Tugas jin adalah sama dengan manusia yaitu untuk mengabdikan diri/beribadah kepada Allah,
sebagaimana firman-Nya dalam Al-qur'an:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz-dzariyat: 56).
3. Jin adalah makhluk yang berkembang biak dan berketurunan
Al-Quran juga menyebutkan bahwa di antara bangsa jin ada kaum laki-laki nya (rijal) sehingga para ulama menyimpulkan berarti ada kaum perempuannya (karena tidak dapat dikatakan laki-laki kalau tidak ada perempuan). Dengan demikian berarti mereka berkembang biak.
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6).
4. Jin dapat melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat melihat jin
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (Al-A’raf: 27).
Dan sesungguhnya di antara kami ada jin yang taat dan ada (pula) jin yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun jin yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahanam. (Al-Jin (72): 14-15).
b. Mengapa kita dilarang berhubungan dengan Jin?
Konsep bermu'amalah (bergaul) dalam kehidupan hanya berlaku antara manusia dengan manusia lagi, karena tujuan utama dari proses mualamah adalah untuk bisa saling mendapatkan kepuasan, baik itu secara lhir ataupun batin, adapun tujuan dari mu'amalah itu sedniri adalah diantaranya agara sesama manusai bisa saling menghormati, menyayangi, saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran, saling membantu, untuk mencapai tingkatan taqwa. Maka otomatis konsep mualamalh dngan jin sangat tidak wajar, dikarenakan keduabelah pihak yang melakukan pergaulannya tidak bisa saling berkomunikasi secara normal, maksudnya manusia tidak bisa melihat jin, sementara jin mampu melihat manuasia, yang selanjutnya bagi yang normal manusia tidak bisa berbicara/bercakap-cakap dengan jin karena ada pembatas alam yaitu antara alam ghaib dengan alam nyata,
Selain itu mengapa manusia dilarang berhubungan dengan jin, hal itu dikarenakan karena manusia tidak bisa melihat jin, maka dikawatirkan manusia berada pada posisi yang lemah sehingga mudah terperdaya oleh jin, selanjutnya dikhwatrikan juga ketika kita berhubungan dengan Jin, manusiakan tidak tahu apakah jin itu beriman kepad Allah atau kafir, kerena kita tidak tahu secara pasti sekalipun mereka mengaklu ima pada hal mungkin saja mereka itu berdusta, sehingga bisa saja mereka malah semakin menjuahkan diri kita dari Allah.
Selanjutnya berhubungan dengan jin tidak ada jaminan akan bisa menetramkan batin, sementara konsep mu'amalah dengan sesama manusia salah satu tujuannya adalah untuk memperoleh ketentraman batin, sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S Ar-Eum ayat 21.
Tentang ketenteraman hati manusia berhubungan dengan sesama manusia Allah swt berfirman:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar-Rum: 21).
Makna “dari jenismu sendiri’ adalah dari sesama manusia, bukan jin atau malaikat, atau makhluk lain yang bukan manusia. Karena hubungan dengan makhluk lain, apalagi dalam bentuk pernikahan, tidak akan melahirkan ketenteraman, padahal ketenteraman adalah tujuan utama menjalin hubungan.
Dalil lain tentang larangan berhubungan dengan jin adalah:
Imam At-Thabari dalam tafsirnya menyebutkan: “Ada penduduk kampung dari bangsa Arab yang menuruni lembah dan menambah dosa mereka dengan meminta perlindungan kepada jin penghuni lembah tersebut, lalu jin itu bertambah berani mengganggu mereka.
Maka berhubungan dengan jin tidak mungkin dilakukan kecuali apabila jin itu menghendakinya, dan sering kali ia baru bersedia apabila manusia memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat- syarat ini dapat dipastikan secara bertahap akan menggiring manusia jatuh kepada kemaksiatan, bahkan mungkin kemusyrikan dan kekufuran yang mengeluarkannya dari ajaran Islam. Na’udzu billah.
Wallahu a’lam.
Potensi bahaya ini dapat kita pahami dari hadits Qudsi di mana Rasulullah saw menyampaikan pesan Allah swt:
وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ، وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا. رواه مسلم
Dan sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku semua dalam keadaan hanif (lurus), dan sungguh mereka lalu didatangi oleh setan-setan yang menjauhkan mereka dari agama mereka, mengharamkan apa yang telah Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan-Ku dengan hal-hal yang tidak pernah Aku wahyukan kepada mereka sedikit pun. (Muslim)
C. Realita masyarakat yang melakukan hubungan dengan Jin
Deawasa ini, kita sering melihat dimedia masa, tidak sedikit orang yang terbiasa berhubungan dengan jin, baik itu terjadi dikalangan Kiayi, Ust, Santri ataupun masyarakat biasa, tujuannya bermacam-macam, ada yang hanya untuk dijadikan teman, atau ada juga yang untuk dijadikan pembantu setelah jin itu ditaklukan, namun ada juga tujuannya yang untuk dijadikan tempat meminta saran, juga sebagai pendamping hidup, namun yang tidak kalah mengerikan jin bisa dijadikan sebagai orang kepercayaan manusia itu, wallohu'alam, mungkin dukun juga mereka banyak meminta bantuan kepada jin, sehingga seolah mereka tahu tentang sesuatu yang dipandanga tidak mungkin, begitupun dengan peramal, kepabanyakn mereka pasti banyak berhubungan dengan jin, karena kalau secara normal sepertinya sangat tidak mungkin,
Dari beberapa realita yang bisa kita perhatikan, seperti dukun, peramal, maka kita bisa menyimpulkan bahwa berhubungan dengan jin terbilangan banyak madhorotnya kerimbang maslahatnya, dan hal ini perlu segera ditanggulangi agar jangan samapai manusia menjadi bnyak yang kebablasan berhubungan dengan jin sehingga melupakan kepada sesamanya, karena lebih mempriortitaskan jin.
Selain itu mengapa kita tidak diperbolehkan untukberhubungan dnegan jin, karena atidak ada satu keteranganpun baik itu dari Al-qur'an atupun alhadist yang enyatakan anjuran manusia berhubungan dnegan jin, wallohu'alam.
Referensi:
dakwatuna.com
Oleh: Ence Surahman
Bismillahirahmannirahim
Assalamualaikum wr. wb.
Segala Puji, puja beserta segenap penghambaan kita serahkan hanya kepada Allah swt, karena Allah yang telah mencipta, sedang memelihara dan tempat kita semua kembali untuk untuk mempertanggungjawabkan segala betuk perbuatan kita selama menapaki kehidupan ini. Allah Yang mengatur semua ciptaan-Nya, Allah yang menghidupkan semua yang hidup dan Allah yang akan mematikan semua yang hidup itu, Allah yang telah memberikan kita rizki, Allah tempat kita memohon dan berlindung karena hanya Allah tempat kita bersandar. Kita bermunajat semoga hidup kita ini selalu berada dalam ridho-Nya, sehingga amal yang kita kumpulkan senantiasa penuh manfaat untuk orang banyak,
Salawat dan salam semoga selamanya tercurhalimpahkan kepada Da'i yang paling berhasil, kepada orang yang paling berpengaruh, sosok pemimin yang adil yakni Nabiyana Wahabibana Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi'in itbaut tabi'atnya dan untuk seluruh umatnya termasuk kita semoga kelak mendapatkan safa'atul uzma darinya amin,
Ihwah Fillah Rohimakumulloh.
a. Apa itu Jin?
1. Jin adalah makhluk ghaib (tidak nampak) dalam pandangan mata manusia yang normal, yang terbuat dari api yang sangat panas, sebagai mana firman Allah dalam Al-Qur'an
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya dari api yang sangat panas. (Al-Hijr: 26-27).
2. Tugas jin adalah sama dengan manusia yaitu untuk mengabdikan diri/beribadah kepada Allah,
sebagaimana firman-Nya dalam Al-qur'an:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz-dzariyat: 56).
3. Jin adalah makhluk yang berkembang biak dan berketurunan
Al-Quran juga menyebutkan bahwa di antara bangsa jin ada kaum laki-laki nya (rijal) sehingga para ulama menyimpulkan berarti ada kaum perempuannya (karena tidak dapat dikatakan laki-laki kalau tidak ada perempuan). Dengan demikian berarti mereka berkembang biak.
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6).
4. Jin dapat melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat melihat jin
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (Al-A’raf: 27).
Dan sesungguhnya di antara kami ada jin yang taat dan ada (pula) jin yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun jin yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahanam. (Al-Jin (72): 14-15).
b. Mengapa kita dilarang berhubungan dengan Jin?
Konsep bermu'amalah (bergaul) dalam kehidupan hanya berlaku antara manusia dengan manusia lagi, karena tujuan utama dari proses mualamah adalah untuk bisa saling mendapatkan kepuasan, baik itu secara lhir ataupun batin, adapun tujuan dari mu'amalah itu sedniri adalah diantaranya agara sesama manusai bisa saling menghormati, menyayangi, saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran, saling membantu, untuk mencapai tingkatan taqwa. Maka otomatis konsep mualamalh dngan jin sangat tidak wajar, dikarenakan keduabelah pihak yang melakukan pergaulannya tidak bisa saling berkomunikasi secara normal, maksudnya manusia tidak bisa melihat jin, sementara jin mampu melihat manuasia, yang selanjutnya bagi yang normal manusia tidak bisa berbicara/bercakap-cakap dengan jin karena ada pembatas alam yaitu antara alam ghaib dengan alam nyata,
Selain itu mengapa manusia dilarang berhubungan dengan jin, hal itu dikarenakan karena manusia tidak bisa melihat jin, maka dikawatirkan manusia berada pada posisi yang lemah sehingga mudah terperdaya oleh jin, selanjutnya dikhwatrikan juga ketika kita berhubungan dengan Jin, manusiakan tidak tahu apakah jin itu beriman kepad Allah atau kafir, kerena kita tidak tahu secara pasti sekalipun mereka mengaklu ima pada hal mungkin saja mereka itu berdusta, sehingga bisa saja mereka malah semakin menjuahkan diri kita dari Allah.
Selanjutnya berhubungan dengan jin tidak ada jaminan akan bisa menetramkan batin, sementara konsep mu'amalah dengan sesama manusia salah satu tujuannya adalah untuk memperoleh ketentraman batin, sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S Ar-Eum ayat 21.
Tentang ketenteraman hati manusia berhubungan dengan sesama manusia Allah swt berfirman:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar-Rum: 21).
Makna “dari jenismu sendiri’ adalah dari sesama manusia, bukan jin atau malaikat, atau makhluk lain yang bukan manusia. Karena hubungan dengan makhluk lain, apalagi dalam bentuk pernikahan, tidak akan melahirkan ketenteraman, padahal ketenteraman adalah tujuan utama menjalin hubungan.
Dalil lain tentang larangan berhubungan dengan jin adalah:
Imam At-Thabari dalam tafsirnya menyebutkan: “Ada penduduk kampung dari bangsa Arab yang menuruni lembah dan menambah dosa mereka dengan meminta perlindungan kepada jin penghuni lembah tersebut, lalu jin itu bertambah berani mengganggu mereka.
Maka berhubungan dengan jin tidak mungkin dilakukan kecuali apabila jin itu menghendakinya, dan sering kali ia baru bersedia apabila manusia memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat- syarat ini dapat dipastikan secara bertahap akan menggiring manusia jatuh kepada kemaksiatan, bahkan mungkin kemusyrikan dan kekufuran yang mengeluarkannya dari ajaran Islam. Na’udzu billah.
Wallahu a’lam.
Potensi bahaya ini dapat kita pahami dari hadits Qudsi di mana Rasulullah saw menyampaikan pesan Allah swt:
وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ، وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا. رواه مسلم
Dan sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku semua dalam keadaan hanif (lurus), dan sungguh mereka lalu didatangi oleh setan-setan yang menjauhkan mereka dari agama mereka, mengharamkan apa yang telah Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan-Ku dengan hal-hal yang tidak pernah Aku wahyukan kepada mereka sedikit pun. (Muslim)
C. Realita masyarakat yang melakukan hubungan dengan Jin
Deawasa ini, kita sering melihat dimedia masa, tidak sedikit orang yang terbiasa berhubungan dengan jin, baik itu terjadi dikalangan Kiayi, Ust, Santri ataupun masyarakat biasa, tujuannya bermacam-macam, ada yang hanya untuk dijadikan teman, atau ada juga yang untuk dijadikan pembantu setelah jin itu ditaklukan, namun ada juga tujuannya yang untuk dijadikan tempat meminta saran, juga sebagai pendamping hidup, namun yang tidak kalah mengerikan jin bisa dijadikan sebagai orang kepercayaan manusia itu, wallohu'alam, mungkin dukun juga mereka banyak meminta bantuan kepada jin, sehingga seolah mereka tahu tentang sesuatu yang dipandanga tidak mungkin, begitupun dengan peramal, kepabanyakn mereka pasti banyak berhubungan dengan jin, karena kalau secara normal sepertinya sangat tidak mungkin,
Dari beberapa realita yang bisa kita perhatikan, seperti dukun, peramal, maka kita bisa menyimpulkan bahwa berhubungan dengan jin terbilangan banyak madhorotnya kerimbang maslahatnya, dan hal ini perlu segera ditanggulangi agar jangan samapai manusia menjadi bnyak yang kebablasan berhubungan dengan jin sehingga melupakan kepada sesamanya, karena lebih mempriortitaskan jin.
Selain itu mengapa kita tidak diperbolehkan untukberhubungan dnegan jin, karena atidak ada satu keteranganpun baik itu dari Al-qur'an atupun alhadist yang enyatakan anjuran manusia berhubungan dnegan jin, wallohu'alam.
Referensi:
dakwatuna.com
Alhm...
BalasHapusMenambah ilmu, karena semuanya disertai dasar/dalil nya...
keep on writing...
Semoga dpt bermanfaat materi nya.izin copy kak.
BalasHapus