SADARILAH WAHAI SAUDARAKU
Sebuah risalah untuk muslim
Oleh: Ence Surahman
Mhs. UPI Bandung
Bismillahirahmanirahim.
Hanya kepada Allah kita berserah diri, hanya kepada Allah kita meminta, hanya kepada Allah kita bergantung, hanya kepada Allah kita mengadu, karena hanya kepada Allah pula kita akan kembali, lantas mengapa manusia banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya telah ada yang mencipta, bahwa dirinya sedang ada yang menilai, dan dirinya harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya selama ia hidup dialam yang dimana ia harus siap sigap setiap saat untuk berbekal yang banyak sebagai persiapannya menghadap yang bijak Allah swt.
Saudaraku kita harus faham betul, hidup ini adalah pilihan, apakah kita ingin hidup bahagia ataukah sengsara? Sebuah pilihan yang mudah namun susah, pilihan yang gampang namun membingungkan? Siapa yang bingung? Sebenarnya jika kita sudah faham, maka tidak ada kata susah, tidak ada istilah membingungkan, karena semua telah begitu jelas, karena semuanya telah begitu jelas, Allah terangkan dalam Kitabnya, telah Allah wahyukan kepada utusannya, justru yang masih jadi permasalahan yang sangat pelik saat ini adalah mengapa kita tidak faham atas semuanya, dan ketika kita sadar bahwa kita itu tidak faham, mengapa kita tidak mau memahaminya, mengapa tidak mau memperlajarinya, mendalaminya, hingga mau mengaplikasikannya. Padahal jika itu semua telah kita lakukan dan kita istiqomah melaksanakannya, maka satu kepastian yang akan kita dapatkan, satu kejelasan yang kita dapat, dan satu keyakinan yang akan kita miliki, bahwa kita harus memilih jalan yang satu yang digariskan untuk kita tapaki, yang dibuat untuk kita lalui, yaitu jalan yang Allah ridhoi, jalan yang telah Allah gambarkan dalam Al-qur’an, jalan yang telah dilalaui oleh para Nabi, dan salafusholih.
Saudaraku, dijaman yang serba penuh fitnah ini, djaman yang penuh dengan kerusakan ini, dijaman yang penuh tipudaya ini, dijaman yang semakin semakin jauh dari kehidupan yang madani ini, maka ketika kita tidak memiliki sensor yang kuat dan handal maka arus kehidupan biadab ini bisa dengan mudahnya menggusur kita kearah yang semakin menjauhkan kita dari Allah dan arturan-Nya. Kita bisa dengan jelas menilai jejak langkah kebanyakan manusia jaman sekarang, yang banyak justru mereka yang telah kesasar dari jalan yang lurus, yang telah tergerus menyusuri rimba kemunafikan, yang telah masuk rimba kebodohan, juang kejahilan. Bagaimana tidak, remaja yang bermoral rusak, pemimpin yang berkedok, penuh kepalsuan, dilingkupi kedustaan, pejabat yang tak lagi berakidah. Ini menjadi PR kita bersama, lantas apakah kita bisa merubah itu semua? Lantas seberapa besarkah kewajiban kita untuk berupaya merubahnya, lalu peran itu siapakah yang seharusnya menanggungnya?
Saudaraku, kita tidak perlu berdebat dan tidak perlu khwati dengan profesi yang kita peroleh selama didunia ini, namun yang mesti kita fahami betul adalah kita sebagai apa? Kita sebagai apa? Saudaraku kita sebagai apa? Karena kita sebagai muslim, maka kewajiban dakwah (menyeru) itu adalah kewajiban kita bersama, jadi siapakah yang punya peran? Ya kitalah, kita semua punya kewajiban yang sama untuk saling mengingatkan. Tentu masih ingat Firman Allah dalam qur’an surat Al-Asry Ayat 3, bahwa satu cirri orang yang tidak akan rugi itu adalah orang yang saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran. Apakah itu tidak cukup? Lalu mengapa ketika kemaksyiatan terjadi didepan kita, kita tidak bertindak mencegahnya? Lalu mengapa saudara kita yang sering bermaksyiat, sering melalaikan kewajibannya, sering menyepelkan perintah Allah sang perkasa kita biarkan saja, seolah mata kita kita tidak mengetahuinya, padahal kita tahu bahwa itu kebodohan yang tidak semestinya terjadi, lantas seberapa besarkah peran kita dalam pembinaan anak-anak kita, pembinaan anak didik kita. Sehingga seandainya kita menyadari hal itu semua maka tentu kita akan sangat menyesal ketika anak kita, anak didik kita, teleh terjerumus kedalam lembah dosa, kita akan terenyah ketika mendengar anak kita hamil diluar nikah, ketika mendengan anak kita jadi pemabuk, jadi konsumen narkotika, jadi pencuri, jadi pendusta, jadi pengkhianat? Ataukah kita sudah tidak merasakan apa-apa? Ataukah kita membiarkan begitu saja? Lalu jika begitu berarti mata, hati dan telinga kita telah ditutup sehingga ktia tidak tidak peka lagi terhadap semua kemunafikan itu, kita telah jdi bagian orang yang sangat bodoh, kita tekah menjadi orang yang tidak punya nilai. Karena telah membiarkan tumbuh suburnya bibit sifat-sifat syetan yang terkutuk.
Sadari betul saudaraku, bahwa akan sangat rugi ketika suatu generasi yang muncul setelah kita sangat buruk, karena kita tidak pernah menjadi bagian dari orang yang mengarahkannya, bagian dari orang memperbaiki kemunafikan-kemunafikan itu, kita jangan pernah membiarkan generasi nanti hancur, jangan pernah membiarkan generasi selanjutnya yang muncul adalah generasi-generasi yang lebih bodoh dari kita, namun kita upayakan mereka yang muncul adalah generasi yang rabbani, generasi yang orientasi hidupnya bukan pada dunia, bukan tertuju pada materi semata, namun generasi yang orientasi hidupnya adalah hanya kepada Allah, generasi yang mampu membawa dan mewujudkan pola kehidupan yang madani, pola kehidupan yang dicita-citakan orag-orang sholeh, yaitu pola kehidupan yang Allah ridhoi, sehingga dengan ridho-Nya itu kebahagiaan dinia dan Akhirat akan digapainya.
Yang terakhir, ingatlah bahwa kita semua demi Allah akan mati, maka segeralah bersiap-siap untuk menghadapinya, jangan sampai kita menemui penyesalan ketika kelak kita telah memperoleh keputusan dari sang Bijak Allah swt, semoga kita semua tergolong umat taat dan senantiasa memperoleh ridho-Nya sehingga semua aktivitas dakwah yang kita lakukan ada dalam kemudahan, dan keberhasilan, amin. Semoga kita akan berkumpul bersama dalam reunian kebahagiaan dalam buaian ridho Allah surga.
Alhamdulillahrahmanirahim,
Sebuah risalah untuk muslim
Oleh: Ence Surahman
Mhs. UPI Bandung
Bismillahirahmanirahim.
Hanya kepada Allah kita berserah diri, hanya kepada Allah kita meminta, hanya kepada Allah kita bergantung, hanya kepada Allah kita mengadu, karena hanya kepada Allah pula kita akan kembali, lantas mengapa manusia banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya telah ada yang mencipta, bahwa dirinya sedang ada yang menilai, dan dirinya harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya selama ia hidup dialam yang dimana ia harus siap sigap setiap saat untuk berbekal yang banyak sebagai persiapannya menghadap yang bijak Allah swt.
Saudaraku kita harus faham betul, hidup ini adalah pilihan, apakah kita ingin hidup bahagia ataukah sengsara? Sebuah pilihan yang mudah namun susah, pilihan yang gampang namun membingungkan? Siapa yang bingung? Sebenarnya jika kita sudah faham, maka tidak ada kata susah, tidak ada istilah membingungkan, karena semua telah begitu jelas, karena semuanya telah begitu jelas, Allah terangkan dalam Kitabnya, telah Allah wahyukan kepada utusannya, justru yang masih jadi permasalahan yang sangat pelik saat ini adalah mengapa kita tidak faham atas semuanya, dan ketika kita sadar bahwa kita itu tidak faham, mengapa kita tidak mau memahaminya, mengapa tidak mau memperlajarinya, mendalaminya, hingga mau mengaplikasikannya. Padahal jika itu semua telah kita lakukan dan kita istiqomah melaksanakannya, maka satu kepastian yang akan kita dapatkan, satu kejelasan yang kita dapat, dan satu keyakinan yang akan kita miliki, bahwa kita harus memilih jalan yang satu yang digariskan untuk kita tapaki, yang dibuat untuk kita lalui, yaitu jalan yang Allah ridhoi, jalan yang telah Allah gambarkan dalam Al-qur’an, jalan yang telah dilalaui oleh para Nabi, dan salafusholih.
Saudaraku, dijaman yang serba penuh fitnah ini, djaman yang penuh dengan kerusakan ini, dijaman yang penuh tipudaya ini, dijaman yang semakin semakin jauh dari kehidupan yang madani ini, maka ketika kita tidak memiliki sensor yang kuat dan handal maka arus kehidupan biadab ini bisa dengan mudahnya menggusur kita kearah yang semakin menjauhkan kita dari Allah dan arturan-Nya. Kita bisa dengan jelas menilai jejak langkah kebanyakan manusia jaman sekarang, yang banyak justru mereka yang telah kesasar dari jalan yang lurus, yang telah tergerus menyusuri rimba kemunafikan, yang telah masuk rimba kebodohan, juang kejahilan. Bagaimana tidak, remaja yang bermoral rusak, pemimpin yang berkedok, penuh kepalsuan, dilingkupi kedustaan, pejabat yang tak lagi berakidah. Ini menjadi PR kita bersama, lantas apakah kita bisa merubah itu semua? Lantas seberapa besarkah kewajiban kita untuk berupaya merubahnya, lalu peran itu siapakah yang seharusnya menanggungnya?
Saudaraku, kita tidak perlu berdebat dan tidak perlu khwati dengan profesi yang kita peroleh selama didunia ini, namun yang mesti kita fahami betul adalah kita sebagai apa? Kita sebagai apa? Saudaraku kita sebagai apa? Karena kita sebagai muslim, maka kewajiban dakwah (menyeru) itu adalah kewajiban kita bersama, jadi siapakah yang punya peran? Ya kitalah, kita semua punya kewajiban yang sama untuk saling mengingatkan. Tentu masih ingat Firman Allah dalam qur’an surat Al-Asry Ayat 3, bahwa satu cirri orang yang tidak akan rugi itu adalah orang yang saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran. Apakah itu tidak cukup? Lalu mengapa ketika kemaksyiatan terjadi didepan kita, kita tidak bertindak mencegahnya? Lalu mengapa saudara kita yang sering bermaksyiat, sering melalaikan kewajibannya, sering menyepelkan perintah Allah sang perkasa kita biarkan saja, seolah mata kita kita tidak mengetahuinya, padahal kita tahu bahwa itu kebodohan yang tidak semestinya terjadi, lantas seberapa besarkah peran kita dalam pembinaan anak-anak kita, pembinaan anak didik kita. Sehingga seandainya kita menyadari hal itu semua maka tentu kita akan sangat menyesal ketika anak kita, anak didik kita, teleh terjerumus kedalam lembah dosa, kita akan terenyah ketika mendengar anak kita hamil diluar nikah, ketika mendengan anak kita jadi pemabuk, jadi konsumen narkotika, jadi pencuri, jadi pendusta, jadi pengkhianat? Ataukah kita sudah tidak merasakan apa-apa? Ataukah kita membiarkan begitu saja? Lalu jika begitu berarti mata, hati dan telinga kita telah ditutup sehingga ktia tidak tidak peka lagi terhadap semua kemunafikan itu, kita telah jdi bagian orang yang sangat bodoh, kita tekah menjadi orang yang tidak punya nilai. Karena telah membiarkan tumbuh suburnya bibit sifat-sifat syetan yang terkutuk.
Sadari betul saudaraku, bahwa akan sangat rugi ketika suatu generasi yang muncul setelah kita sangat buruk, karena kita tidak pernah menjadi bagian dari orang yang mengarahkannya, bagian dari orang memperbaiki kemunafikan-kemunafikan itu, kita jangan pernah membiarkan generasi nanti hancur, jangan pernah membiarkan generasi selanjutnya yang muncul adalah generasi-generasi yang lebih bodoh dari kita, namun kita upayakan mereka yang muncul adalah generasi yang rabbani, generasi yang orientasi hidupnya bukan pada dunia, bukan tertuju pada materi semata, namun generasi yang orientasi hidupnya adalah hanya kepada Allah, generasi yang mampu membawa dan mewujudkan pola kehidupan yang madani, pola kehidupan yang dicita-citakan orag-orang sholeh, yaitu pola kehidupan yang Allah ridhoi, sehingga dengan ridho-Nya itu kebahagiaan dinia dan Akhirat akan digapainya.
Yang terakhir, ingatlah bahwa kita semua demi Allah akan mati, maka segeralah bersiap-siap untuk menghadapinya, jangan sampai kita menemui penyesalan ketika kelak kita telah memperoleh keputusan dari sang Bijak Allah swt, semoga kita semua tergolong umat taat dan senantiasa memperoleh ridho-Nya sehingga semua aktivitas dakwah yang kita lakukan ada dalam kemudahan, dan keberhasilan, amin. Semoga kita akan berkumpul bersama dalam reunian kebahagiaan dalam buaian ridho Allah surga.
Alhamdulillahrahmanirahim,
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,