Sabtu itu, 07 Agustus 2010, tidak seperti biasanya, selepas melaksanakan Ibadah salat subuh, saya langsug bergegas, dan berkemas, karena hari ini saya akan mendaki bersama adik-adik anggota Kelompok Pecinta Alam (KAPA) SMAN 21 Garut, sebuah organiasi ekstrakurikuler yang ada di SMA almamater saya itu telah membesarkan saya, dan telah andil mengantrakan saya bisa masuk salah satu universitas negeri dibandung. Ya. Sayapun sangat bersyukur dengan bergabungnya di kelompok pecinta alam ini, selain karena hobby hiking, juga karena kekompakan dan kebersamaan teman-teman yang tidak perlu diragukan lagi, membuat hati aya senantiasa terpaut rindu untuk kembali menikmati nuansa dingginnya suhu hutan yang tentunya ketinggian tempatnya cukup lumayan.
Pagi itu, setelah semua perlengkapan dikemas dengan baik, tentunya dengan ilmu bagpacking yang pernah saya dapatkan ketika pertama kali masuk kedalam organsiasi itu. Setelah barang masuk tas smua, tidak terlewat tugas harian saya sebagai ta’mir mesjid, karena lantai yang kotor sayapun membersihkannya terlebih dahulu. Lalu setalah saya yakin lantainya bersih, maka jam 06.13 sayapun langsung berangkat ke Garut. Hari itu bertepatan dengan akan datangnya presiden RI yang berkunjung ke pangalengan, hal ini mengakibatkan jalan agak terkendala. Terlebih mobil yang dari arah pangalengan ke Bandung, sepertinya di-stop untuk beroperasi.
Singkat cerita saya sampai di SMA sekitar jam 11.15an. lalu sembari menunggu peserta pengambilan No yang belum siap, saya salat dzuhur dulu. Sampai jam 13.20an kita berangkat semuanya ketempat. Sampai di camp I sampainya jam 18.30an, lalu kami ada yang solat, untuk melangsungkan lah. Alhamdulilah saya dan kawan-kawan sampai pos I dengan selamat yang ridhoNya .
Besoknya kembali melanjutkan perjalanan, melalui perjalanan ke padaringan (tempat pemujaan). Kemudian setelah berkunjung dari padaringan, dan melihat sebuah situs tempat kemusyrikan, saya, Iyan (Kuncen) dan Refi (Parto) kami bertiga melanjutkan perjalanan menuruni bukit yang sangat terjal, berdinding ilalang yang sangat tebal, sehingga membuat penurunan yang sangat seru. Tak lama, berselang kami menemui gua buatan yang tidak terlalu dalam, didinding gua sebelah kiri tertulislah nama “AMANG KAPA” nama keren/rimba saya di KAPA, kebiasaan ini selalu saya lakukan ketika saya melakukan pendakian, sebagaimana nama saya tertulis di batu nisan puncak Gunung Burangrang 2050 Mdpl, yang saya daki dengan teman-teman Pecinta Alam Kurtekpend (PATEND). Sebenarnya hal itu dilakukan hanya untuk memenuhi kepuasan batin saja, bagi seorang pendaki amatir seperti saya, hal itu sungguh membanggakan, dan membuat terpacu lagi untuk terus secara berkala melakukan pendakian.
Banyak hikmah yang saya ambil dari setiap perjalanan yang pernah saya lakukan, terlebih perjalanan yang satu ini. Saya sangat bersyukur menjadi orang yang gemar naik gunung, karena ketika kita mencapai puncak gunung, disanalah muncul terpicu semangat baru untuk terus bangkit menerjang ombak kehidupan, terus bangkit menjulang kemenangan, saya sendiri sangat merasakan itu, bagaimana tidak pendakian kali ini, saya lakukan karena bertepatan dengan kehadiran bulan ramadhan yang sebentar lagi, jadi saya ingin membawa spirit luarbiasa yang bisa mengantarkan saya maksimalnya dalam mengarungi telaga ramadhan yang penuh rahmat, berkah dan maghfiroh ini. Subhanalloh, puncak gunung memang menyimpan sejuta motivasi untuk terus bangkit, thanks Ya Allah, I Love You,,,,
Diperjalanan saya sempat melewati sebuah perkampungan yang jauh dari perkampungan lainnya. Namanya Bedeng Bunikasih, sebuah perkampungan yang dihuni oleh karyawan kebun teh, dengan rumah yang sederhana, tidak terlalu luas, berada ditengah kebun teh yang sangat luas, mengharuskan mereka bisa bertahan hidup dengan kedinginan. Ada yang unik yang saya lihat ditempat ini, yaitu mereka memenuhi kebutuhan energinya dengan menggunakan sinar surya, mereka mempunyai alat penangkar energi dari cahaya matahari yang tersimpan dan mereka gunakan diwaktu malam hari.
Dalam perjalanan pulang saya diajak teman saya untuk mengunjungi sebuah situs yang diatas sempat saya singgung, dan situs ini menantang saya untuk berbuat lebih utnuk menyelamatkan akidah umat islam, padaringan nama yang tidak asing dikalangan warga disana, karena dipercayai banyak orang yang ingin kaya tinggal meminta kesini. Ini sebuah kemusyrikan yang nyata. Yang harus diberantas, karena bahayanya yang sangat banyak, bukan hanya untuk individunya melainkan juga bisa menyebar ke yang lainnya.
Jam 14.00 saya turun gunung dan sampai di Wates, karena mobil pertama yang datang tidak mencukupi akhirnya saya terpaksa harus jalan terlebih dahulu dan alhamdulillah ada teman saya ketika di SMA, beliau kuliah di UNINUS, sehabis kuliah dan akhirnya saya bareng dengan beliau sampai di Cibungur.
Malam yang indah ditambah denganhidangan ayam yang dimasak oleh Chep Gibug, sungguh luar biasa, setelah lelah seharian sebelum tidur menikmati makan malam yang istimewa dulu, alhamsulilah.
Bangun pai-pagi sekali sebagaimana biasanya, karena hari ini harus bersegera kebandung. Ngejar jadwal rapat di kampus. Agenda kampus memang tiada pernah terhenti, baru satu selesai muncul amanah yang lain, ya itulah serunya jadi mahasiswa.
Pagi itu, setelah semua perlengkapan dikemas dengan baik, tentunya dengan ilmu bagpacking yang pernah saya dapatkan ketika pertama kali masuk kedalam organsiasi itu. Setelah barang masuk tas smua, tidak terlewat tugas harian saya sebagai ta’mir mesjid, karena lantai yang kotor sayapun membersihkannya terlebih dahulu. Lalu setalah saya yakin lantainya bersih, maka jam 06.13 sayapun langsung berangkat ke Garut. Hari itu bertepatan dengan akan datangnya presiden RI yang berkunjung ke pangalengan, hal ini mengakibatkan jalan agak terkendala. Terlebih mobil yang dari arah pangalengan ke Bandung, sepertinya di-stop untuk beroperasi.
Singkat cerita saya sampai di SMA sekitar jam 11.15an. lalu sembari menunggu peserta pengambilan No yang belum siap, saya salat dzuhur dulu. Sampai jam 13.20an kita berangkat semuanya ketempat. Sampai di camp I sampainya jam 18.30an, lalu kami ada yang solat, untuk melangsungkan lah. Alhamdulilah saya dan kawan-kawan sampai pos I dengan selamat yang ridhoNya .
Besoknya kembali melanjutkan perjalanan, melalui perjalanan ke padaringan (tempat pemujaan). Kemudian setelah berkunjung dari padaringan, dan melihat sebuah situs tempat kemusyrikan, saya, Iyan (Kuncen) dan Refi (Parto) kami bertiga melanjutkan perjalanan menuruni bukit yang sangat terjal, berdinding ilalang yang sangat tebal, sehingga membuat penurunan yang sangat seru. Tak lama, berselang kami menemui gua buatan yang tidak terlalu dalam, didinding gua sebelah kiri tertulislah nama “AMANG KAPA” nama keren/rimba saya di KAPA, kebiasaan ini selalu saya lakukan ketika saya melakukan pendakian, sebagaimana nama saya tertulis di batu nisan puncak Gunung Burangrang 2050 Mdpl, yang saya daki dengan teman-teman Pecinta Alam Kurtekpend (PATEND). Sebenarnya hal itu dilakukan hanya untuk memenuhi kepuasan batin saja, bagi seorang pendaki amatir seperti saya, hal itu sungguh membanggakan, dan membuat terpacu lagi untuk terus secara berkala melakukan pendakian.
Banyak hikmah yang saya ambil dari setiap perjalanan yang pernah saya lakukan, terlebih perjalanan yang satu ini. Saya sangat bersyukur menjadi orang yang gemar naik gunung, karena ketika kita mencapai puncak gunung, disanalah muncul terpicu semangat baru untuk terus bangkit menerjang ombak kehidupan, terus bangkit menjulang kemenangan, saya sendiri sangat merasakan itu, bagaimana tidak pendakian kali ini, saya lakukan karena bertepatan dengan kehadiran bulan ramadhan yang sebentar lagi, jadi saya ingin membawa spirit luarbiasa yang bisa mengantarkan saya maksimalnya dalam mengarungi telaga ramadhan yang penuh rahmat, berkah dan maghfiroh ini. Subhanalloh, puncak gunung memang menyimpan sejuta motivasi untuk terus bangkit, thanks Ya Allah, I Love You,,,,
Diperjalanan saya sempat melewati sebuah perkampungan yang jauh dari perkampungan lainnya. Namanya Bedeng Bunikasih, sebuah perkampungan yang dihuni oleh karyawan kebun teh, dengan rumah yang sederhana, tidak terlalu luas, berada ditengah kebun teh yang sangat luas, mengharuskan mereka bisa bertahan hidup dengan kedinginan. Ada yang unik yang saya lihat ditempat ini, yaitu mereka memenuhi kebutuhan energinya dengan menggunakan sinar surya, mereka mempunyai alat penangkar energi dari cahaya matahari yang tersimpan dan mereka gunakan diwaktu malam hari.
Dalam perjalanan pulang saya diajak teman saya untuk mengunjungi sebuah situs yang diatas sempat saya singgung, dan situs ini menantang saya untuk berbuat lebih utnuk menyelamatkan akidah umat islam, padaringan nama yang tidak asing dikalangan warga disana, karena dipercayai banyak orang yang ingin kaya tinggal meminta kesini. Ini sebuah kemusyrikan yang nyata. Yang harus diberantas, karena bahayanya yang sangat banyak, bukan hanya untuk individunya melainkan juga bisa menyebar ke yang lainnya.
Jam 14.00 saya turun gunung dan sampai di Wates, karena mobil pertama yang datang tidak mencukupi akhirnya saya terpaksa harus jalan terlebih dahulu dan alhamdulillah ada teman saya ketika di SMA, beliau kuliah di UNINUS, sehabis kuliah dan akhirnya saya bareng dengan beliau sampai di Cibungur.
Malam yang indah ditambah denganhidangan ayam yang dimasak oleh Chep Gibug, sungguh luar biasa, setelah lelah seharian sebelum tidur menikmati makan malam yang istimewa dulu, alhamsulilah.
Bangun pai-pagi sekali sebagaimana biasanya, karena hari ini harus bersegera kebandung. Ngejar jadwal rapat di kampus. Agenda kampus memang tiada pernah terhenti, baru satu selesai muncul amanah yang lain, ya itulah serunya jadi mahasiswa.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,