Oleh: Ence Surahman
“Satu…. Dua…. Tiga…, Satu…. Dua…. Tiga…”” itulah kata-kata yang sering terlontar dari setiap lisan ikhwan yang sedang mendorong lemari untuk dipindah posisikan, maklum siang, sore sampai malam ini, kami sedang memberesakan sekretariat kami Program Tutorial. Sesekali terdengar celetukan “ayolah akh, jangan isitrahat dulu, target kita masih panjang nih”, tentu disertai dengan senyum dan canda serta tawa yang terus menghiasi nuansa yang terjadi hari ini, kalau ditanya “emangnya pada tidak cape….?” Jawabannya bisa dilihat dari dua kacamata yang berbeda yaitu kacamata hitam dan putih, eh eh, kok jadi kesana, terlalu jauh kali,,, sedikit saja dimensi yang kan menjawab dari pertanyaan diatas, yang pertama dari dimensi pisik, secara biologis barangkali tidak salah apabila kita mangatakan bahwa “kami begitu lelah hari ini”, bagaimana tidak, kita telah datang ke sekre untuk agenda pekanan sejak pukul 05.40an, kemudian kita angkut-angkut barang untuk digunakan dipekanan, setelah itu kita mengikuti acara dari awal hingga siang hari, setelah makan siang dan dilanjut dengan ngrujak lada, sebagian ada yang melanjutkan ke agenda harian lainnya sementara sebagain yang masih disekre berupaya untuk saling menyemangati untuk mereposisi denah sekretariat, dengan sisa tenaga yang ada, maka untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang cukup besar maka pisik sepertinya sangat sepakat mengatakan “kawan kami lelah”, namun secara psikis (jiwa) berhubungan dengan dimensi mental kami, sekalipun pisik memanggil untuk merebahkan jasadnya, atau sekedar istirahat beberapa saat, namun karena telah tertanam, bahwa panggilan hati lebih condong untuk menghabiskan hari ini dnegan kebaikan dan manfaat serta dalam rangka menyelesaikan PR yang ada, maka pertanyaan diatas kami jawab “Tidak ada kata lelah yang ada Lillah, Insya Allah”.
Terlebih kalau kita menyadari betapa bodohnya kita apabila kita berkata “tidak untuk agenda dakwah dan agenda penuh manfaat”, dari ujung rambut sampai ujung kaki, sesungguhnya jasad dan jiwa ini adalah pemberian Allah, maka sangat tepat ketika kita gunakan dalam jalan yang Allah cintai, dan betapa bodohnya kita apabila kita senang atau malah lebih memilih aktivitas yang tidak Allah cintai, padahal seluruh jiwa dan raga Allah yang memberi dan mengurusi, sungguh Allah itu maha penyayang, betapa tidak, hewan sejenis anjing galak dijalan saja yang jelas-jelas binatang najis, tidak terlewat dalam pemeliharaan Allah dengan selalu diberikan makanan setiap hari, begitupun seorang penjahat kelas kakap, atau orang kafir kelas elit, mereka semua tetap diberikan nikmat yang begitu banyak berupa rizki yang mengalir, dan tiada pernah terputus.
Sejujurnya hari ini adalah hari yang cukup spesial, sungguh memberikan kesan bahagia yang mendalam,dan dengan begitu daku semakin yakin bahwa “kebahagiaan itu tidak harus menunggu orang lain memberikannya, melainkan kita sendiri yang membuat dan mengkondisikannya” artinya bahagia itu “dari kita, oleh kita, dan untuk kita serta orang tercinta yang kita cintai.
Sedikit saya tuliskan agenda kita dilakukan sampai jam 21 malam, dan diakhir malam, kami melakukan agenda yang sangat kami gemari, yaitu dinner togather. Sekalipun tidak dengan kualitas jenis makanan yang sangat tinggi, namun selalu membuat kami senang dan berkecukupan, sungguh rikzi dari Allah itu datang dari tempat yang tidak terduga, maka bagi siapapun kita, sebagai hamba Allah, mensyukuri nikmat adalah keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, bagaimana tidak, Allah telah memberikan nikmat yang begitu banyak, hingga kita tidak bisa menghitungnya, wallahu’alam.
“Satu…. Dua…. Tiga…, Satu…. Dua…. Tiga…”” itulah kata-kata yang sering terlontar dari setiap lisan ikhwan yang sedang mendorong lemari untuk dipindah posisikan, maklum siang, sore sampai malam ini, kami sedang memberesakan sekretariat kami Program Tutorial. Sesekali terdengar celetukan “ayolah akh, jangan isitrahat dulu, target kita masih panjang nih”, tentu disertai dengan senyum dan canda serta tawa yang terus menghiasi nuansa yang terjadi hari ini, kalau ditanya “emangnya pada tidak cape….?” Jawabannya bisa dilihat dari dua kacamata yang berbeda yaitu kacamata hitam dan putih, eh eh, kok jadi kesana, terlalu jauh kali,,, sedikit saja dimensi yang kan menjawab dari pertanyaan diatas, yang pertama dari dimensi pisik, secara biologis barangkali tidak salah apabila kita mangatakan bahwa “kami begitu lelah hari ini”, bagaimana tidak, kita telah datang ke sekre untuk agenda pekanan sejak pukul 05.40an, kemudian kita angkut-angkut barang untuk digunakan dipekanan, setelah itu kita mengikuti acara dari awal hingga siang hari, setelah makan siang dan dilanjut dengan ngrujak lada, sebagian ada yang melanjutkan ke agenda harian lainnya sementara sebagain yang masih disekre berupaya untuk saling menyemangati untuk mereposisi denah sekretariat, dengan sisa tenaga yang ada, maka untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang cukup besar maka pisik sepertinya sangat sepakat mengatakan “kawan kami lelah”, namun secara psikis (jiwa) berhubungan dengan dimensi mental kami, sekalipun pisik memanggil untuk merebahkan jasadnya, atau sekedar istirahat beberapa saat, namun karena telah tertanam, bahwa panggilan hati lebih condong untuk menghabiskan hari ini dnegan kebaikan dan manfaat serta dalam rangka menyelesaikan PR yang ada, maka pertanyaan diatas kami jawab “Tidak ada kata lelah yang ada Lillah, Insya Allah”.
Terlebih kalau kita menyadari betapa bodohnya kita apabila kita berkata “tidak untuk agenda dakwah dan agenda penuh manfaat”, dari ujung rambut sampai ujung kaki, sesungguhnya jasad dan jiwa ini adalah pemberian Allah, maka sangat tepat ketika kita gunakan dalam jalan yang Allah cintai, dan betapa bodohnya kita apabila kita senang atau malah lebih memilih aktivitas yang tidak Allah cintai, padahal seluruh jiwa dan raga Allah yang memberi dan mengurusi, sungguh Allah itu maha penyayang, betapa tidak, hewan sejenis anjing galak dijalan saja yang jelas-jelas binatang najis, tidak terlewat dalam pemeliharaan Allah dengan selalu diberikan makanan setiap hari, begitupun seorang penjahat kelas kakap, atau orang kafir kelas elit, mereka semua tetap diberikan nikmat yang begitu banyak berupa rizki yang mengalir, dan tiada pernah terputus.
Sejujurnya hari ini adalah hari yang cukup spesial, sungguh memberikan kesan bahagia yang mendalam,dan dengan begitu daku semakin yakin bahwa “kebahagiaan itu tidak harus menunggu orang lain memberikannya, melainkan kita sendiri yang membuat dan mengkondisikannya” artinya bahagia itu “dari kita, oleh kita, dan untuk kita serta orang tercinta yang kita cintai.
Sedikit saya tuliskan agenda kita dilakukan sampai jam 21 malam, dan diakhir malam, kami melakukan agenda yang sangat kami gemari, yaitu dinner togather. Sekalipun tidak dengan kualitas jenis makanan yang sangat tinggi, namun selalu membuat kami senang dan berkecukupan, sungguh rikzi dari Allah itu datang dari tempat yang tidak terduga, maka bagi siapapun kita, sebagai hamba Allah, mensyukuri nikmat adalah keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, bagaimana tidak, Allah telah memberikan nikmat yang begitu banyak, hingga kita tidak bisa menghitungnya, wallahu’alam.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,