Oleh: Jaisyurahman
Senja itu kian meninggi, mentari sore kian memerah menandakan sang surya segera menyelundup menuju perisitirahatannya, menanti hadirnya malam yang akan mengantarkan para makhluk menuju saat-saat untuk merefreshkan keletihan badan dan memulihkan kambali kinerja otak yang kerap digunakan seharian untuk berpikir dan berpikir tentang semua hal yang dianggap susah untuk dipahami. Ya, senja itu waktu menunjukan pukul 18.15 wib, 18 menit setelah buka shaum ramdhan di hari terakhir ramadhan tahun ini.
Dalam setiap gerakan shalat dan dalam setiap bacaan yang aku panjatkan, pikiranku di hiasi pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik yang membuatku bertanya dan penuh Tanya, aku bertanya-tanya tentang perjalanan shaumku tahun ini. Aku bertanya apakah shaumku diterima Allah swt..? apakah shaumku telah aku lakukan dengan sempurna, sesuai dengan tuntutan yang rasulullah saw contohkan..? apakah shaum ku tahun ini telah berhasil menghantarkan aku pada derajat taqwa yang Allah janjikan kepada orang-orang yang shaum, apakah Allah menerima setiap amal kebaikan yang aku lakukan selama ini, apakah aku terhindar dari dosa-dosa yang kecil ataupun yang besar, aku khawatir mulutku masih sering berkata-kata yang Allah tidak menyukainya, aku sering menggunjing, aku sering memfitnah aku sering menyuruh orang dengan perintah yang menyakitkan, aku sering merendahkan orang dengan kata-kata, aku sering memuji diri sendiri dengan lidahku, aku khawatir pernah makan makanan yang tidak halal, aku lebih khawatir lagi dengan mataku yang tidak bisa aku jaga, aku khawatir masih sering melihat sesuatu yang tidak seharusnya aku lihat, aku terlalu terjebak dengan pandangan-pandangan syetan yang menjerumuskan. Aku juga begitu khawatir dengan telingaku yang sangat mungkin masihsering mendengarkan obrolan-obrolan yang tidak mengandung manfaat, aku takut di telingaku terdapat segudang dosa sehingga menyulitkan hadirnya nasihat kebaikan untuk diriku.
Aku juga masih sedih, karena khawatir tangan ini masih gemar melakukan perbuatan-perbuatan maskyiat penuh dosa, aku takut tanganku menjadi saksi bisu kelak diakhirat.aku juga terus khawatir dengan kakiku, yang mungkin lebih sering mendatangi tempat-tempat yang tidak bermanfaat atau maksyiat, aku taku semua anggota tubuhkan akhirnya kelak akan mengakui bahwa diri ini begitu sering berbuat dosa yang sedikitpun tidak Engkau ridhoi, yang lebih berat lagi hatiku, aku sangat takut kalau-kalau hatiku ini selalu berbohong dengan nuraniku, aku sangat takut jika hatiku busuk yang akan membuat busuklah semua jiwa dan ragaku, aku tak kuasa, kalau-kalau dalam jiwaku masih terpikir ada illah selain Allah, ada sesuatu penghalang yang membuat aku semakin lupa dari nilai-nilai religious umat beragama dalam hal ini islam sebagai agamamku.
Saudaraku.. selepas shalat maghrib, mataku dalam tak sadar tiba-tiba berkaca-kaca, aku menghirup nafas panjang, mencoba menenangkan diri dan mencoba membujuknya agar tidak terlarut dalam suasana penuh sangka yang buruk kepada Tuhan, aku mencoba menenangkan bahwa semua yang aku pikirkan tadi boleh jadi benar atau boleh jadi juga hanya bisikan agar kita menjadi ragu dengan kebenaran dan keagungan Allah swt. Aku mulai membenahi setiap relung pikiranku dan mencoba menambahkan keteguhannya dengan tasbih, tahmid dan tahlil. Sejalan dengan itu sesekali konsentrasiku terganggu oleh orang-orang yang disebelah kanan dan kiriku yang meminta untuk salaman, maklum hal ini sudah biasa mereka lalkukan, saling memafkan selepas shalat wajib.
Waktu terus berlalu, akhirnya aku tersadar kalau waktu sudah jam 18.30 wib, itu artinya tinggal hanya aku saja yang tertinggal di tempat shalatku, jama’ah shalat yang lain sudah pada tidak ditempat meninggalkan aku sendiri menuju kediamannya masing-masing. Akupun terus melanjutkan bacaan dzikirku yang aku rasa belum mampu memberikan ketenangan dalam kalbuku, padahal sejatinya sebagaimana yang aku pahami dzikir itu akan menghadirkan ketenangan dalam jiwa pelakunya. Allah yang berfirman dalam qur’an surat ar-ra’d ayat 28.
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Ya, akupun terus mencoba untuk mendapatkan chemistry dari dzikirku senja ini. Aku berharap Allah akan membuatku lebih tenang dengan semua kekhawatiranku. Ya, singkat cerita aku sempurnakan dzikirku dengan berdo’a kepada Allah, semua lafaz do’a yang aku hapal aku panjatkan kepada Allah swt, aku mendoakan diri, keluarga dan semua orang-orang muslim dna mu’min, aku doakan kebaikan untuk mereka semua, aku meminta untuk ditenangkan hati, aku meminta diberikan kemudahan atas setiap persoalan yang aku hadapi, aku meminta diberikan kemudahan dalam menjalani setiap liku-liku kehidupan, aku meminta diberikan ketentraman jiwa, kesehatan pisik serta kejernihan pikiran, aku minta dicerdaskan, aku minta dikuatkan raga, dan aku minta agar semua orang mencintaiku dan akupun mencintainya. Sampai dalam moment-moment terakhir do’aku, aku meminta agar aku bisa mendapatkan derajat taqwa dari shaumku tahun ini, dan aku meminta agar aku diberikan kesempatan untuk menikmati ramadhan tahun depan tentu dengan keberkahan hidup yang Allah ridhoi. Akupun memohon ampun dari semua khilaf dan salah yang telah aku perbuat, semoga Allah memberikan maaf kepadaku.
Selepas berdo’a aku sempurnakan ibadah wajibku dengan shalat sunat rawatib ba’da maghrib, setelah itu aku lanjutkan dengan merenungi sebuah ayat yang begitu hapal dalam ingatanku, yaitu ayat 18 surat alhasr, disana aku termenung mencoba mengerahkan semua pemahamanku untuk mengetahui lebih dalam tentang maksud ayat tersebut.
18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalam ayat diatas, Allah membuka komunikasi dengan hamba-Nya yang membaca ayat tersebut, dengan sapaan yang indah dan penanda maha rahimNya kepada semua makhluknya, Allah menyapa “wahai orang-orang yang beriman, kemudian dialnjutkan dengan sapaan yang penuh kecintaan kepada orang-orang yang beriman untuk bertaqwa kepada Allah, Allah memerintahkan agar orang-orang yang telah beriman kemudian ia pupuk kekuatan imannya agar terus tumbuh subur dengan taqwa, atau selalu melakukan apa yang Allah perintahkan, dan menjauhi semua yang Allah larang. Kemudian pada kalimat selanjutnya Allah juga menyarankan atau menghendaki agar setiap diri selalu mempersiapkan bekal kehidupan untuk kelak, dimana setiap jiwa diharuskan untuk memperhatikan dan mengevaluasi serta memuhasabahi diri terhadap semua yang sudah terlewati dalam hidupnya. Ya sejujurnya kalimat inilah yang membuat aku terisak, tersesak, aku tertegun, aku terdiam, emosiku meluap, aku tak tahan lagi, akhirnya air matakupun terus mengalir dengan begitu derasnya.
Pada kesempatan inilah aku merasakan betapa banyak kesahalan yang sudha aku perbuat, sejak aku masuk akil baligh dulu hingga detik bacaan yang sedang aku tafakuri ini. Aku tersadar dengan semua kesahalan-kesalahan yang pernah aku lakukan selama hidup, dosa kepada diri, kepada kedua orang tua, kepada sanak sodara, kepada teman dan sahabat semua, kepada guru-guru, kepada dosen, dan semua orang yang pernah mengenali dan aku kenali dari sejak aku kecil hingga dewasaa saat ini. Aku berdo’a agar Allah memberikan kelapangan kepada semua orang yang pernah aku buat dosa pada mereka untuk memaafkan kesalahan diriku. Karena sejujurnya aku begitu menyadari, tidak jarang lidahku, mukaku, tanganku, lidahku, mataku, jiwa ragaku dan juga hatiku berbuat yang tak semestinya kepada mereka.
Saudaraku aku ingin berbagi sedikti kisah-kisah haru yang aku rasakan, sebagai bentuk kecintaan Allah kepada hamba-Nya, sekaligus bagiku hal ini merupakan jalan Allah untuk menguatkan keyakinanku akan kemahabesarannya Allah, akan ke mahaesaannya Allah, akan ke maha rahmatannya Allah, agar ke maha cintanya Allah. Beberapa diantaranya Allah telah memberikan kemudahan kepadaku dan kepada teman-temanku untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata kami, Alhamdulillah hamper selama 17 harinya kami habiskan di bulan suci ramadhan, sehingga keberkahan itu terasa begitu dekat, ketika kami begitu di sayangi oleh masyarakat sekitar, ketika kami begitu di mulayakan sebagai tamu kampungnya, ketika kami banyak diberikan bantuan, ketika kami diberikan kemudahan untuk melaksanakan setiap program yang direncanakan. Sungguh tempat yang nyaman dan begitu membantu semua program yang kami jadwalkan. Terimakasih untuk semua warga ditempat KKN ku, untuk pak Kades, beserta keluarga, untuk ketua posdaya beserta keluarga, untuk seluruh aparat desa, untuk ketua beserta anggota badan pengawasan desa, untuk semua pengurus karangtaruna desa, untuk semua kader PKK dan kader UPPKS desa, untuk semua perangkat dan petugas kesehatan desa (polindes), untuk semua pengajar di madrasah, dan sekolah-sekolah yang ada didesa, untuk semua warga yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda, amin.
Sejatinya aku harus mengucap syukur kepada Allah, bahwa suatu ketika bahkan lebih dari satu kali aku dicengangkan dengan kemurahan rizki-Nya, dan aku begitu menambah keyakinanku akan apa yang Allah firmankan dalam qur’an surat Albaqoroh ayang 261.
261. perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
[166] Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Ya, itulah yang aku rasakan selama hidup ini, terlebih peristiwa-peristiwa yang aku alami selama bulan ramadhan yang baru saja kita lewati, suatu ketika tepatnya tanggal 17 agustus, aku diberikan balasan rizki dari Allah atas apa yang aku infakan kemairn hari, dengan lipatan balasan secara matematis 1 berbanding 1000 kali lipat, kemudian ketika tanggal 22 agustus diberikan lipatan sampai 100 kali lipat, pada tanggal 23 agustus aku diberikan lipatan sebabanyak 1000 kali lipat, pada tanggal 25 aku diberikan balasan langsung dari Allah dari infakku sebanyak 100 kali lipat, kemudian pada tanggal 27 juga aku diberikan balasan hingga 50 kali lipat, pada tanggal 29 aku diberikan balasan sebanyak 400 kali lipat, sungguh semuanya tanpa aku duga dan aku kira, maka hal ini semakin meyakinkanku bahwa sesungguhnya apa yang Allah firmankan dalam surat albaqarah diatas, benar adanya.
Saudaraku, marilah kita sama-sama mengevaluasi diri kita masing-masing, atas semua perbuatan yang telah kita lakukan selama hidup kita, khususnya perbuatan amal kita selama bulan suci ramadhan 1432 H, yang baru saja kita lewati, yang baru saja meninggalkan kita, yang baru saja menutupkan pintu barokahnya, yang mudah-mudahan kita semua diberikan kesempatan yang besar untuk menikmati kembali kesucian dan keberkahan bulan yang mulia yang menjanjikan balasan kebaikan yang berlipat ganda. Ya, semoga Allah mengabulkan do’a kita untuk memanjangkan usia hingga bersama-sama meraup ridho-Nya di tahun depan. Amin.
Dibagian akhir tulisan refleksi ini saya ingin mengajak semua pihak, saudara seiman dan seagama, yang memiliki tujuan dan visi hiudp yang sama yakni bahagia di jannah-Nya, mari kita sama-sama ketuk nurani kita, dan kita coba jawab secara jujur, terhadap semua pertanyaan berikut ini:
1. Apakah niat kita sudah benar-benar lurus hanya kepada Allah, tatkala kita memulai pelaksanaan ibadah shaum kita? Atau masih adakah niatan lain yang menyertainya.
2. Apakah niat kita ketika melakukan ibadah shalat wajib, shalat sunat, shalat tarawih, dan tahajud, shalat dhuha, infak shodaqah, zakat fitraf yang kita lakukan selama ramdahan ini?
3. Apakah niat kita, ketika setiap hari kita menargetkan capaian tilawah qur’an?
4. Apakah niat kita ketika mendatangi pengajian ilmu, wadah silaturahim, dan pertemuan-pertamuan dengan sesama?
5. Apakah kita selalu membiasakan menjaga kekhusuan shaum dengan memperbanyak dzikir kepada Allah, selama ramadhan kemarin?
6. Apakah kita selalu bersyukur atas semua nikmat rizki yang telah Allah berikan kepada kita?
7. Apakah kita selalu berdoa ketika mau mencicipi dan menikmati setiap makanan yang sampai dikerongkongan kita?
8. Apakah selama ramadhan kemarin hari-hari kita dihiasi dengan amal shodaqah kepada orang-orang yang begitu membutuhkan?
9. Apakah kita telah melepaskan kesahalan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh saudara kita kepada kita selama hidup? Atau apakah dalam hati kita masih ada dendam, masih ada niat untuk membalasnya, masih ada titik hitam keengganan untuk memaafkannya?
10. Lalu apa perasaan kita, ketika berakhir sudah bulan suci ramadhan, apakah kebahagiaan yang hinggap karena kita merasa telah memenuhi kewajiban shaum ramadhan,? Atau ada rasa kesedihan karena bulan suci akan segera pergi, apakah perasaan biasa-biasa saja, seolah tidak menemukan sesuatu yang istimewa ketika melaksanakan dan mengisi setiap momentum di bulan suci ramadhan ini?
11. Apakah kita sudah memohon kepada Allah agar diberikan kekokohan iman, kekuatan hati untuk terus menjaga keikhlasan dalam setiap amal yang telah, sedang dan akan kita lakukan kedepannya?
12. Apakah kita sudah berjanji untuk selalu berupaya taat dan taqwa kepada Allah dalam sisa usia yang Allah berikan kepada kita? Atau apakah ada niatan hitam dalam hati, untuk berbuat makar dan mencoba jauh dari kebaikan Allah swt,
13. Apakah kita yakin benar, akan kebesaran Allah dan akan kehidupan yang kekal abadai kelak diakhirat, ataukah masih ada keraguan dalam dada kita?
14. Apakah kita yakin akan kebahagiaan yang Allah sediakan di surga-Nya, dan apakah kita juga meyakini akan azab yang Allah sediakan bagi para penghuni nearaka? Lalu berapa kuatkan semangat kita untuk menggapai surge dna menjauhi neraka?
15. Apakah kita telah berupaya untuk mengarahkan jasmani dan ruhani kita untuk terus lurus menyusuri jalan cinta menuju janah-Nya? Ataukah masih terkadang kita biarkan jiwa raga kita sesekali menoleh ke neraka…?
16. Apakah mata kita terjaga dari pengluhatan yang tidak layak kita lihat selama kita menjalani shaum? Ataukah masih kita biarkan ia jelalatan melihat dan memandangi semua hal yang tak pantas ia tatap?
17. Lalu bagaimana dengan lidah kita, benarkah kita sudah menjaganya dari perkataan-perkataan yang tak seharuskan terucap? Mungkin terucap gibah, namimah, fitnah, dan seringnya mengatakan kata-kata yang tak seharusnya terucapkan?
18. Telinga kita, sudahkah berhasilkah kita menjaganya agar terhindar dari pendengaran-pendengaran yang membuat ia di gada kelak diakhirat, karena doyan mendengarkan gunjingan-gunjingan, naudzubillah,
19. Hati kita, jiwa dan raga kita, semoga kita telah benar-benar menjaganya dengan penuh keikhlasan hanya karena Allah, marilah kita perbanyak istighfar “astaghfirullahal’adzin aladzi laa illahaillah wahdahulaasyarikalah”,
Saudaraku, semoga iman kita akan selalu berbalut ikhlas, daam rumah islam kita merajut dengan hiasan ihsan, semoga kita mampu meluluhkan Allah untuk menurunkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga dengan rahmat Allah kita diberikan kesempatan yang kekal abadi untuk menikmati luapan nikmat yang Allah sediakan di surge-Nya, amin ya robbal ‘alamin.
Bandung, 30 ramadhan 1432 H.
Saudaramu yang lemah dan banyak berlumur dosa,
Ence Surahman
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,