Oleh : Jaisyurahman
Pasa suatu kesempatan, saya bertemu dengan sahabat terbaik saya, namanya Muhammad Cepi Zarkasih, beralamat asal dari Cianjur, saat ini beliau kuliah jurusan pendidikan bahasa Jerman di Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2008 sama seperti saya.
Berdasarkan informasi yang saya dapatkan sejak 2 bulan yang lalu, beliau pernah menyampaikan bahwa diakhir bulan September ini beliau akan berangkat Ke Jerman bekesempatan untuk merasakan studi disana yang diagendakan selama 10 bulan hal itu beliau dapatkan setelah melewati berbagai tes seleksi yang disediakan oleh panitia, sampai akhirnya beliau dijadwalkan untuk berangkat kesana.
Namun ketika pertemuan terakhir, beliau memberikan kabar bahwa rencana keberangkatannya kesana di batalkan, sungguh saya yang mendengarkan merasa sangat menyayangkan, lalu saya tanyakan apa gerangan hambatan yang menghalanginya? Dengan penuh ketenangan dan senyum yang selalu tulus, beliau katakana bahwa ada beberapa alas an yang membuat ditolaknya beliau untuk berangkat kesana.
Pertama, kondisi perekonomian jerman untuk saat ini, sednag dalam kondisi yang tidak stabil, sehingga jumlah mahasiswa asing yang diberikan beasiswa secara jumlah ada pengurangan disbanding tahun-tahun sebelumnya.
Alasan yang kedua, yakni dari sisi politis, konon katanya orang Eropa, lebih tepatnya negara Jerman yang jelas-jelas mayoritas berpenghuni orang-orang non muslim, yang kondisinya saat ini di Eropa sedang sangat ketakutan dengan Islam, akibat propaganda media yang terlalu banyak menyudutkan posisi muslim, sebagaimana yang kita dengar bahwa orang muslim adalah teroris, orang muslim adalah pemberontak dan lain sebagainya, maka karena nama teman saya jelas-jelas berlabelkan identitas agama islam yakni “Muhammad” maka itu pula yang menjadi salahsatu alasan politis ditolaknya beliau untuk belajar disana. Beliau juga menyampaikan bahwa sebelumnya pernah dosen dan temannya yang menyarankan agar namanya Muhammadnya jangan di masukan, namun karena keteguhan iman dan komitment keislaman beliau, beliau tidak mengikuti saran dari dosen dan temannya, akhirnya beliau tetap menuliskan nama “Muhammad” di format pendaftarannya.
Alasan ketiga, berdasarkan paparan beliau, hal ini sejalan dengan dorongan niat beliau ketika diawal masuk kuliah menuliskan mimpi-mimpi yang ia ingin capai selama kuliah. Dalam mimpinya ketika tingkat 3 beliau punya mimpi untuk kuliah ke luar negeri, hanya saja ketika menuliskan mimpi itu beliau merasa tidak terlalu yakin, hal ini dikarenakan di nomor sebelumnya beliau menuliskan mimpi yang lain yakni harus lulus maksimal 4 tahun. Secara logika sangat masuk, karena ketika beliau harus berangkat ke laur negeri, maka dapat dipastikan beliau akan lulus dalam waktu min 5 tahun, karena yang 10 bulan diluar negeri tidak mengurangi jumlah Sks yang bisa diambil. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah itu tergangung dari prasangka umatnya, hal terbaik yang harus kita biasakan adalah keyakinan sukses, dan Allah pasti akan mempermudah tujuan tersebut.
Satu hal yang saya catat dari kesederhaan dan keteguhan hati beliau, walaupun beliau harus menerima ditolaknya rencana beliau ke jerman, tapi sedikitpun beliau tidak terlihat bersedih, tidak terlihat kecewa, tidak terlihat menyesal justru yang saya lihat beliau begitu tegar, dan begitu kokoh pendirian dan komitment keislamannya.
Semoga bermanfaat untuk kita, amin…
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,