Oleh : Jaisyurrahman
Sahabat yang murah hati, pernah mendengar kata manjadda wajada?
Sepertinya semua orang pernah mendengar ini bukan? Sebuah pepatah arab yang
sangat baik untuk kita teladani dalam hidup. Terlebih kata ini yang di
populerkan oleh seorang novelis Anwar Fuadi penulis buku Negeri 5 Menara,
bahkan baru-baru ini sudha di filmkan. Disana di visualisasikan betapa kekuatan
kesungguhan itu mampu menjadi obor penyemangat untuk mencapai mimpi-mimpi Alif,
Tatang, Baso, Said, Rajda, dan teman-temannya.
Sepintas saya ingin ulas dalam artikel ini tentang the power of manjadda
wajada, di dalam film negeri 5 menara tersebut, di kisahkan para santri pondok
madani yang ada di ponorogo, sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan
kehidupan islami sebagaimana yang di katakana pak kiayi ketika ceramah pertama
dengan para santri barunya. Pondok ini terbilang sudah sangat maju, dengan
system asrama sederhana sebagai tempat tinggalnya, namun system kurikulum,
kemudian metode pendidikannya sudah terbilang modern.
Kegiatan santrinyapun tidak hanya belajat ilmu agama islam saja,
melainkan di lengkapi dengan pelajaran seni, jurnalis, olahraga, beladiri, dan
banyak lagi yang lainnya. System yang ditawarkannya bisa dibilang sudah cukup
maju, bahkan bisa sejajar dengan perguruan tinggi hari ini. Maka tidak heran
jika lulusannya juga memiliki daya jual yang luar biasa.
Yang menarik dari film ini adalah ketika Ust. Salman mengajari hak yang
sangat berarti ketika pertemuan pertama dikelas dengan siswa barunya. Selinta
kita penuh tanya, apa yang akan dilakukan oleh Ust. Salman ke kelas membawa
sebatang kayu dan sebilah golok yang sudah berkarat. Namun ketika ia memulai
proses pembelajaran, Ust. Salman mencoba memotong kayu yang di bawanya. Pada
awalnya siswa tidak percaya kalau kayu itu akan patah. Namun dengan usaha yang
kerja keras dan penuh kesungguhan, dengan beberapa puluh kali pukulan, akhirnya
kayu itu putus juga.
Dengan tenang, sembari mengusap keringat Ust. Salman bilang kepada
siswanya. “anak-anakku, yang terpenting itu bukan tajamnya golok, tetapi
kesungguhan untuk memotongnya”, lalu ia berucap “manjadda, wajada, barang siapa
yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil”. Beberapa kali Ust. Salman
mengucapkan kalimat itu dengan penuh semangat, hingga para siswapun satu demi
satu mengulangi kata-katanya. Dan akhirnya suasana kelas, riang dengan suara
“manjadda, wajada, manjadda, wajada, manjadda wajada.
Dan dengan semangat itulah para siswa mengukir karya dan mencapai
mimpi-mimpinya, sampai-sampai pada suatu kesempatan, baso dan 5 temannya
berjanji setia untuk mengingjakan kaki di 5 menara di dunia, ada yang ingin ke
kairo mesir, ada yang ini ke amerika dan
ada juga yang hanya di Indonesia untuk jadi orang besar, sebagaimana yang di
titikan oleh Pak Kiayi, bahwa orang besar adalah orang yang mau dengan ikhlas
untuk mengabdikan dirinya untuk orang banyak, untuk umat.
Sahabat yang selalu bersemangat, hal pertama yang harus kita petik dari
kisah penuh inspirasi di atas adalah bagaimana kita senantiasa memiliki
kualitas semangat dan kesungguhan, maka itulah cara terbaik untuk mencapai
setiap mimpi dan cita-cita dalam hidup. Jangan pernah berleha-leha, jangan
pernah bermalas-malasan, jangan pernah menunda-nunda, lakukan segala aktivitas kita,
gapai semua mimpi kita, raih semua cita-cita kita dengan kesungguhan, karena
pelaut yang ulung tidak mungkin hadir kecuali dari samudra yang luas, pendaki
sejati tidak akan berhasil tanpa banyak latihan di jalur yang berat. Dan
kesungguhan kita mencapai sesuatu, sebagai pertanda terwujudnya semua cita dan
asa sahabat.
Selamat bermipi, dan raihlah dengan penuh kesungguhan, karena barang
siapa bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil!
Assalamu'alaykum..Salam kenal & salam silaturahim..yup..ane setuju barang siapa bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil! (insya Alloh)..yang penting ikhtiar dan doa'a.. :) . ditunggu follow baliknya ya.. syukron
BalasHapus