Oleh : Jaisyurrahman
Salah satu hobby saya sejak saya SMA adalah mendaki gunung, menyurusi
sungai dan pantai juga memanjat tebing dan memasuki lorong goa, selain karena
kepentingan untuk kesehatan (sport), juga sebagai bentuk pembinaan mental diri,
agar semakin tangguh, tahan dengan tantangan, karena sejujurnya saya senang
dengan tantangan, bahkan seolah hidup ini banyak saya lalui dengan
menantangnya. Dan tahukah mengapa saya begitu senang dengan tantangan? Karena
bagi saya kebahagiaan itu adalah ketika kita mampu menaklukan tantangan sebagai
bentuk kemampuan menaklukan diri dari keangkuhan, ke sombongan dan sifat-sifat
negatif dalam diri. Hal ini sejalan dengan apa yang di katakana oleh seorang
pendaki senior, dia bilang bahwa bukan puncak gunung yang kita taklukan
melainkan diri sendiri (when we heal the
earth, we heal ourselves).
Setiap kali saya mendaki atau melakukan kegiatan alam bebas, rasanya
tidak pernah berlalu tanpa hikmah mendalam untuk saya renungkan, bahkan banyak
pelajaran berharga yang tak pernah saya dapatkan di bangku sekolah bahkan di
bangku kuliah. Misalnya ketika saya mendaki gunung, di tengah lelah yang
mendatangi, ketika letih menghampiri, bahkan tatkala rasa jemu menggganggu,
mengoda hati untuk berhenti dan memutuskan kembali, dikala itu pula saya selalu
sadar bahwa tidak mungkin kaki ini mencapai puncak, manakala berhenti di tengah
jalan lalu kembali. Dan masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya yang saya
telah benar-benar merasakannya.
Dan ketika saya mencapai puncak Ceremai di akhir tahun 2011 dan awal
tahun 2012 kemarin, disana terhampar bunga edelweiss yang sangat indah, namun
sayang bukan musimnya berbunga, sehingga susah sekali saya mendapati bunganya.
Namun, seklaipun bunganya tidak berhasil saya dapatknya, hikmahnya dari
edelweiss telah saya kantongi dalam relung ruang ide dan gagasan. Dan saat ini
harus saya bagi dengan sahabat.
Semua orang percaya bahwa bungan edelweis ini adalah bunga yang paling
bertahan lama, dan diberi gelar bunga keabadian. Ya, edelweiss memang bisa
bertahan lama setelah dipetik dari tangkainya. Selian itu keberadaanya dihutan
juga sangat langka, ia hanya bisa hidup di ketinggian lebih dari 2000mdpl.
Ketika merenungi mengapa demikian, saya mendapat gambaran bawa sesungguhnya
sukses juga demikian, ia hanya bisa di gapai oleh orang-orang yang terus
berupaya menggapainya dengan tanpa lelah, ia tak pernah berpikir untuk kembali,
ia terus melangkah, melewati semua medan perjalanan, baik itu jurang yang dalam
atau tebing yang tinggi, tak peduli
cuaca yang dingin hujan yang jatuh membasahi, kadang jalannya sempit, kadang
gelap gulita, kadang begitu licin, kadang juga begitu mengkhawatirkan.
Sukses kita juga demikian, bagai bungan edelweiss, tak semua orang dapat
memilikinya, hanya mereka yang bermental juara yang bisa memperolehnya, hanya
mereka yang berani melangkahkah kaki dari tangga pertama dan istiqomah sampai
kepuncak yang akan merasakannya. Hanya mereka yang berani mengambil resiko yang
bisa mencapainya, hanya mereka yang berjuang dengan sungguh-sungguh yang bisa
mencapai puncaknya.
Sekarang mari kita tanya diri kita, sudah sejauh mana upaya dan usaha
yang kita lakukan untuk mencapai puncak kesuksesan itu? Sudahkah kita
membuatkan targetnya, yakni mencapai edelweiss? Sudahkah kita mempersiapkan
perjalanannya dengan persiapan terbaik, bagaikan pendaki yang siap berangkat?
Sudahkah kita memulai langkah pertama dan terus konsisten menikmati setiap
jejak perjalannannya? Sudahkah berani mengalahkan ajakan nafsu untuk kembali lagi
karena merasa diri tidak sanggup mencapainya, karena merasa diri lemah dan
tidak memiliki kemampuan? Sudahkah kita berani menanggung resiko yang mungkin
akan kita dapatkan selama diperjalanan?
Jika semua jawabannya sudah, maka saya harus sampaikan SELAMAT, karena
Andalah orang yang berhak memetik Edelwiss dan menikmati puncak yang akan
semakin membuat Anda percaya bahwa hasil itu berbanding lurus dengan usaha.
Namun tetap ingat, puncak gunung dan edelweiss bukanlah yang tertinggi,
masih ada langit diatas sana, maka janganlah kita merasa tinggi hati setelah
mencapai puncak-puncak kesuksesan itu, ingatlah bahwa ada yang lebih tinggi
dari kita, ada yang lebih berkuasa, ada yang lebih hebat lagi, ialah sang maha
pencipta yang senantiasa menebarkan cinta, Allah swt.
duh kurang ngrti, jdi yg dimksudkan sukses di sni tu "bunga Edelwiss"nya atau "cara meraih" bunganya itu???
BalasHapuspersepsi orang tentang sesuatu itu berbeda-beda, termasuk gaya penulis menuangkan idenya juga berbeda2.... yang saya maksud dengan tulisan diatas adalah keduanya...... :-)
BalasHapusijin me-link tulisannya.
BalasHapusmangga teh euis...
Hapus