Oleh : Jaisyurrahman
Sahabat yang berhati lapang, sepatutnya kita senantiasa mengevaluasi
keberlanjutan amalan hati kita dan jangan pernah kita merasa bosan untuk terus
mengoreksi kesahalahan-keasalahannya, agar jangan sampai perbuatan baik yang
kita lakukan hanya akan jadi angin lalu belaka, agar jangan sampai aktivitas
ibadah kita tidak berbuah pahala, agar jangan sampai apa yang kita lakukan
dengan penuh kesungguhan itu tidak mumbuat cinta Allah bertambah kepada kita,
terlebih begitu merugi ketika kita menjadi manusia baru yang Allah murkai
karena perbuatan kita sendiri. Amalan hati yang saya maksud adalah keikhlasan
kita dalam beramal, baik ketika sebelum, sedang dan setelah melakukannya.
Sesungguhnya hal ini merupakan cambuk pertama untuk diri sendiri.
Tulisan saya ini, sesungguhnya merupakan curahan hati saya untuk kedua
orang tercinta dalam hidup saya, dialah Umi dan Abi. Sosok manusia yang Allah
jadikan perantara bersatunya ruh dan jasad yang telah Allah ciptakan, kemudian
Allah ijinkan saya menginjakkan kaki dimuka bumi melalui rahim Umi tercinta,
dibawah didikan dan teladan Abi yang penuh tanggungjawab, untuk menjalani peran
sebagai hamba Allah, dengan mengikuti risalah yang terjamin kesohihannya yang
dicontohkan oleh manusia yang dimaksum, yakni Baginda Rosulullah saw.
Tulisan ini, bukan semata-mata karena momentum Hari Kartini, lalu saya
buat tulisan untuk umi dan abi, karena kita paham betul, ketika berbicara
tentang kaum hawa, maka cukuplah Islam sebagai agama yang paling memperhatikan
kaum hawa, Islam turun untuk memulyakannya, ketika kaum hawa seolah tak
berharga dan bermakna lagi. Islam hadir untuk mengangkat derajatnya dan
memposisikan kaum hawa memiliki hak yang sama dengan kaum adam tentu sesuai dengan
fitahnya masing-masing. Maka beruntunglah karena hari kita hidup dijaman Islam
telah hadir dan kita telah menjadi muslim. Semoga Allah berikan kekuatan untuk
istiqomah.
Kalau sahabat bertanya kepada saya tentang kedua orang tua, maka saya
akan menjawab “merekalah guru dari semua guru, motivator dari semua motivator,
sumber inspirasi dari semua inspirator, dan tentang sumber cinta dari semua
cinta, juga tempat bercurah hati dari semua sarana yang anda, tentu setelah
Allah. Ini menjelaskan bahwa peran orang tua dalam hidup saya, bagaikan makan
tanpa nasi dan lauknya, artinya keduanya menjadi bagian hidup yang amatlah
penting.
“Abi, engkau telah mengajarkan kesederhanaan yang dicontohkan oleh
Rosulullah saw, tidak pernah nanda lihat engkau tampil berlebih dari apa
adanya, sungguh engkau telah mengajarkan arti tawadlu yang selama ini hanya
nanda ketahui secara teoritis semata. Abi, engkau begitu tegar menghadapi
gelombang kehidupan yang begitu besar, engkau begitu kukuh menghalau gemuruh
yang menggelegar, engkau begitu kuat menghadapi segala bentuk cobaan yang
datang, sungguh begitu banyak pesan bukan dalam bentuk kata yang telah engkau
perlihatkan kepada ananda, mohon do’akan nanda agar selalu berupaya untuk
menapaki jalan yang Allah gariskan, sebagaimana yang sering Abi ingatkan, dan
mohon do’akan nanda untuk selalu berupaya menjalani hidup dengan penuh
semangat, penuh maslahat dan diliputi rahmat, amin”.
“Bi, engkau yang telah ikhlas mengurangi waktu istirahat, selama hidup
hanya demi agar kami hidup bahagia, engkau yang sejak subuh sudah keluar rumah
membuka kunci-kunci rizki Ilahirabi, engkau yang menghabiskan hari diluar
rumah, dan engkau yang baru pulang kerumah bertemu kami ketika mentari sudah
kembali bersembunyi dibalik awan senja. Engkau yang tak pernah mengeluh dengan
semua keputusan Allah, engkau yang senantiasa tegar menghadapi terpaan badai
kehidupan, maafkan ananda jika sampai detik ini masih belum bisa seperti anak
yang abi damba”
“Umi, yang semakin hari semakin kuat cintanya, umi yang semakin hari
semakin ananda rindukan, Umi yang semakin hari semakin membuat nanda kangen, umi
yang setiap detik menjadi motivator nanda untuk tetap semangat menjalani hidup
ini, Umi yang tidak pernah berhenti mendo’akan putra-putrinya tercinta, umi
yang selalu tersenyum, umi yang selalu mengecup kening ketika pulang dan pergi,
umi yang tak pernah absen bangun sangat subuh, semasa nanda di SMP dan SMA
karena harus menyediakan untuk sarapan, umi yang senantiasa sabar dengan ulah
dan tingkah buruk nanda, umi yang tidak pernah menyakiti hati, umi yang
senantiasa dihati, umi, semoga engkau bahagia disana, walau jarak yang cukup
jauh, tapi hati kita selalu dekat”
“Umi, jika Allah mengabarkan kepada nanda tentang besarnya cinta umi,
maka tentulah nanda akan merasa tersipuh malu, karena nanda belum bisa menjadi
anak yang umi inginkan, umi jika saja Allah mengabarkan tentang cinta umi
kepada nanda sejak nanda dalam kandungan hingga detik ini, maka tak ada artinya
harta sebanyak apapun, jabatan setinggi apapun, sungguh nanda sangat mengerti
bahwa tak mungkin nanda bisa membalas amal baik umi yang senantiasa terjaga
ikhlas, dan nanda hanya paham bahwa Allah-lah sebaik-baik pemberi balasan bagi
setiap amal hamba-Nya”.
“Umi, abi, engkau akan selalu dihati”.
Sahabat yang baik hati, ketika saya kangen dengan mereka, selain
menghubungi mereka, hal yang biasa saya lakukan adalah menulis semacam ini dan
mendo’akannya dari kejauhan. Semoga sahabat juga senantiasa menjaga dan
mengukur serta berupaya untuk terus meningkatkan kualitas cintanya kepada Umi
dan Abinya.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,