Oleh
: Ence Surahman
Semua
orang yang normal tentu pernah merasakan “kecewa” dalam hidupnya, saya, anda
dan juga yang lainnya. Karena kecewa merupakan salah satu perkara yang
manusiawi, itu berarti semua orang tanp terkecuali akan merasakan kecewa
terhadap sesuatu. Apakah itu seorang
atasan yang kecewa terhadap kinerja bawahan seorang bos yang kecewa
dengan karyawannya.
Pemimpin
yang kecewa dengan kinerja para pemeran tapuk kepemimpinanya. Bahkan suami
istri yang kecewa kepada pasangannya, ayah bunda yang kecewa kepada tingkah
anaknya. Guru yang kecewa terhadap perilaku anaknya. Teman yang kecewa kepada
temannya yang lain. Bisnisman yang kecewa terhadap kinerja dari pathnernya, rekan
kerja di perusahaan, di sebuah organisasi dna perkumpulan apapun.
Sekarang
mari kita pahami lebih dalam apa itu kecewa, lalu mengapa muncul rasa kecewa
dan bagaimana cara mengatasinya?. Secara sederhana kecewa itu muncul karena
ketidakpuasan seseorang terhadap pelayanan yang ia dapatkan dari pihak lain,
terlebih pihak lainnya sudah menjanjikan hal-hal yang memuaskannya. Jadi
intinya kecewa itu muncul karena ketidapuasan.
Kecewa itu pasti terhadap
hal-hal yang telah terlewati/yang telah berlalu, itu berarti orang yang kecewa
terhadap sesuatu adalah orang yang tidak bisa menerima suatu keadaan dengan
lapang dada. Benang merahnya bahwa orang yang sering merasa kecewa adalah orang
yang sempit dadanya dari memahami kemampuan dan kesanggupan orang lain. Ia
terlalu perpectionist dan memasang
standar tinggi dalam kehidupannya.
Kecewa tidak mungkin terhadap
suatu perkara yang belum terjadi. Misalnya kecewa terhadap masa depan 10 tahun
lagi. Kecewa terhadap keadaan menjelang hari tua, kecewa terhadap anak “padahal
ia belum punya anak”, maka orang yang banyak kecewa terhadap keadaan yang sudah
terjadi bukan pada perkara yang belum terjadi. Hal ini menunjukan bahwa orang
yang kecewa harus belajar lagi tentang ilmu ikhlas dalam hidupnya. Karena
dengan ikhlas seseorang akan mampu menerima setiap keadaan dengan lapang dada
dan ia akan lebih memilih memaklumi bahkan memaafkan dari pada merasa
dikeceawakan. Benang merahnya berarti selain masih lemah ilmu ikhlas juga harus
belajar lagi untuk memaafkan kesalahan orang lain.
Maka
dari itu, untuk mengatasi kecewa yang menyapa, ada beberapa hal yang perlu Anda
siapkan amunisinya dalam diri Anda, yakni belajar untuk mau menerima keadaan,
belajar untuk memahami orang lain,
belajar untuk berlapang dada, belajar untuk belajar untuk mau memaafkan, dan
ikhlas terhadap segala hal yang terjadi dalam hidup Anda. Dan inti dari semua
itu bahwa Anda tidak boleh berhenti belajar untuk menjadi pemaaf, untuk bisa
berlapang dada, untuk mau memahami dan memaklumi keadaan orang lain. Dan itu
semua membutuhkan proses untuk menguasainya. Tidak bisa serta merta, maka
teruskanlah belajar mematangkan diri dengan ilmu sehingga kecewa tak akan
berani menyapa Anda.
Wallahu’alam.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,