Oleh : Ence Surahman
Pada suatu hari, saya diberikan inspirasi untuk menulis melalui perantara seorang teman, teman
saya ini telah berhasil membuat saya bertanya dan berpikir serta menuliskannya
dalam artikel yang sedang Anda baca ini. Yang saya temukan dari teman saya ini
adalah permasalahan beliau dalam membentuk paradigma dan prinsip serta
kebiasaan dalam hidup sehari-harinya.
Secara sederhana teman saya ini terbiasa melakukan aktivitas sehari-hari
dalam waktu yang cukup lama sehingga memakan banyak waktu, bayangkan saja untuk
sekedar mandi saja memerlukan waktu tidak kurang dari 30 menit, untuk
mengenakan pakaian pun demikian, untuk bercermin juga sama. Padahal teman saya
ini tergolong aktivis dikampusnya.
Yang lebih mengherankan lagi adalah
kebiasaan tersebut juga berdampak pada aktivitasnya dikampus, baik itu urusan
kuliahnya ataupun urusan amanahnya. Sebagai seorang pejuang dan kesatria
pergerakan, maka saya sendiri merasa kasian kepada beliau, apalagi beliau calon
pemimpin, tentu saya terpanggil untuk menyampaikan sesuatu yang sederhana
berupa nasihat yang sebenarnya untuk saya sendiri dan juga untuk teman saya
tadi termasuk Anda jika menemukan manfaat dari tulisannya.
Nasihat yang saya sampaikan kepada beliau
adalah perlunya melakukan rehabilitasi diri. Awalnya beliau sempat
terkaget-kaget, “lho apa maksudnya
rehabilitasi diri? Seperti rumah atau bangunan gedung saja?”, ya karena
memang selama ini yang kita ketahui tentang makna kata rehabilitasi lebih
identik untuk bangunan fisik berupa gedung atau infrastruktur yang berwujud
yang pada rentang waktu tertentu memerlukan proses perbaikan.
Saya memang tidak bermaksud menyamakan diri
kita dengan gedung atau jalan raya dan jembatan? Namun kata ini sengaja diambil
agar lebih memberikan makna yang mendalam bagi siapapun yang membaca tulisan
singkat ini. sehingga, harapannya para pembaca mendapatkan kepahaman yang
mendalam dari inti pesan yang terkandung didalamnya.
Rehabilitasi diri berarti perombakan,
perubahan atau pembaruan diri sendiri. Yang perlu dirombak adalah segala
sesuatu yang terkait dengan diri kita, baik dari unsur jasadiah ataupun unsur
rohaniah. Kalau mau digambarkan lebih mendetail maka saya ingin mengakatakan
bahwa yang harus kita rehab diantaranya sebagai berikut;
1.
Rehabilitasi
Paradigma/mindset
2.
Rehabilitasi mental
3.
Rehabilitasi
prinsip
4.
Rehabilitasi
kebiasaan
Sebelum saya jelaskan satu persatu, mungkin
ada yang bertanya, apa yang menyebabkan perlunya dilakukan rehabilitasi diri?
Jawaban sederhananya adalah karena diri kita hari ini masih banyak tertinggal,
masih perlu melakukan inovasi dan kreativitas, tujuannya agar diri kita tidak
tertinggal oleh zaman yang terus berkembang cepat, sehingga dengan konsep
rehabilitasi diri diharapkan lahir pribadi yang lebih baik, lebih produktif,
lebih bermanfaat, lebih berdaya guna baik untuk dirinya dan juga yang paling
baik adalah untuk kebanyakan orang dan sesama makhluk Tuhan.
Sekarang mari kita mulai, pembahasan
intinya satu persatu;
1.
Rehabilitasi
Paradigma/mindset
Paradigma seseorang akan menjadi faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kualitas dirinya, paradigma atau cara pandang seseorang
terhadap sesuatu. Lalu paradigma yang bagaimana yang harus dirubah dengan
paradigma yang bagaimana menggantinya? Yang saya pahami paradigma atau cara
pandang yang harus direhab adalah paradigma berpikir yang kolot, jadul.
Maka paradigma yang sebaiknya digunakan adalah
paradigma berpikir continuous
improvement, atau paradigma berpikir yang senantiasa menuju kepada
perbaikan berkelanjutan. Paradigma berpikir yang tidak akan merelakan waktunya
tanpa manfaat, baik untuk diri atau sesama. Sehingga dengan begitu ia akan
tampil menjadi pribadi yang pernuh arti, penebar manfaat, dan berdaya guna
kepada sesama. Paradigma ini berpengaruh pada kualitas diri yang senantiasa berjalan
menuju titik puncak manusia paripurna, manusia yang terbaik dalam pandangan
Tuhan. Subhanallah.
2.
Rehabilitasi mental
Mental yang harus direhabilitasi adalah mental
pecundang, mentalnya para pengecut, mentalnya para pemalas, mentalnya manusia
hidup yang seolah telah mati karena hidupnya tidak berarti. Mental ini harus
direhab menjadi mentalnya pemenang, mentalnya pejuang, mentalnya petualang,
akibatnya muncul pribadi yang tangguh, kokoh, tahan banting dan senantiasa
sigap dan siap serta bertanggungjawab atau semua hal yang ia lakukan dalam
kehidupannya.
3.
Rehabilitasi
prinsip
Prinsip hidup menjadi pegangan setiap diri, prinsip
yang tidak baik akan berdampak pada munculnya perilaku yang tidak baik pula,
maka perlu dilakukan rehabilitasi prinsip. Prinsip yang baik adalah prinsip
yang bersumber dari pedoman utama manusia yakni kitab suci dan tuntutan manusia
teladan sepanjang zaman, Muhammad saw. Prinsip itu adalah prinsip hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari besok harus lebih baik dari hari
ini, jika hari ini sama dengan kemarin, maka ia merugi, dan apabila besok lebih
buruk dari hari ini maka ia celaka, na’udzubillahimindzalik.
4.
Rehabilitasi
kebiasaan
Kebiasaan harian, terkadang ada yang rutin
dan ada juga yang insidental, seseorang yang terbiasa melakukan perkara yang
rutin dan tidak mau melakukan inovasi, biasanya kebiasaan sehari-harinya tidak
berubah (itu-itu saja). Padahal kalau kita sedikit maknai perkataan Einstain,
kurang lebih “hanya orang gila yang
menginginkan hasil yang berbeda dengan menggunakan cara yang sama”. Itu
berarti jika kita menginginkan hasil yang didapat berbeda dengan hari kamarin,
maka wajib adanya perombakan dan rehabilitasi kebiasan sehari-hari.
Contoh sederhana, kalau terbiasa bangun
tidur ham 5 pagi, maka sebaiknya rehab kebiasaan tersebut, dengan caranya
bangunnya lebih awal, misalnya jam 03.30 atau lebih awal dari itu, setidaknya
jika sebelumnya tidak pernah shalat malam, dengan bangun lebih awal, kita bisa
melakukan shalat sunat yang banyak keutamaannya. Selain shalat malam, juga
waktunya bisa di isi dengan mandi sehabis bangun, kemudian membaca qur’an,
membaca berita harian lebih awal, mendengarkan berita di radio dan TV lebih
dulu dari mereka yang bangun terlambat. Bahkan bisa melaksanakan shalat subuh
berjamaan dimesjid, yang memiliki keutamaan melebihi dunia dan seisinya.
Contoh lain, kebiasaan ketika makan, ketika
mandi, ketika berganti pakaian, apabila waktu yang kita habisnya ternyata tidak
efektif, maka sebaiknya kita melakukan rehabilitasi kebiasaan, misalnya
mandinya tidak lama tapi tetap bersih, sambil buang air besar, sambil sikat
gigi. Sambil mengganti pakaian sambil mendengarkan berita di radio, sambil
sarapan sambil menonton berita di TV, sembari berangkat kekantor sembari membaca
koran atau buku.
Bahkan dijaman yang serba cepat ini, sangat
memungkinkan kita untuk lebih berwawasan luas dengan menggunakan hp ditangan,
kita bisa tahu banyak dalam waktu
itungan detik, banyak berita yang bisa kita dapatkan melalui electronic news.
Kebiasaan lain yang harus dirombak adalah
kebiasaan nongkrong yang kurang bermanfaat, ngobrol yang ngelantur jadi
membicarakan orang lain, duduk santai yang tidak ada ilmu dan manfaat disana. Bahkan
yang lebih mengerikan adalah kebiasaan yang kurang bermanfaat, kurang berarti,
maka harus segera direhab. Prinsip rehabilitasinya adalah dengan mengupayakan
adalah setiap waktu yang berlalu mengasilkan ilmu, amal dan karya untuk sesama.
Wallahu’alam.
Insya
Allah bersambung J
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,