Oleh Muhamad Imam Mutaqin
(Mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI)
Evaluasi merupakan kata yang bagi para siswa seringkali diindentikkan dengan nilai mata pelajaran, karena kurangnya pemahaman yang benar terhadap makna dari evaluasi sendiri. Terlebih lagi karena kesan yang dirasakan memang bukanlah kesan yang seharusnya dialami, melainkan mereka menerimanya sebagai suatu acuan keberhasilan diri yang mau tidak mau mereka harus berhasil dikarenakan hal tersebut akan memberikan status dan pandangan tertentu dari lingkungan sosial ataupun keluarganya yang baik atau tidaknya ditentukan dari bagus atau jeleknya pencapaian nilai siswa yang bersangkutan.
Evaluasi sendiri menurut Nana Syaodih (1994:172) sebagai kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, sedangkan didefinisikan dari segi istilah menurut Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) adalah sebagai berikut: “Evaluation refer to the act or process to determining the value of something”. Namun yang harus diperhatikan benar-benar disini adalah kata “nilai” itu sendiri, yang mana tentu saja bagus atau tidaknya nilai dari sesuatu yang dievaluasi itu sangat ditentukan oleh penyusunan evaluasi oleh para evaluator, sehingga ketika terjadi hasil yang kurang memuaskan di dalam suatu evaluasi, yang sebenarnya perlu dibenahi adalah proses evaluasinya yang berujung pada bagaimana para evaluator menyusun evaluasinya sebaik mungkin, ditambah pembenahan metode yang dilakukan untuk melangsungkan pembelajaran yang efektif, bukan malah siswa yang bertindak sebagai objek yang disalahkan atas hasil evaluasi yang kurang memuaskan.
Dalam konteks kurikulum, evaluasi pengembangan kurikulum memiliki arti yang sangat luas dari sekedar evaluasi yang dilakukan dalam skala kelas yang mana tanggung jawab akan keberhasilan kurikulum ini pun menjadi tidak hanya tanggung jawab para pengambil kebijakan kurikulum ataupun guru, melainkan siswa itu sendiri memiliki tanggung jawab. Dalam artian bahwa guru harus membimbing para siswa agar mereka memiliki kesadaran akan pentingnya evaluasi bagi proses pembelajaran yang baik, sehingga evaluasi tidak akan dipandang sebagai suatu beban yang bisa mengganggu keadaan psikologis mereka yang masih rentan karena terjadinya proses evaluasi diri yang dibimbing oleh guru.
Evaluasi pengembangan kurikulum merupakan akar dari pembenahan yang positif dalam rangka memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam suatu kurikulum. Berdasarkan hal tersebut, evaluasi pengembangan kurikulum menjadi suatu hal yang penting karena merupakan alat untuk meninjau sejauh mana keberhasilan suatu kurikulum yang diterapkan. Karena perlu diakui bahwa penyusunan kurikulum itu sangat krusial, dimana ia dapat menentukan baik atau tidaknya pendidikan di suatu negara. Dari pembahasan akan pentingnya evaluasi dalam rangka mengembangkan kurikulum, maka terlahirlah model-model evaluasi kurikulum yang mana penulis sendiri berpendapat bahwa yang paling fundamental adalah model evaluasi kurikulum CIPP (content, Input, Process and Product) karena menurut penulis sendiri model evaluasi ini penulis pandang cakupannya lebih luas, namun tetap sederhana dan jelas aspek-aspek yang dievaluasinya, sehingga hasil evaluasi secara keseluruhannya pun dapat memberikan gambaran yang lebih gamblang tentang suatu kurikulum yang sedang dievaluasi, namun tentunya penulis tidak menampik bahwa model tersebut akan lebih baik lagi jika diintegrasikan dengan model-model evaluasi kurikulum yang lainnya sehingga melahirkan suatu model yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan pendidikan Indonesia.
Dari pendapat tersebut, evaluasi dalam konteks pengembangan kurikulum jelas merupakan hal yang perlu mendapat perhatian yang lebih dikarenakan evaluasi sendiri berhubungan dengan nilai dari suatu kurikulum, memberikan deskripsi analisis mengenai kekurangan dan keberhasilan dari suatu kurikulum yang merupakan jalan untuk melakukan perbaikan untuk menyempurnakan kurikulum yang ada. Penanganan yang serius dari para evaluator dan koordinasinya dengan para praktisi pendidikan sampai ke peserta didik pun mutlak dibutuhkan karena evaluasi kurikulum sendiri merupakan hal yang sangat luas cakupannya sehingga banyak pihak yang terlibat yang harus memaknai akan pentingnya evaluasi kurikulum, sehingga evaluasi yang dilakukan bisa meningkatkan aspek validitas (kesahihan), reliabilitas (keterandalan), signifikansi (keterpercayaan), dan objektifitas yang berujung pada proses penyempurnaan kurikulum yang baik dan tujuan pendidikan sendiri bisa tercapai.
Rujukan :
- Buku:
Tim Dosen Pengembang Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: FIP.
- Internet:
Toha, Muhamad. (2010). Model-Model Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Kurikulum. Online [Tersedia :http://tohacenter.blogspot.com/2010/10/model-model-monitoring-dan-evaluasi.html (3 Maret 2013)]
Yafrianti, Fitri. (2012). Evaluasi Pendidikan: Evaluasi Pengembangan Kurikulum. Online [Tersedia :http://sakura-ilmi.blogspot.com/2012/03/evaluasi-pendidikan-evaluasi.html (3 Maret 2013)]
http://opini.berita.upi.edu/2013/03/11/evaluasi-kurikulum-suatu-miskonsepsi-paradigma/
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,