Ence Surahman, S.Pd
Salah Satu Lulusan Terbaik
Universitas Pendidikan Indonesia Gelombang I April 2013
Sungguh tidak
mengangka apa yang sempat kami (saya, ayah dan ibu) bicarakan sewaktu saya
duduk dikelas II SD tahun 1997 dulu akhirnya bisa menjadi kenyataan. Ya, kala
itu orang tua saya pernah bilang bahwa mereka akan mengikhtiarkan saya agar
bisa melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Satu-satunya alasan
mereka mengatakan demikian karena dorongan dari guru-guru di SD yang menekankan
kepada orang tua agar saya terus disekolahkan hal itu dikarenakan saya selalu
juara satu dikelas.
Bagi keluarga kami
bisa menikmati pendidikan hingga perguruan tinggi merupakan sebuah kebahagiaan
tersendiri, jangankan untuk bisa melanjutkan sampai keperguruan tinggi, untuk
menyelesaikan sekolah dasar, bahkan sekolah menengah pertama dan atas pun hal
itu tidak mudah, terlebih waktu itu belum ada yang namanya Bantuan Operasional
Siswa (BOS) seperti sekarang ini, artinya pendidikan terasa cukup mahal. Apalagi
jarak sekolah yang jauh, hingga akhirnya sejak SMP saya harus mulai kost dan
itu menimbulkan jumlah pengeluaran semakin besar. Ditambah jarak usia saya,
kakak dan adik saya yang tidak terlalu jauh, akibatnya orang tua harus banting
tulang kerja keras untuk mencari uang guna menyekolahkan ketiga buah hatinya.
Mungkin karena kami
berasal dari keluarga yang sederhana itulah, sehingga mental hidup hemat, tekun
dan bekerja keras menjadi karakter keluarga kami. Sewaktu di SD sepulang
sekolah atau ketika hari libur, bagi kami tidak ada waktu untuk bermain, kami
gunakan waktu untuk membantu orang tua, semisal mencari rumput, mencari kayu
bakar, hingga mengembala kambing bahkan ikut mencangkul, menanam padi sampai
memanennya. Hampir semua kegiatan para petani di kampung pernah kami coba
semuanya.
Begitupun dalam hal
belajar, terutama saya pribadi selalu mentargetkan nilai dan hasil prestasi
yang tertinggi. Hal itu terbukti alhamdulillah sejak kelas I SD hingga kelas
XII SMA nilai saya selalu baik dan saya selalu memperoleh juara I baik dikelas
ataupun dilevel sekolah. Kecuali pernah satu kali juara II ketika catur wulan I
kelas III SD. Bekal prestasi itulah yang menjadi perantara mudahnya saya
mendapatkan beasiswa baik ketika di SMP, di SMA bahkan hingga di Universitas.
Berikut ini saya
ingin berbagi kiat sukses bagi para pembaca sekalian, tidak bermaksud
menggurui, dianggap ria bahkan jauh dari mencari puji, hanya ingin berbagi
semoga ada manfaat dan kebaikan yang bisa kita ambil dan terapkan dalam
kehidupan kita atau orang-orang disekitar kita. Ada enam kiat yang akan saya share sebagaimana penjelasan berikut
ini:
1. Kiat sukses akademik
Menjadi seorang pelajar atau
mahasiswa tentu akan selalu berhubungan dengan nuansa dan lingkungan akademik,
dalam pandangan saya menjadi pelajar dan mahasiswa saja itu belum cukup, namun
bagaimana caranya agar saya bisa sukses dalam hal akademik? Ya setidaknya nilai
dikelas untuk setiap mata pelajaran dan mata kuliah selalu memuaskan bahkan
menjadi yang terbaik,hingga akhirnya mengantarkan pada hasil akhir berupa
prestasi kelas atau indeks prestasi yang terbaik pula.
Seperti yang saya sempat
tuliskan diatas, alhamdulillah dari SD hingga SMA bahkan di tingkat universitas
saya selalu mendapatkan juara ke I dari puluhan bahkan ratusan pesaing saya.
Dan diakhir perkuliahan saya di kampus alhamdulillah IPK saya mencapai angka
3,83 dan itu yang terbaik di jurusan bahkan bersaing di level fakultas hingga
akhirnya berhasil dinobatkan sebagai salah satu lulusan terbaik UPI pada wisuda
gelombang I April 2013 kemarin.
Lalu apa kiat-kiatnya? Yang
pertama, miliki target akademik. Ketika memulai proses belajar baik dikelas
sewaktu disekolah atau bahkan ketika mulai perkuliahan disetiap semesternya,
maka buatlah target akademik, misalnya (juara I, nilai yang tertinggi, tidak
pernah diremedial, dan mendapatkan indeks prestasi no 1). Membuat target
menjadi penting, karena dengannya kita akan termotivasi untuk melakukan proses
belajar dan kuliah yang terbaik yang bisa kita lakukan. Yang kedua, do the best, bagi pelajar atau mahasiswa
yang ingin sukses akademiknya, maka lakukanlah yang terbaik yang bisa
dilakukan. Lakukan yang terbaik ketika diberi tugas, kerjakan ujian dengan
baik, ikuti proses pembelajaran dan perkuliahan dengan perhatian dan fokus yang
terbaik.
Kiat yang ketiga tunjukan
rasa ingin tahu yang tinggi, caranya adalah dengan banyak bertanya baik pada
diri sendiri, teman dan kakak tingkat yang lebih dulu tahu bahkan kepada guru
atau dosen. Maka hukumnya menjadi wajib bagi saya hampir dalam setiap
pembelajaran dan perkuliahan untuk bertanya minimal satu pertanyaan kepada guru
juga dosen dikampus. Kiat yang keempat adalah bersikap apresiatif, mungkin sedikit sekali mahasiswa yang melakukan ini.
Tapi itulah yang saya lakukan, ketika sudah terjadi proses perkuliahan didalam
kelas, bisa via SMS atau jejaring sosial bahkan secara langsung, saya sampaikan
terimakasih atas ilmu yang telah mereka (guru,dosen) berikan kepada saya dan
saya minta do’a mereka agar ilmunya berkah dan bermanfaat.
2. Kiat sukses
mendapatkan beasiswa
Sekalipun diwaktu saya
sekolah belum ada bantuan semisal BOS hari ini tapi alhamdulillah saya pernah
beberapa kali mendapatkan beasiswa, seperti ketika di SMP saya sempat
mendapatkan bantuan gratis SPP beberapa bulan, tahukah alasannya mengapa?
Selain karena saya selalu juara satu, juga karena saat itu saya menjadi ketua
OSIS dan alhamdulillah kinerja kami dipandang baik oleh pihak sekolah hingga
ketua OSISnya berhak mendapatkan beasiswa. Walaupun tidak besar namun hal itu
cukup membantu.
Begitupun ketika di SMA
alhamdulillah sempat mendapatkan beasiswa terlebih ketika di kampus
alhamdulillah selalu mendapat jatah beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik
(PPA), sampai tugas akhirpun alhamdulillah mendapat bantuan dari pemerintah provinsi
Jawa Barat. Berdasarkan data keuangan selama perkuliahan saya, pemasukan dari
beasiswa alhamdulillah mencapai angka lebih dari 14 juta rupiah. Dan itu
alhamdulillah sangat membantu proses studi saya.
Lalu bagaimana kiatnya agar
bisa mendapatkan beasiswa? Yang pertama buat diri kita layak untuk
mendapatkannya, ini yang pertama dan utama, pantaskan diri kita bahwa kita yang
paling layak untuk mendapatkan beasiswa tersebut, hal itu tentu diwujudkan
dalam bentuk menjadi siswa atau mahasiswa teladan, berprestasi dan memiliki
indeks prestasi yang paling tinggi dan baiknya tidak ada yang lebih tinggi dari
kita. Sehingga ketika ada beasiswa pihak sekolah atau pihak kampus tidak akan
bingung mencari yang akan menerima karena kita yang paling berhak mendapatkannya.
Kiat yang kedua nyambung
dengan bahasan saya berikutnya, yakni perbanyak jaringan dan relasi baik dengan
internal lembaga atau pun dengan pihak luar. Selanjutnya harumkan nama
institusi dengan prestasi kita dan itu yang saya katakan sebagai mahar sukses
pelajar atau mahasiswa. Siapa yang tidak bangga dan senang serta bahagia ketika
ada pelajar atau mahasiswa disebuah lembaga yang mendapatkan penghargaan dan
prestasi baik di level lembaga, kota, wilayah, nasional apalagi internasional?
Maka merekalah yang layak mendapatkan beasiswa. Tentu beasiswa ini bukan
semata-mata kita layak dibantu karena tidak mampu, namun karena prestasi yang
kita miliki.
3. Kiat sukses membangun
relasi & jaringan
Mungkin ada pelajar atau
mahasiswa yang secara akademik bagus namun ternyata tidak punya relasi dan
jaringan yang luas, teman-temannya hanya itu-itu saja. Kalau dalam peribahasa
Sunda disebut “kurung batokeun” padahal
semestinya seorang pelajar atau mahasiswa harus memiliki relasi dan jaringan
yang luas, baik di level lembaga tempat ia belajar, atau bahkan di level
nasional dan juga internasional. Dan kita semua tahu bahwa salah satu kunci
hidup sukses diera globalisasi sekarang ini adalah kemampuan membangun
jaringan. Baik jaringan di dunia nyata ataupun di dunia maya.
Beberapa kiat sukses
membangun jaringan adalah yang pertama milikilah mindset terbuka (openmind) karena
orang yang selalu berpikiran terbuka ia tidak akan pernah menutup diri dari
lingkungan luar dirinya. Dan ini adalah modal pertama ketika kita ingin sukses
membangun jaringan. Yang ketika asahlah kemampuan komunikasi interpersonal
yakni kemampunan komunikasi kita dengan orang lain. Ini menjadi penting karena
bagaimana mungkin bisa membangun jaringan dan relasi kalau berkomunikasi saya
tidak lancar. Untuk menunjang hal ini, maka latihlah kemampuan komunikasi oral
dan visual kita, kemudian latih juga kemampuan memahami bahasa diluar bahasa
kita, baik bahasa asing ataupun bahasa lokal suatu daerah.
Kiat yang ketiga yakni kuasai
teknologi informasi, karena jejaring dan relasi sangat mudah dibangun via
teknologi informasi yang terus berkembang cepat, maka wajib hukumnya mahasiswa
melek teknologi, punya jejaring sosial, punya blog bahkan website sendiri dan
hal-hal lain yang bisa menjadi sarana untuk membangun jaringan dan relasi. Kiat
yang keempat, aktiflah di organisasi level nasional bahkan internasional.
Sejujurnya salah satu faktor akhirnya saya bisa berkesempatan keliling beberapa
kampus dan kota di Indonesia, seperti ke Ambon, Jambi, Semarang, Surabaya,
Bogor, Jakarta, Cirebon, Purwakarta, Sumedang, Serang, Bandung dan lain-lain
karena saya pernah aktif di Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus. Bahkan
berkat jejaring ini pula saya berkesempatan untuk mendapatkan penghargaan
sebagai Indonesian Young Islamic Leader
(IYIL Award tahun 2012).
4. Kiat sukses
berorganisasi
Pintar saja tidak cukup,
namun juga dibutuhkan sikap terampil. Berdasarkan pengalaman saya banyak
keterampilan (soft skill) yang diperlukan dimasyarakat namun belum
terfasilitasi dibangku kuliah, misalnya bagaimana mengelola rapat yang efektif
dan produktif, bagaimana mengelolah sebuah kegiatan, bagaimana membuat proposal
hingga tembus, bagaimana melatih kemampuan berkomunikasi didepan umum (public communication), bagaimana berpikir
dan bertindak strategik serta penuh perhitungan (tidak gegabah) dan jiwa kepemimpinan
semua itu saya peroleh ketika saya aktif di organisasi.
Alhamdulillah sejak SD hingga
perguruan tinggi saya merasa amat senang aktif di organisasi, ketika di SD saya
hampir tiap tahun menjadi ketua kelas, bahkan sempat ketika kelas VI dinobatkan
sebagai Ketua Murid sesekolah, juga pernah menjabat sebagai sekretaris ikatan
santri ditempat ngaji. Ketika di SMP aktif di Pramuka, sempat jadi Ketua OSIS
dan bahkan menjadi tim formatur pendirian ekstra kurikuler Palang Merah Remaja
(PMR).
Ketika masuk di SMA semakin
senang aktif berorganisasi, mulai aktif di Pramuka, Paskibra, Pecinta Alam,
Ketua OSIS, ekskul penyiaran, Karate, Volley, Sepak Bola, dan akhirnya menjadi
pendiri Himpunan Alumni SMAN 21 Garut (HASTA) yang terus berkembang hingga
kini. Tidak cukup sampai disitu, ketika masuk kampus lebih tertantang lagi
untuk aktif di organisasi, dilevel jurusan aktif di Hima Tekpend, DPM Tekpend,
kemudian di fakultas aktif di DKM Attarbiyah (Rohis Fakultas Ilmu
Pendidikan) dilevel universitas sempat
mengemban amanah dan aktif di Program Tutorial Pendidikana Agama Islam (PAI)
Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Hingga
dilevel nasional sempat aktif di Badan Khusus Mentoring Nasional dan Forum
Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Indonesia.
Lalu bagaimana kiat sukses
organisasi dengan tidak melupakan tugas studi? Dan bagaimana caranya agar orang
tua kita percaya kepada kita, walaupun sibuk organisasi namun tetap berhasil
dalam hal akademik?. Kiat yang pertama yakni pastikan pola pikir kita yang
sudah matang, bahwa aktif di organisasi bukan semata hanya untuk mengisi waktu
atau hanya untuk mengalihkan kesibukan studi atau bahkan menghindari
tugas-tugas akademik, namun pastikan kita meyakini dan memahami bahwa
organisasi merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran baik disekolah
maupun dikampus. Dengan keyakinan tersebut akan dipastikan arah perjalanan
karir studi lancar dan organisasi juga akan bisa dilaksanakan secara optimal.
Kiat yang kedua,
pandai-pandailah mengelola waktu. Banyak orang terjebak dengan waktu, ia merasa
waktunya tidak berdaya guna, bahkan ia merasa hidupnya hampa, karena ia tidak
memahami hakikat waktu. Waktu adalah modal utama semua makhluk, terlebih
manusia. Barangsiapa yang pandai mengelola waktu, maka sukses hidup seseorang,
namun barangsiapa tidak bisa mengelola waktu dengan baik, maka ia akan menjadi
orang-orang yang merugi. Aktivis organisasi adalah orang yang pandai mengelola
waktu. Karena mereka berbeda dengan kebanyakan orang yang hanya memiliki satu
kesibukan. Aktivis organisasi tidak mau waktunya terbuang percuma dan setiap
detik waktunya akan sangat bermanfaat.
Kiat berikutnya adalah
jadilah pelopor dan jauhkan diri dari sifat pengekor. Seorang aktivis
organisasi kalau ia mau sukses berorganisasi maka jadilah pelopor, jadilah
aktivis yang kreatif, yang selalu berpikir mencari dan membuat sesuatu menjadi
baru, perbanyak berkarya dan lakukan apa yang tidak dilakukan orang lain.
Dengan melakukan hal tersebuat maka ia akan semakin mantap dalam mengelola
organisasi. Sesibuk apapun ia, sebesar apapun organisasinya, seberat apapun
tugas dan tanggungjawabnya. Maka ia akan senantiasa bisa mengelolanya dengan
baik. Dan ia bisa menikmati setiap proses dan setiap tantangan yang ia hadapi
dalam organisasinya.
Dulu ketika saya di SMA,
karena sibuknya berorganisasi saya sering pulang hampir menjelang malam, bahkan
akhir pekan jarang pulang karena ada
kegiatan pendakian gunung. Suatu hari Ibu pernah mengingatkan bahkan menegur
untuk tidak terlalu sibuk di organisasi. Beliau khawatir nilai akademik saya
turun. Lalu tahukah Anda apa yang waktu itu saya katakan pada ibu saya? Saya
katakan “Bu jangan khawatir, saya bisa pastikan nilai saya stabil bahkan
semakin baik, dan Ibu harus tahu, salah satu faktor saya terus memperoleh juara
pertama itu karena berkah aktif di organisasi. Dengan begitu saya jadi dekat
bahkan dikenal baik oleh guru, dan saya bisa pastikan rangking saya tidak akan
turun”. Alhamdulillah Ibu saya percaya, maka sejak saat itu sampai hari ini,
saya tidak pernah dikhawatirkan lagi, kalaupun akhir pekan saya tidak pulang,
atau setiap hari pulang menjelang larut malam, dan ibu saya selalu mendukung
setiap aktivitas saya selama itu baik. Jadi
tidak ada alasan aktif di organisasi membuat jeblok nilai akademik.
5. Kiat sukses mengikuti
perlombaan
Saya memang tidak terlalu
sering mengikuti perlombaan, namun disetiap jenjang pendidikan saya,
alhamdulillah ketika saya mengikuti perlombaan, hasilnya selalu memuaskan.
Seperti halnya ketika di UPI sedang ada seleksi mahasiswa berprestasi dan
ketika saya ikut, alhamdulillah walau dengan usaha yang luarbiasa menguras
tenaga hasilnya sungguh memuaskan.
Kiat sukses mengikuti
perlombaan diantaranya yang pertama, pastikan kita menyukai perlombaan yang
sedang digelar, artinya jangan memaksakan hati iktu perlombaan yang tidak atau
kurang diminati. Yang kedua buat target
terbaik diajang tersebut, yang ketika lakukan dengan ikhtiar yang palaing
maksimal. Saya masih ingat ketika saya ikut seleksi mapres, untuk menghasilkan
kualitas karay tulis yang baik, saya berulang kali minta masukan dan saran baik
dari dosen pembimbing juga dari teman-teman kuliah. Hingga yang saya tidak
lupakan adalah saya sampai tidak tidur hingga menjelang subuh untuk
menyelesaikan karya tulisnya dna diakhir ketika mau dikirimkan ke neasional
saya harus print hingga ke Dago karena di sekitar gerlong tidak ada fotocopyan
yang buka 24 jam. Malam itu saya tidak melelapkan mata barang sedetik saja.
Satu alasan saya, yakni saya ingin melakukan yang terbaik.
Kiat yang keempat adalah sambut
hasil yang terbaik dengan nadzar. Inilah kunci rahasia yang akhirnya saya share ditulisan ini. Nadzar bisa dengan
beragam cara, bisa dengan bersedekah, shaum sunat, atau berazam untuk tidak
meninggalkan shalat sunat dhuha, shalat sunat tahajud, tilawah harian dan
aktivitas positif lainnya. Saya sering merasakan ketika bernadzar maka azam dan
cita-cita kerap tercapai dengagn hasil membahagiakan.
6. Kiat sukses menjadi
pembicara
Kiat yang terakhir yang ingin
saya bagikan adalah kiat sukses menjadi pembicara. Diluar sana masih banyak
pembicara yang luarbiasa dibanding saya. Namun diantara mereka sudah pada
menginjak usia senja. Artinya mahasiswa yang luarbiasa masih terhitung jari.
Mungkin para ketua lembaga organisasi kerap tampil menjadi pembicara. Dan itu
pula yang saya alami ketika menjalani aktivitas sebagai mahasiswa.
Alhamdulillah pengalaman berbicara didepan umum, baik perannya sebagai MC,
Moderator, penyaji karya tulis, pengisi ta’lim, pengisi training serign saya
lakukan, bahkan dalam catatan saya sudah lebih dari 100 kelas/tempat saya
menjadi pembicara.
Kiat yang mesti dilakukan
diantaranya yang pertama miliki kemauan untuk senang berbagi ilmu dengan orang
lain. Yang kedua perbanyak waktu untuk membaca, baik membaca buku-buku ilmiah,
buku motivasi, buku pengembangan diri, artikel diinternet, tulisan para pakar,
kemudian surat kabar. Setelah itu tuangkan hasil bacaan tadi kedalam bentuk
tulisan yang bisa anda share di jejaring sosial, di blog atau situs pribadi.
Kemudian mulailah untuk senang tampil didepan orang banyak. Dan itulah waktu
terbaik diri anda untuk menampilkan hal terbaik yang anda punya.
Berdasarkan pengalaman saya
menjadi pembicara, pada awalnya malu, ragu, khawatir tidak lancar, atau lupa
ide dan gagasan yang ingin disampaikan. Bahkan sering saya bertanya dulu
alokasi waktu yang dibuat oleh panitia, khawatir terlalu lama, tap ketika sudah
terbiasa, yang ada adalah perasaan senang, puas dan bahagia. Akibatnya kalau
dulu tidak mau diberi waktu terlalu lama, sekarang seringnya waktu yang
tersedia terlalu sebentar.
Dan alhamdulillah dengan
seringnya kita diundang, selain kita senang bisa berbagi, bisa silaturahmi,
juga sedikit demi sedikit bisa lebih mandiri. Karena biasanya panitia selalu
mengantar kita pulang plus biaya transport.
Barangkali itu saja yang
bisa saya share dalam tulisan ini,
kalaupun terlalu panjang, saya berharap semoga bermanfaat untuk para pembaca
sekalian. Dan insya Allah yang lebih panjangnya tentang ulasan bagaimana
menjadi mahasiswa yang sukses, sedang saya tulis menjadi sebuah buku. Mohon
do’anya semoga segera kelar dan segera bisa dinikmati oleh teman-teman
mahasiswa sekalian.
Saya belum bisa melakukan
banyak hal dalam rangka berterimakasih kepada rakyat Indonesia yang telah
membantu proses studi saya di UPI Bandung (karena mahasiswa PTN sebagian besar
biaya kuliahnya dibiayai oleh negara yang tentu berasal dari rakyat). Maka saya
berharap ada generasi setelah saya yang juah lebih hebat, lebih berprestasi dan
lebih sukses dalam meniti karir sebagai insan cendikianya dan tentu yang lebih
besar peran dan manfaatnya untuk kemajuan peradaban bangsa dan negara Indonesia.
Aamiin.
Yang paling akhir, saya mohon do’a dari para pembaca
sekalian, agar imu yang saya dapatkan dari hasil kuliah dikampus bisa saya
amalkan dan berkah bagi saya juga bagi soapaun yang mendapatkannya. Juga saya
minta do’anya agar semua cita-cita dan impian saya bisa terwujud dengan ridho
dan keberkahan-Nya, begitupun sebaliknya saya do’anya semoga apa yang para pembaca inginkan akan menjadi
kenyataan. Dan yang paling penting semua kehidupan kita ada dalam bimbingan dan
ridho-Nya hingga kelak kita berkumpul di surga Allah, aamiin.
Dipagi yang sejuk, Bandung,
23 April 2013.
Salam cinta dari Ence
Surahman.
SuKsesssss !
BalasHapus:-)
BalasHapus