Oleh
: Ence Surahman
Dua
hari yang lalu, saya mengikuti sebuah kegiatan istimewa dalam hidup saya,
selepas saya mandu acara wisuda santri Pesantren Tahfidz Sekolah Daarul Qur’an
International Bandung. Saya langsung berangkat camping untuk menghadiri acara
Nyalasar (Nyantri Latihan Dasar) sebuah program pendidikan dan latihan dasar
untuk para calon anggota muda MATAGIRA (Moslem
Adventure Association of Giri Ranggah) yang bertempat di Kawasan Hutan
Sanggara Kabupaten Bandung Barat yang Berbatasan dengan Kabupaten Subang Jawa Barat.
Dalam
salah satu momentum, saya katakan kepada teman-teman saya sembari berbicang
ringan namun semoga penuh arti. Saya katakan “kawan, tahukah engkau, bahwa
sesungguhnya hidup itu, sulit, pahit dan bukan sesuatu yang mudah untuk
dijalani, maka jadilah pribadi yang senantiasa pandai menata diri agar hidup
itu menjadi manis dan kita bisa menikmatinya dengan begitu kita bisa mencapai
tujuan hidup yang kita cita-citakan yakni hidup bahagia, baik di dunia maupun
diakhirat”.
Awalnya
saya hanya iseng menyampaikan hal itu, namun ternyata kata-kata itu akhirnya
merasuk kepada hati sanubari beberapa teman-teman yang saat itu mendengarkan
kata-kata saya. Sampai akhirnya saya putuskan untuk menuliskannya dalam artikel
ini. Tentu saya berharap ada manfaat dan pelajaran yang berarti bagi siapapun
yang membacanya.
Mungkin
ada diantara anda yang bertanya “mengapa hidup itu dikatakan sulit, pahit dan
tak mudah menjalaninya?” pertanyaan itu persis seperti pertanyaan beberapa teman
saya ketika camping tempo hari, merekapun bertanya hal yang sama, seolah tak
percaya dan tak mau mendengar kalau ternyata hidup itu begitu pahit dan sulit.
Maka
saya katakan kepada semuanya termasuk anda pembaca yang baik hati, mengapa saya
katakan hidup itu sulit, pahit dan tak mudah untuk menjalaninya?, bayangkan
saja sahabat, hidup dizaman ini, kita semua bertemu dengan berbagai keadaan
yang tidak mudah. Saya ambil contoh sederhana, untuk bisa hidup dan bertahan
dalam kehidupannya, seseorang harus bekerja keras, misalnya seorang ayah harus
bekerja keras untuk berusaha mencari nafkah agar anak dan istrinya bisa makan
dengan lahap. Tidak sampai disitu, bahan pokok dan bahan makanan yang harganya
semakin menggunung tinggi menjadi salah satu masalah tersendiri.
Sementara
lahan pekerjaan dan upah bekerja yang diterima kebanyakan jauh dari standar kebutuhan minimun. Coba sahabat
hitung sendiri, upah minimum para pekerja berkisar antara 1,3-2,6 juta
perbulan, sementara itu harus menanggung semua kebutuhan anak istrinya, masih
mending kalau misalnya istrinya juga punya penghasilan, nah kalau tidak
bagaimana? Sementara kebutuhan perbulan saya yakin jauh dari angka upah minimun
tersebut. Jangankan mereka yang sudah berkeluarga, saya sendiri yang masih
menyendiri pengeluaran perbulan rata-rata lebih dari 2,2 juta. Lalu bagaimana
dengan mereka yang punya banyak anak dan anaknya banyak kebutuhan?. Tidak mudah
bukan?
Mungkin
berbeda cerita bagi mereka yang sudah diberikan rizki yang lapang oleh Allah,
namun tetap saja saya katakan mereka juga menemukan kesulitan dalam hidupnya,
buktinya tidak sedikit orang yang secara materi berlimpah, namun hidupnya tidak
bahagia, mereka gagal membangun keluarga yang diimpikannya, mereka gagal
mendidik dan mengurus anak-anaknya, kesimpulannya ternyata hidup itu masih saya
pahit bagi yang berlimpah secara materipun.
Terlebih
perkembangan zaman hari ini yang semakin mencekam, yang semakin competitive,
semakin keras saingannya, orang berpikirnya bagaimana ia bisa sukses, bagaimana
bisa hidup enak, banyak duit, yang terkadang tidak pada track yang seharusnya
ia tempuh, maka tidak heran kalau ada pejabat yang korup, pengusaha yang licik
dan bahkan pemimpin yang menindas rakyatnya.
Contoh
lainnya untuk sekolah hingga kuliah, biaya yang harus disiapkan semakin mahal
saja. Sementara ketika sudah selesai kuliah ternyata masih banyak bahkan
semakin bertambah banyak jumlahnya yang menganggur karena kesulitan mendapatkan
lapangan pekerjaan, persaingan yang semakin mengglobal bahkan yang lebih
mengerikan tidak tidak sedikit dihapapkan dengan praktik suap. Tentu ingin
menjadi masalah tersendiri, sampai kembali kita menyimpulkan bahwa hidup itu
memang sulit.
Contoh
berikutnya ketika seseorang sudah menginjak dewasa kemudian ia memutuskan untuk
berumah tangga, ternyata untuk menuju kesana prosesnya juga tidak semudah
membalikan telapak tangan. Terlebih ketika harus memiliki rumah, harganya kan
tidak kecil, apalagi kalau sudah memiliki keturunan dan seterusnya. Bahkan untuk
berbisnis/berwirausaha saja supaya tidak bergantung kepada lapangan pekerjaan
yang amat sempit, juga ternyata tidak mudah, harus ada modal dulu, bahkan untuk
mengurusi perizinannyapun tidak mudah. Sampai kembali pada kesimpulan sementara
kita bahwa memang hidup itu tidak mudah kawan.
Dan
ketahuilah kawan, sesungguhnya ada hal yang jauh lebih sulit dari semua yag
sudah saya paparkan diatas, tahukan anda? Takukah anda hal apa yang paling
sulit dari semua kesulitan yang sudah saya uraikan diatas? Yakni menjadi
manusia yang senantiasa dicintai oleh Allah swt. Proses untuk kesana tidaklah
mudah kawan, karena kita bertemu dengan medan perjuangan yang amat mengerikan, karena
ada nafsu dalam diri kita yang kemudian dimantapkan dengan bujuk rayu syetan
hingga kita semakin sulit melangkah menuju cintaNya Allah swt.
Hingga
Rosulullah SAW pernah menyampaikan bahwa jihad yang paling berat adalah jihad
melawan hawa nafsu, dan sungguh mereka yang mengikuti jejak nafsu yang tidak
pada track yang seharusnya adalah mereka yang amat merugi. Kembali saya
ingatkan kawan, bahwa hidup ini sulit, pahit dan tidak mudah untuk dijalani.
Pertanyaannya,
bagaimana caranya agar hal itu tidak terjadi dan kita bisa melewati setiap
kesulitan yang ada dihadapan kita? Saya ingin berbagi sedikit dan sangat
mungkin tidak bisa memuaskan rasa penasarana sahabat semua, namun mudah-mudah
kita bisa terus berbagi, untuk saling memudahkan setiap kesulitan itu. Kunci keluar
dari kesulitan itu diantaranya;
1.
Milikilah ilmunya
Sebagaimana
yang kita ketahui bersama bahwa ilmu itu cahaya, maka apabila kita analogikan
kehidupan yang sulit itu bagaimana kegelapan, itu berarti ita sedang membutuhka
cahaya. Dan cahaya itu adalah ilmu. Sebagaimana salah satu perkataan rosulullah
SAW, bahwa “apaila engkau ingin bahagia didunia, kuncinya dengan ilmu, ketika
engkau ingin bahagia diakhirat juga dengan ilmu hingga ketika engkau ingin
bahwa dunia akhirat, maka kuncinya harus dengan ilmu”. Jelaslah kawan, semua
yang menjadikan hadirnya kesulitan dalam hidup kita, itu hanya karena satu
alasan, yakni kita belum tahu ilmunya untuk mengatasi kesulitan dan kepahitan
tersebut.
Sederhananya
bagaikan ketika kita diberikan soal ulangan oleh guru, tentu kita tidak akan
bisa mengisi soal-soal tersebut manakala kita tidak tahu rumus dan cara
menyelesaikannya, berbeda dengan ketika soal yang kita terima itu bisa kita
kerjakan karena kita tahu ilmunya. Untuk itu mari kita menjadi pribadi yang
senantiasa senang dan bersemangat untuk mencari ilmu, hingga setiap takdir yang
akan menyulitkan kita, sudah kita antisipasi penawarnya yakni ilmunya.
2.
Mulai dari paradigma kita
Kunci berikutnya untuk keluar dari
setiap kesulitan hidup, yakni kita harus senantiasa memastika agar paradigma
dan mental kita senantiasa terjaga dalam suasana dan kondisi yang penuh
optimistis. Tak ada ruang pesimistis sekecil apapun. Mental dan konsep diri
kita harus di instal dengan mental optimis, selalu yakin dan yakin bahwa semua
kesulitas itu pasti ada jalan keluarnya. Sebagaimana yang Allah firmankan di
dalam Alqur’an surat al-Insyirah ayat 5-6, yakni “ maka setelah kesulitan itu
ada kemudahan dan setelah kesulitan itu ada kemudahan” hingga Allah
mengulanginya sebanyak dua kali. Maka yakinlah sesungguhnya ketika kita hanya bergantung dari semua
urusan kepada Allah saja, maka kemudahan
itu ada ditangan kita, insya Allah.
3.
Mantapkan dengan iktiar yang
sungguh-sungguh lalu
Tahu
ilmu, mental yang baik saja belum cukup, kita butuh ikhtiar duniawi, ikhtiar
lahiriah, maka pastikan untuk mengatasi semua kesulitan itu diperlukan
kerja-kerja lahiriah yang sungguh-sungguh, contohnya ketika kita ingin
mendapatkan penghasilan yang berkecukupan, maka tentu ktia harus pandai menata
diri untuk pantas mendapatkannya, kalau kita menjadi pengusaha maka ikhtiarnya
harus terus diupgrade agar omset dan hasil usaha kita juga makin bertambah. Prinsinya
adalah continuous improvement yang
pernah saya tulis beberapa bulan lalu.
Sederhanya
jangan malas, bekerjalah dengan ikhtiar yang maksimal dan sungguh-sungguhnya,
biar semua hasilnya kita serahkan dan kembalikan kepada dzat yang Maha
Menentukan takdir makhlukNya.
4.
Sempurnakan dengan do’a
Kunci
berikutnya, maka sempurnakanlah dengan ikhtiar batiniah kita, dengan ikhtiar
langit yang tidak boleh terputus, maka gunakan senjati terampuh kita sebagai
orang yang beriman, yakni DO’A, inilah seseungguhnya senjata terampuh untuk
kita gunakan ketika kita bertemu dengan kesulitan dan setiap langkah kaki kita.
Ingatlah
kawan, sesungguhnya kita saat ini sedang menempuh sebuah perjalanan, sebuah
perjalanan yang hanya sebentar saja, dan kita akan bertemu dengan sebuah
kehidupan yang amat fana, kelak diakirat, dan itulah kehidupan yang
sesungguhnya harus kita kejar, dan kereta waktu itu kian hari terus berlari,
maka tak ada kata berhenti untuk terus meraih mimpi yang hakiki itu dan langkah
ini tak akan berhenti hingga kita semakin mendekat padaNya yakni melalui sebuah
takdir kepastian kita, yakni KEMATIAN. Wallahu’alam bishowab.
Bandung, di Pondok
Daarul Qur’an, Senin, 27 Mei 2013 jam 17.35-18.38 WIB. Dekap hangat salam cinta
dari sahabat Anda Ence Surahman.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHatur nuhun ilmuna, http://andrioptimasi.blogspot.com/
BalasHapus