Oleh : Ence Surahman, S.Pd
Kurang lebih 3 bulan yang lalu saya
ditawari oleh salah satu pathner baik saya yang juga atasan saya di sekolah
untuk ta’aruf dengan seorang wanita yang berprofesi sebagai dokter kenalan dari
istri atasan saya tadi. Katanya sang dokter muda ini sedang mencari pasangan
hidup dalam waktu segera, selintas sempat berpikir dalam hati “apakah ini
jawaban dari Allah atas mimpi saya tempo dulu?” sejujurnya saya sempat punya
keinginan untuk menikah dengan seorang dokter, tapi ketika akhirnya ada
kesempatan saya segera tersadar dan merefleksi diri bahwa ternyata untuk saat
ini saya belum pantas bersanding dengan seorang dokter dilihat dari berbagai
aspek yang saya pahami saat ini. Akhirnya saya katakan “terimakasih atas
kebaikannya, namun mohon maaf karena berbagai pertimbangan untuk saat ini saya
belum siap melangkah kesana, semoga beliau –dokter- segera mendapatkan
pendamping hidup yang diimpikannya”.
Tidak sampai disitu Kamis pekan lalu
saya ditelfon juga oleh senior saya beliau menanyakan kesiapan saya untuk
menuju ke jenjang pernikahan, beliau bilang ada seorang wanita yang sedang
berencana menikah dalam waktu dekat dan pihak keluarganya sudah menyiapkan
semuanya jadi kalau diproses sepertinya prosesnya tidak akan lama lagi, boleh
jadi dalam waktu satu bulan ini bisa langsung menikah, sejenak sayapun sempat
berpikir “apa ini jawaban Allah atas do’a minta dipermudah proses kesana?” tapi
akhirnya saya putuskan untuk belum atau tidak menerima tawaran tadi dan saya
malah merekomendasikan salah satu teman terbaik saya untuk diproses kesana.
Bahkan kemarin sore sekitar pukul
14an, saya ditelfon oleh direktur sebelumnya di tempat saya mengajar, beliau
baru buka pesantren dan sekolah di Garut tepatnya di Kadungora, dan beliau
menawarkan saya untuk menjadi kepala sekolah disana, sejenak saya berpikir
“subhanallah, apa ini jawaban atas do’a-do’a saya akhir-akhir ini?” namun tak
lama setelah itu saya sampaikan permohonan maaf bahwa saya sendiri masih merasa
belum pantas untuk menjalankan amanah tersebut, merasa masih minim ilmu dan
pengalamannya, akhirnya saya rekomendasikan senior saya yang kebetulan sudah
selesai di pasca sarjana.
Subhanallah dari ketiga kisah yang
Allah hadirkan dalam hidup saya tadi, saya sendiri punya sedikit kesimpulan
bahwa ternyata do’a kita itu pasti Allah kabulkan entah dalam waktu dekat atau
jauh bahkan entah didunia atau nanti diakhirat. Hanya yang menjadi masalahnya
adalah ketika Allah hendak menjawab rintihan do’a kita, bagaimana kondisi kita
pada saat itu, apakah kita sudah siap ataukah belum?
Ini yang saya maksud tentang konsep
diri yakni senantiasa mengupgrade diri untuk selalu bisa menakar kepantasan
dalam diri kita. Sederhananya kalau misalnya saya yakin sudah pantas, tentu
tawaran-tawaran diatas tidak saya abaikan begitu saja, tapi karena diri ini
merasa belum siap ilmunya, belum siap pengalamannya akhirnya tidak saya terima.
Hikmahnya teruslah belajar, karena
dengan belajar kita akan semakin banyak ilmu dan pengalaman dan sering-seringlah
menakar kepantasan diri sendiri yang dengan begitu kita akan senantiasa tahu
dimana posisi kepantasan diri kita setiap waktu. Wallahu’alam, semoga ada
manfaatnya.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,