Oleh : Ence
Surahman, S.Pd
Pembaca
yang budiman, pernah merasakan kedatangan tamu yang ditunggu, kekasih yang
dinanti, orang yang disayang? Misalnya kedatangan orang tua, anak, sanak family
yang lama diluar kota atau berkarya diluar negeri? Kedatangan teman lama yang Atau bagi Anda yang sudah menunggu pasangan
hidup dalam waktu lama, dan akhirnya ia datang untuk menikahi Anda dengan
penerimaan sepenuh jiwanya?
Pertanyaan
berikutnya adalah apa yang akan Anda persiapkan agar semua proses pertemuan dan
kebersamaannya menghadirkan makna yang tidak bisa terlupakan. Dugaan saya Anda
akan menyiapkan segalasa sesuatunya semaksimal mungkin. Seperti yang biasa
penulis rasakan dan alami ketika penulis pulang kampung. Sepengalaman penulis,
orang dirumah setidaknya menyiapkan masakan kesukaan penulis, atau merapikan
tempat tidur dan kamar yang sudah sekian lama penulis tinggalkan. Di samping
itu orang-orang rumah juga menyiapkan diri untuk sekedar menyambut kedatangan
penulis.
Pada
konteks yang lain, ketika akan datang seorang calon suami yang akan meminang
seorang wanita, maka wanita dan orang-orang rumahnya akan menyiapkan kedatangan
tamunya. Apakah dengan menghidangkan masakan, merapikan pekarangan, merapikan dalaman
rumah. Memasang wangi-wangian, memastikan penerangan disetiap ruangan,
membersihkan toilet dan sampai menyiapkan oleh-oleh untuk sekedar buah tangan
bagi tamu yang datang.
Pembaca
yang budiman, sebentar lagi kita semua akan kedatangan tamu yang sangat
istimewa. Istimewa bukan hanya untuk saya tapi untuk kita semua. Tamu yang akan
datang bukan untuk merepotkan pribumi melainkan membawa kabar yang sangat
menggembirakan. Membawa sejuta harap dan motivasi yang akan membawa kita menuju
hari esok yang lebih baik. Tamu yang akan membuat kita semakin hari semakin
berdayaguna, mendorong kita menapaki tangga-tangga kehidupan yang produktif
disisa-sisa usia kita.
Dialah
tamu tercinta, tamu istimewa, tamu yang mestinya dirindukan, tamu yang harus
dinantikan, tamu yang harus disambut dengan suka cita hati terbuka, tamu yang akan
datang membawa kenangan dan kisah indah disebagian episode hidup kita. Dialah ramadhan bulan istimewa,
ramadhan bulan suci, ramadhan bulan al-qur’an, ramadhan bulan ampunan, ramadhan
bulan kasih sayang, ramadhan bulan kebaikan dan sederet nama-nama indah yang
layak disandingkan.
Lalu
bagaimana sebaiknya kita menyambut kedatangan sang tamu istimewa itu? Apakah
harus seperti kita menyambut tamu dari luar kota, seperti tamu rombongan
keluarga mempelai pria dalam hajat pernikahan. Tentu konteksnya tidak sama
persis, namun pada prinsipnya sebagai pribumi yang baik, kita harus menyiapkan
segala sesuatunya agar tamu itu betah bersama kita dan kita betah bersamanya. Agar
pertamuannya menghadirkan makna yang mendalam.
Makna yang tidak mudah dilupakan makna yang berkesan.
Setidaknya
ada empat hal yang harus kita persiapkan untuk menyambut tamu tercinta kita,
diantaranya rukhiyah, fikriyah, jasadiyah dan maaliyah. Rukhiyah berbicara tentang persiapan hati
dan keimanan. Sedangkan fikriyah
berhubungan dengan persiapan keilmuan berkenaan dengan ramadhan. Jasadiyah berkaitan dengan kesiapan
kondisi kesehatan kita. Dan maaliyah
berkaitan dengan persiapan bekal harta selama ramadhan.
Mungkin
Anda akan bertanya mengapa semua itu harus dipersiapkan? Jawabannya sederhana
sebagaimana ketika Anda mau camping atau
mendaki gunung. Maka setidaknya niat hati Anda harus sudah bulat, tanpa
keraguan, kemudian bekal ilmu anda tentang dasar-dasar pendakian harus sudah
dipahami, selain itu kondisi pisik dan kesehatan Anda juga diperhatikan, harus
kondisi fit agar tidak menjadi gangguan selama diperjalanan. Dan tentu bekal
harta berupa ongkos, menu makan, tiket masuk harus dipersiapkan.
Begitu
juga ramadhan tercinta, ia bulan yang layak jika kita perlakukan istimewa untuk
beribadah secara khusus, sehingga fokus pada yang lain bisa diminimalisir. Harta
bukan untuk beli baju lebaran, melainkan untuk memperbanyak sedekah, untuk
memperbanyak infak, memperbanyak membantu orang membutuhkan. Di samping untuk
menyiapkan hidangan buka dan sahur, baik untuk sendiri maupun orang lain.
Persiapan
rukhiyah dilakukan sejak masuk bulan Rojab, dengan mencontoh Rosulullah yakni
memperbanyak shaum sunah, shalat malam, dzikir, tadzabur al-qur’an, menghadiri
majelis ilmu, majelis orang-orang sholeh. Memperbanyak istighfar, meminta
ampun, menata hati dari hal-hal yang bisa menodainya seperti dusta, buruk
sangka, iri, dengki, hasad, jahil, dzolim, fitnah, ghiba, buruk sangka dan lain
sebagainya.
Adapun
persiapan fikriah bisa dilakukan dengan cara memperbanyak bacaan yang berkaitan
dengan ilmu-ilmu seputar shaum, amalan-amalan yang dianjurkan, keutamaan setiap
amalam di Bulan Ramadhan, kemudian hal-hal yang diperintahkan dan dilarang, hal-hal
yang dimakruhkan, disunahkan, dimubahkan dan lain sebagainya, agar shaum kita
bermakna dan bernilai manfaat yang besar dan kita bisa melewati setiap detiknya
dengan kebaikan yang berbasis pemahaman yang kuat.
Sementara
persiapan jasadiyah bisa dilakukan dengan memperbanyak olahraga, menjaga pola
makan dan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, menjaga pola istirahat, memastikan
setimbangnya antara kalori yang dibutuhkan dengan asupan gizi yang dikonsumsi. Memperiksa
kesehatan, memeriksa tensi darah, general chek dan lain sebagainya.
Dan
persiapan maaliyah bisa direncanakan
dengan cara menyisihkan tabungan khusus untuk persiapan ibadah dan beramal
maaliyah dibulan ramadhan. Setidaknya untuk kebutuhan harian, kebutuhan infak
dan sedekah, kebutuhan zakat fitrah dan kebutuhan berbagi rizki kepada orang
yang membutuhkan yang biasanya dilakukan ketika halal bihalal keluarga dan lain
sebagainya. Namun pada intinya bukan untuk memanjakan diri dengan makan enak, pakaian
bagus, namun untuk memperbanyak upaya membersihkan amanah harta yang
dititipkanNya, dengan infak, sedekah, zakat, hadiah dan lain sebagainya.
Semoga
dengan ke empat persiapan tersebut, kita bisa menyambut kedatangan “cinta”
dengan penuh bahagia, dan kebersamaan dengannya akan berbuah ridho dan
rahmatNya. Sehingga kita bisa mencapai derajat manusia terbaik menurut
pandanganNya yakni derajat muttaqin atau
orang yang bertaqwa. Sebagaimana firman Allah dalam al-qur’an surat al-hujurot
ayat 13 yang artinya “Sesungguhnya orang
yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang bertaqwa diantara kalian”
aamiin YRA. Wallahu’alan bishowab.
mantaaap kang
BalasHapuskumaha damang akh? tos rengse hapalana?
Hapus