(Studi Kasus Di Lingkungan Program Studi Educational
Technology PPS UNY)
Oleh
: Ence Surahman, S.Pd
Ketua
Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia – Klaster Mahasiswa 2016,
Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan PPS UNY.
Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan PPS UNY.
Ide tentang
tulisan ini sudah terbersit dalam pikiran dari beberapa hari yang lalu, namun
idenya baru tertuang pagi ini, tepat selepas merenung di salah satu pojok ruangan Pusat
Pengembangan Bahasa LPPMP UNY. Rupanya keheningan tempat ini mampu menghipnosis
jemari untuk merangkai kata demi kata menjadi rangkaian paraghraf yang
mudah-mudahan bermanfaat.
Tulisan ini
muncul berdasarkan analisis lapangan yang dialami sendiri oleh penulis dalam
proses penyelesaian tesis di Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta. So, target utama dari pembaca tulisan ini adalah
rekan sejawat para teknolog pendidikan yang sama-sama sedang berjuang meniti
langkah untuk menuntaskan kewajiban akademik sebagai calon magister pendidikan.
Namun demikian harapannya juga bermanfaat untuk adik-adik angakatan yang mulai
menyusun proposal dan atau untuk kakak angkatan yang progresnya masih sama dengan
saya, atau lebih jauh untuk sesama rekan sejawat teknolog pendidikan di
berbagai kampus di tanah air yang kebetulan sedang menyelami samudra model
penelitian dan pengembangan (RnD).
Sebagai
informasi awal, mayoritas penelitian mahasiswa prodi TP PPS UNY lebih dari 80%
adalah RnD, bahkan di kelas saya dari 20 mahasiswa yang bukan RnD hanya 1
orang, beliau mengambil model penelitian evaluasi. selain karena kebijakan dari
prodi untuk mendorong penelitian pengembangan, hal itu juga sesuai dengan
platform dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 8 untuk
jenjang magister, sebagaimana berikut :
1 Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan
atau seni di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui
riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.
- Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner .
- Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional.
Di samping
itu ternyata bukan hanya di program studi kami teknologi pendidikan, beberapa
prodi lain di lingkungan Program Pascasarjana UNY juga mengambil model
penelitian yang serupa yakni penelitian dan pengembangan (RnD). Rupanya branding
tersebut sudah lebih dulu diketahui publik, beberapa rekan saya yang mengambil
program magister di UNY salah satu alasannya karena pascasarjana UNY tersohor dengan
penelitian pengembangannya.
Kembali ke
topik utama kita, jadi secara umum langkah-langkah untuk penelitian dan
pengembangan dengan model pengembangan apapun yang digunakan (ADDIE, ASSURE,
Borg & Gall, Allesi Trollip dll) pada intinya ada 2 langkah utama yang
harus diperhatikan yakni proses penelitian dan kemudian pengembangan dari hasil temuan pada proses penelitian
diawal.
Proses penelitian
di awal boleh dilakukan langsung oleh peneliti baik dalam bentuk observasi,
wawancara, membaca hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan masalah yang
akan diteliti, atau dengan metode survei lapangan seperti yang saya lakukan,
yang intinya untuk memotret fenomena dilapangan pada kawasan yang akan kita
kaji dan lebih dalam.
Setelah proses
penelitian dilakukan, proses selanjutnya adalah mengolah data hasil penelitian
dan mencari beberapa masalah yang berpotensi untuk dikembangkan, masalah yang
kita potret setidaknya memenuhi unsur kekurangan yang berpeluang untuk
diperbaiki, atau ketidak efektifan yang berpeluang untuk dilakukan pengembangan
pada aspek tertentu agar hasilnya lebih efektif.
Sebagai contoh
permasalahan pada program pembelajaran di sekolah, kita dapat mengkaji potensi
masalah dari proses pembelajarannya, media, alat dan bahan ajarnya baik dari
ketersediaan maupun keberdayagunaan, atau dari potensi masalah dan peluang baru
yang potensial mendukung peningkatan mutu pembelajaran seperti yang saya
lakukan. Saya memotret potensi mobile device dikalangan pelajar untuk kemudian
saya kembangkan konten yang mendukung diinstal pada mobile device agar mobile
device mereka lebih berdaya guna. Ternyata pada saat saya survei, masalah
pendukung pentingnya dikembangkan konten pendukung mobile devicenya tinggi
sekali.
Dalam ilmu
teknologi pendidikan, proses memotret keadaan dan mencari masalah dilapangan
adalah bagian dari langkah penting yang kami mengenalnya dengan istilah need
analysis (analisis kebutuhan). Proses analisis kebutuhan adalah kunci utama dan
pertama dalam pengembangan program, apapun jenis programnya, baik pengembangan
program media, alat, bahan, sumber, belajar, e-learning, web based, dll.
Seorang pengembang
program, melalukan pengembangan program tanpa analisis kebutuhan ibarat dokter
memberi obat pada jenis penyakit yang belum diketahui dengan tepat. Itulah
sebabnya mengapa dosen saya (Dr. Crist) menyebut teknolog pendidikan adalah
dokter dalam bidang pendidikan. Karena tugas utama kami adalah mengalisis
masalah dan memberikan treatment yang sesuai dengan permasalahan yang
ditemukan.
Proses penelitian
dan pengembangan yang sudah jelas masalahnya akan memudahkan peneliti dalam
melakukan pengembangannya. Ibarat pemimpin yang memiliki visi kepemimpinannya. So,
apabila kita menemukan diri kita dalam keadaan gamang dengan apa yang sedang
diteliti dan dikembangkan, boleh jadi salah satunya karena kurang tajamnya
analisis kebutuhan atau kurangnya penguasaan terhadap masalah yang kita teliti.
Langkah selanjutnya
setelah bab I tersusun dengan baik adalah menyusun landasan teori yang
mendukung dengan rencana RnD yang kita lakukan. Pembahasan tentang landasan
teori secara lengkap dapat dipelajari pada buku-buku pendukung, namun yang pasti
landasan teori harus mampu menjabarkan
semua variable yang ada dalam penelitian kita. Mulai dari konsep,
prinsip, teori, grand teori, temuan baru, yang terkait dengan topik penelitian
kita. So, kunci utama untuk memudahkan menyelesaikan landasan teori adalah
banyak membaca buku referensi dan membaca jurnal yang mengkaji topik yang
sedang kita teliti.
Langkah selanjutnya
adalah penyusunan metodologi penelitian pada bab III. Karena di awal saya sudah
menyampaikan bahwa tulisan ini tentang penelitian model RnD, maka metode penelitian
yang saya maksud juga seputar penelitian pengembangan, jenis model
pengembangganya disesuaikan dengan rencana rekan-rekan peneliti. Masing-masing
model pengembangan memiliki kekhasan tersendiri, sebagai contoh modelnya Allessi
Trollip lebih familiar dikenal untuk pengembangan berbagai produk multimedia
baik yang offline maupun online. Sedangkan untuk pengembangan perangkat, model,
strategi pembelajaran atau pelatihan, dapat menggunakan modelnya ADDIE, ASSURE,
Dick & Carey, Borg & Gall dan lain-lain. Begitupun untuk jenis
pengembangan instrumen penilaian, evaluasi, assesment pembelajaran ada model
pengembangan tersendiri yang sesuai dengan produk yang hendak dikembangkannya.
Selain menentukan
jenis model pengembangannya, tentu secara standar di BAB III memuat populasi
dan sampel penelitian dan pengembangan, kemudian teknik pengumpulan data, jenis
data, teknik analisis data dan lain-lain. Hal tersebut dapat disesuaikan
sendiri.
Selepas bab
1,2 dan 3 rampung, langkah selanjutnya adalah seminar proposal tesis. Di UNY
sendiri proses seminar disesuaikan dengan jadwal perkualiah seminar
proposal, ada beberapa prodi yang melaksanakan
seminar di semester 3 namun yang terbaru mulai di coba mata kuliah seminar
proposal dilaksanakan di semester 2. Saya kira kebijakan terbaru ini sangat
baik karena memudahkan mahasiswa untuk bekerja lebih cepat dalam menyelesaikan
proses penelitiannya sembari mengampu mata kuliah yang teoritis lainnya. Karena
biasanya di semester 1 sudah diberikan mata kuliah metodologi penelitian, yang
produk akhirnya adalah proposal tesis, maka ketika semester 2 langsung
disajikan mata kuliah seminar, saya kira ini terobosan yang sangat baik.
Teknis
penjadwalan urutan seminar proposal diserahkan ke kebijakan masing-masing
kelas, biasanya ada yang dikocok, ada juga yang lebih humanis dengan diberikan
kesempatan lebih dulu rekan yang sudah lebih siap, yang lainnya menyesuaikan
dengan kesiapannya, yang penting selama
mata kuliah diampu, semua mahasiswa mendapat jadwal untuk maju seminar
proposalnya masing-masing.
Lalu apa
yang diseminarkan? Sebagaimana yang pernah rekan-rekan alami waktu seminar
proposal skripsi waktu S1, penyaji harus memaparkan rancangan penelitiannya,
mulai dari latar belakangm tujuan, manfaat, topik kajian, kajian teori, metode
penelitian yang digunakan, jenis data, instrumen pengumpul data, dan teknik
analisis data yang akan digunakan dalam penelitiannya. Kemudian dari audiens
menanggapi dan memberikan masukan untuk penyempurnaan rancangan penelitian. Intinya
proses seminar adalah proses menyajikan rangcangan penelitian dan menampung
masukan dari dosen dan rekan sejawat berkaitan dengan rancangan penelitian
kita.
Apabila pada
waktu maju seminar kisi-kisi dan instrumennya sudah siap divalidasi, maka
proses selanjutnya yang tidak boleh ditunda-tunda adalah memvalidasi instrumen.
Bagaimana kita tahu bahwa instrumen kita siap untuk divalidasi? Pertama aspek-aspek
yang akan muncul dalam isntrumen harus muncul juga di kajian teori, bahkan
sebaiknya butir-butir indikator juga sama muncul di kajian teori. Intinya jangan
sampai instrumen itu muncul secara ajaib, tanpa muncul di bab II. Lebih lanjut
tentnag bahasan ini dapat kita diskusikan di lain kesempatan.
Proses lain
selepas seminar dalah melakukan revisi dari semua masukan pada waktu seminar. Apabila
proses revisi sudah selesai, tinggal konsultasi pada pembimbing untuk melangkah
pada proses selanjutnya.
Jangan lupa
proposal yang sudha direvisi setelah seminar, perlu di tandatangani oleh
pembimbing dan direktur, lembar persetujuan ada di buku panduan. Mengapa ini
harus dilakukan? Karena pada saat kita mengurus surat ijin penelitian ke
Kesbang dan Bapeda di kabupaten/kota tempat kita akan melakukan penelitian
salah satu syaratnya adalah proposal sudah di sahkan oleh direktur atau pihak
berwenang. Surat rekomendasi penelitian tidak akan terbit apabila proposal yang
kita lampirkan belum di tandatangani oleh direktur.
Proses permohonan
tandatangan dari direktur harus disertai tanda tangan dari pembimbing dan surat
keterangan sudah lulus mata kuliah seminar poposal tesis dari dosen pengampu
mata kuliah seminar. Surat keterangan dapat dibuat secara manual apabila Kartu
Hasil Studi belum memunculkan keterangan nilai dan kelulusan mata kuliah seminar.
Apabila nilai sudah muncul di KHS, maka dapat digunakan untuk meminta tanda
tangan direktur dengan KHS karena sama-sama menerangkan yang bersangkutan sudah
lulus mata kuliah seminar proposal.
Proses meminta
tanda tangan direktur, kebijakan yang berlaku di lingkungan PPS UNY harus
menyertakan nota tanda bukti pembayaran SPP semester teranyar yang sedang
ditemput. So jangan sampai sampai tanda bukti pembayaran SPP Anda hilang. Mesti
disimpan dan sebaiknya di copy untuk cadangan beberapa keperluan.
Sekarang kita
bahas tentang teknis validasi.
Kebijakan yang
berlaku di lingkungan program studi Teknologi Pendidikan PPS UNY, setidaknya
ada 3 proses validasi yang harus dilakukan oleh peneliti. Pertama validasi
instrumen oleh ahli instrumen, kedua validasi materi dan ketiga validasi produk
(media, model, perangkat pembelajaran, alat, bahan, sumber ajar, dll).
Lalu berapa
orang minimal validatornya? Untuk validator instrumen idealnya 2 orang namun
ada beberapa pembimbimg yang membolehkan hanya satu orang. Jadi semua instrumen
yang akan kita gunakan dalam penelitian harus terlebih dahulu divalidasi oleh
ahli instrumen. Siapa yang dapat kita jadikan validator instrumen? Tergantung rekomendasi
pembimbing atau nama yang kita ajukan, apabila pembimbing mengijinkan.
Teknis mengurus
validasi instrumen diantaranya:
1. Kita
mengisi blangko validasi di bagian pengurusan validasi (di PPS UNY di lantai 3
depan ruang direktur PPS).
2. Pada
saat kita mengisi blangko harus disertakan proposal dan tanda bukti pembayaran
SPP pada semester terbaru.
3. Pada
blangko isian, kita diminta menuliskan nama, NIM, Prodi, nama validator, nama
pembimbing dan judul penelitian kita.
4. Proses
pembuatan surat rekomendasi validasi bisa satu sampai dua hari tergantung
apakah pak Asdir 1 sedang ada di kantor atau tidak. Karena surat permohonan
validasi ditantangani oleh pak Asdir
bidang akademik.
5. Setelah sudah jadi, kita serahkan ke validator, beserta semua instrumen yang hendak divalidasi.
5. Setelah sudah jadi, kita serahkan ke validator, beserta semua instrumen yang hendak divalidasi.
6. Bersama
surat permohonan validasi, disertakan form isian untuk validasi yang akan diisi
oleh validator, yang intinya apakah validator menyatakan instrumen siap
digunakan tanpa revisi, atau layak digunakan dengan revisi atau instrumen tidak
layak untuk digunakan, artinya teradapat banyak kesalahan dalam pembuatan draf
instrumennya.
7. Apabila
langsung layak tanpa revisi, berarti kita bisa langsung melangkah pada tahap
selanjutnya, namun jika perlu direvisi, maka revisi saja dulu baru kemudian
menghadap lagi untuk menyampaikan hasil revisiannya sekaligus mendiskusikan
dengan pembimbing.
Selanjutnya teknis mengurus validasi materi dan produk yang dikembangkan. Pada prinsipnya mengurus surat rekomendasinya kurang lebih sama dengan proses mengurusi validasi instrumen, kita mengisi blangko isian dengan menyertakan nama validator dan instrumen yang akan digunakan untuk validasi materi dan produknya.
Setelah surat
permohonan validasi materi dan produknya jadi, kita menghadap ke validator dan
menyampaikan rancangan penelitian kita, biasanya mereka suka menanyai rancangan
penelitian kita. Maka sebaiknya ketika mau menghadap siapkan proposal dan
kuasai inti penelitian kita biar mudah menjelaskan kepada validator.
Perlu saya
ingatkan tentang waktu, dari pascasarjana sendiri dalam surat permohonan
validasi menerangkan agar maksimal 2 minggu proses validasi sudah selesai divalidasi oleh validator(artinya kalau kita bertemu dengan validator yang molornya sangat jauh, misalnya satu bulan baru divalidasi, kita boleh mengingatkan isi surat dari pasca tentu dengan cara yang baik dan santun), so
ini penting diperhatikan agar pengaturan timingnya dapat kita rancanga dengan
baik. Maksud saya jangan sampai jadwal penelitian terlewat gara-gara proses
validasi yang tidak lancar. Sebagai contoh, seharusnya Anda masuk sekolah
(penelitian) tanggal 15 april, tapi Anda baru mengurus validasi instrumen
tanggal 1 April, walaupun materi dan media sudah jadi, ini bukan contoh
pengaturan waktu yang baik. Masih mending kalau kebetulan validator instrumen
sedang tidak sibuk dan mau langsung memvalidasi dalam waktu 1 atau 2 hari, nah
kalau misalnya validatornya sedang sibuk baru dapat diambil hasil validasinya
dalam 2 minggu sejak tanggal 1, maka kita kekurangan waktu untuk revisi dan
mengurus validasi materi dan produknya. Saran saya sebaiknya mengurus validasi instrumen minimal 4 minggu dari tanggal rencana penelitian.
Bolehkah mengurus
validasi instrumen dengan validasi materi dan produk dalam satu waktu? Jawabannya
tidak. Karena instrumen/alat yang akan digunakan untuk memvalidasi materi dan
produknya belum ready. Ibarat pisau yang belum tajam, nanti jadi gak bagus,
masih mending kalau hasil validasi instrumen tidak banyak perubahan dari
instrumen yang kita gunakan. Kalau misalnya banyak yang harus direvisi maka
akan bermasalah. So, sebaiknya validasi instrumen dulu baru validasi produk dan
materi.
Proses validasi
produk dan materi boleh dilakukan secara bersamaan. Di program studi teknologi
pendidikan validator produk dan materi harus dilakukan oleh masing-masing 2
orang ahli. Salah satunya harus dosen dan sebaiknya bergelar minimal doktor
yang pakar pada bidangnya, adapun validator
yang satu lagi boleh dari luar dosen, seperti guru, atau praktisi pengembang
produk yang kita kembangkan, setidaknya bergelar sarjana atau magister, dan
akan lebih baik kalu semua validator bergelar doktor atau profesor yang pakar
pada materi dan produk yang akan divalidasinya.
Setelah proses
validasi, jika ada yang harus direvisi maka revisilah, jika tidak ada, berarti
Anda sudah boleh melanjutkan penelitiannya. Proses selanjutnya adalah uji coba,
mulai dari uji alpa dan betha untuk model Allessi Trollip dan uji perorangan,
kelompok kecil, kelompok besar untuk modelnya Borg & Gall.
Semua hasilnya
diolah dengan menggunakan teknik analisis data yang sudah direncanakan pada bab
3. Dan apabila data sudah terkumpul, langkah selanjutnya adalah penafsiran dan
analisis data hasil penelitian yang kita tuangkan dalam bab IV. (saat ini saya
sendiri baru mau mulai tahap ini, mohon doanya agar segera rampung). Model penulisan
bab IV untuk jenis penelitian dan pengembangan maka idealnya dimulai dengan
pemaparan hasil penelitian yang paling awal kita lakukan sebelum proses pengembangannya.
Adapun selebihnya menyesuaikan dengan kaidah penulisan dan penyajian serta
pembahasan data pada bab IV. Yang pasti data yang disajikan jelas dan mudah
dipahami oleh pembaca serta mampu
menjabarkan apa yang seharusnya dijabarkan dan tidak menampilkan data
yang tidak seharusnya ditampilkan. Dalam pembahasan bab 4 juga penting dituntut
kejujuran dari peneliti. Artinya data harus ditampilkan apa adanya sesuai fakta
yang ditemukan dilapangan, terutama pada proses uji respon dan uji kebermanfaat
dalam proses penelitian.
Apabila bab
4 sudah rampung, langkah selanjutnya adalah meringkas simpulan pada bab 5 dan
menuliskan saran dan rekomendasi yang jelas tujuan dan sasarannya. Perlu di
ingat jangan sampai saran dan rekomendasi tidak jelas untuk siapa sasarannya. Maka
pada point ini penting untuk diperhatikan. Sehingga para pembaca akan memahami
target dari saran dan rekomendasi yang dimaksud oleh peneliti tersebut.
Langah terakhir
adalah menyusun dan merapikan lampiran-lampiran untuk menyiapkan daftar proses
review semua nahkah kita oleh reviewer yang ditunjuk oleh pasca, dan harus
dipastikan semua sumber yang kita rujuk harus ada bukti rilnya. Hal ini perlu
dipersiapkan karena ada beberapa reviewer yang meminta copyan cover dan isi
halaman yang kita rujuk dalam naskah tesis kita.
Kalau reviewer
sudah selesai, selamat Anda layak untuk ujian/sidang, semoga lancar dan ilmu
yang diperolehnya selama studi penuh barokah. Pesan terakhir kalau sudah
sidang, jangan lupa bantu temannya yang belum sidang dan jangan sungkan berbagi
jika ada yang membutuhkan bantuan kita baik untuk sekedar cerita pengalaman
maupun minta bantuan olah data, review naskah, kelengkapan dan lain sebagainya.
Demikian semoga
bermanfaat
Yogyakarta,
6 April 2016
Jam 10.00-11.45
WIB.
Sip kang, terimakasih atas informasinya. Menarik dan informatif sekali terutama untuk saya sendiri, yang saat ini baru sampai tahap validasi instrumen. Semoga bisa lancar ke tahap selanjutnya.
BalasHapusSemangat mba mawar, biar segera n...h :D
BalasHapusThanks mas enche.. Membantu sekali. :D
BalasHapusBagus & detail infonya meskipun kek maraton saat baca. Ditunggu tulisan tentang pengalaman penelitian jenis yang lainnya.
BalasHapussama2 mas Yoga, nanti jenengan juga cerita ya, biar yang lain tahu pengalamannya.
BalasHapusMba novi maaf itu tulisan di kertasnya ada 6 halaman, sebenarnya ada niat mau di cicil pulish, tapi kadang nanggung dan suka ada target lain yang mesti dikejar, jadi kalau ditunda sayang kalau ga keburu lagi disusun.
Waktu S1 saya penelitiannya quasi eksperimen, topiknya masih nyambung dengan topik tesis ttg mobile learning,
mungkin yang lain ada yang pernah kualitatif, hehe atau mba novi ja yang nulis biar yang lain tercerahkan.
InsyaAllah mas enche.. Hehe.
BalasHapusSaya sebenarnya masih bingung tentang teknik analisis data dalam penelitian R&D. Kalau ada yang paham mengenai topik tsb, boleh bgt untuk dishare..
tergantung jenis isntrumen dan jenis data yang mau diolahnya mas, pada prinsipnya ada 2 yakni teknik analisis deskriptif dari data mentah yang hanya diberikan satu sentuhan, ada juga teknik analisis statitik yang melewati beberapa sentuhan, kalau lihat di beberapa tesis pengembanagn di prodi TP, kebanyakan hanya dengan analisis deskriptif kecuali jika ada analisis variabel yang lebih banyak, nanti menggunakan anava (analisis varian, bahkan ada yang multivarian) seperti yang kebanyakan orang2 sain dan PEP biasa gunakan,
BalasHapus