Langsung ke konten utama

Strategi Penyelesaian Penelitian Pengembangan



(Studi Kasus Di Lingkungan Program Studi Educational Technology  PPS UNY)


Oleh : Ence Surahman, S.Pd
Ketua Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia – Klaster Mahasiswa 2016,
Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan PPS UNY.

Ide tentang tulisan ini sudah terbersit dalam pikiran dari beberapa hari yang lalu, namun idenya baru tertuang pagi ini, tepat selepas merenung di salah satu pojok ruangan Pusat Pengembangan Bahasa LPPMP UNY. Rupanya keheningan tempat ini mampu menghipnosis jemari untuk merangkai kata demi kata menjadi rangkaian paraghraf yang mudah-mudahan bermanfaat. 

Tulisan ini muncul berdasarkan analisis lapangan yang dialami sendiri oleh penulis dalam proses penyelesaian tesis di Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. So, target utama dari pembaca tulisan ini adalah rekan sejawat para teknolog pendidikan yang sama-sama sedang berjuang meniti langkah untuk menuntaskan kewajiban akademik sebagai calon magister pendidikan. Namun demikian harapannya juga bermanfaat untuk adik-adik angakatan yang mulai menyusun proposal dan atau untuk kakak angkatan yang progresnya masih sama dengan saya, atau lebih jauh untuk sesama rekan sejawat teknolog pendidikan di berbagai kampus di tanah air yang kebetulan sedang menyelami samudra model penelitian dan pengembangan (RnD).  

Sebagai informasi awal, mayoritas penelitian mahasiswa prodi TP PPS UNY lebih dari 80% adalah RnD, bahkan di kelas saya dari 20 mahasiswa yang bukan RnD hanya 1 orang, beliau mengambil model penelitian evaluasi. selain karena kebijakan dari prodi untuk mendorong penelitian pengembangan, hal itu juga sesuai dengan platform dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 8 untuk jenjang magister, sebagaimana berikut :
            1 Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya  atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.
  1. Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner .
  2. Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional.
Di samping itu ternyata bukan hanya di program studi kami teknologi pendidikan, beberapa prodi lain di lingkungan Program Pascasarjana UNY juga mengambil model penelitian yang serupa yakni penelitian dan pengembangan (RnD). Rupanya branding tersebut sudah lebih dulu diketahui publik, beberapa rekan saya yang mengambil program magister di UNY salah satu alasannya karena pascasarjana UNY tersohor dengan penelitian pengembangannya.

Kembali ke topik utama kita, jadi secara umum langkah-langkah untuk penelitian dan pengembangan dengan model pengembangan apapun yang digunakan (ADDIE, ASSURE, Borg & Gall, Allesi Trollip dll) pada intinya ada 2 langkah utama yang harus diperhatikan yakni proses penelitian dan kemudian pengembangan  dari hasil temuan pada proses penelitian diawal.

Proses penelitian di awal boleh dilakukan langsung oleh peneliti baik dalam bentuk observasi, wawancara, membaca hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan masalah yang akan diteliti, atau dengan metode survei lapangan seperti yang saya lakukan, yang intinya untuk memotret fenomena dilapangan pada kawasan yang akan kita kaji  dan lebih dalam.

Setelah proses penelitian dilakukan, proses selanjutnya adalah mengolah data hasil penelitian dan mencari beberapa masalah yang berpotensi untuk dikembangkan, masalah yang kita potret setidaknya memenuhi unsur kekurangan yang berpeluang untuk diperbaiki, atau ketidak efektifan yang berpeluang untuk dilakukan pengembangan pada aspek tertentu agar hasilnya lebih efektif.

Sebagai contoh permasalahan pada program pembelajaran di sekolah, kita dapat mengkaji potensi masalah dari proses pembelajarannya, media, alat dan bahan ajarnya baik dari ketersediaan maupun keberdayagunaan, atau dari potensi masalah dan peluang baru yang potensial mendukung peningkatan mutu pembelajaran seperti yang saya lakukan. Saya memotret potensi mobile device dikalangan pelajar untuk kemudian saya kembangkan konten yang mendukung diinstal pada mobile device agar mobile device mereka lebih berdaya guna. Ternyata pada saat saya survei, masalah pendukung pentingnya dikembangkan konten pendukung mobile devicenya tinggi sekali.

Dalam ilmu teknologi pendidikan, proses memotret keadaan dan mencari masalah dilapangan adalah bagian dari langkah penting yang kami mengenalnya dengan istilah need analysis (analisis kebutuhan). Proses analisis kebutuhan adalah kunci utama dan pertama dalam pengembangan program, apapun jenis programnya, baik pengembangan program media, alat, bahan, sumber, belajar, e-learning, web based, dll.

Seorang pengembang program, melalukan pengembangan program tanpa analisis kebutuhan ibarat dokter memberi obat pada jenis penyakit yang belum diketahui dengan tepat. Itulah sebabnya mengapa dosen saya (Dr. Crist) menyebut teknolog pendidikan adalah dokter dalam bidang pendidikan. Karena tugas utama kami adalah mengalisis masalah dan memberikan treatment yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan.

Proses penelitian dan pengembangan yang sudah jelas masalahnya akan memudahkan peneliti dalam melakukan pengembangannya. Ibarat pemimpin yang memiliki visi kepemimpinannya. So, apabila kita menemukan diri kita dalam keadaan gamang dengan apa yang sedang diteliti dan dikembangkan, boleh jadi salah satunya karena kurang tajamnya analisis kebutuhan atau kurangnya penguasaan terhadap masalah yang kita teliti.

Langkah selanjutnya setelah bab I tersusun dengan baik adalah menyusun landasan teori yang mendukung dengan rencana RnD yang kita lakukan. Pembahasan tentang landasan teori secara lengkap dapat dipelajari pada buku-buku pendukung, namun yang pasti landasan teori harus mampu menjabarkan  semua variable yang ada dalam penelitian kita. Mulai dari konsep, prinsip, teori, grand teori, temuan baru, yang terkait dengan topik penelitian kita. So, kunci utama untuk memudahkan menyelesaikan landasan teori adalah banyak membaca buku referensi dan membaca jurnal yang mengkaji topik yang sedang kita teliti.

Langkah selanjutnya adalah penyusunan metodologi penelitian pada bab III. Karena di awal saya sudah menyampaikan bahwa tulisan ini tentang penelitian model RnD, maka metode penelitian yang saya maksud juga seputar penelitian pengembangan, jenis model pengembangganya disesuaikan dengan rencana rekan-rekan peneliti. Masing-masing model pengembangan memiliki kekhasan tersendiri, sebagai contoh modelnya Allessi Trollip lebih familiar dikenal untuk pengembangan berbagai produk multimedia baik yang offline maupun online. Sedangkan untuk pengembangan perangkat, model, strategi pembelajaran atau pelatihan, dapat menggunakan modelnya ADDIE, ASSURE, Dick & Carey, Borg & Gall dan lain-lain. Begitupun untuk jenis pengembangan instrumen penilaian, evaluasi, assesment pembelajaran ada model pengembangan tersendiri yang sesuai dengan produk yang hendak dikembangkannya.

Selain menentukan jenis model pengembangannya, tentu secara standar di BAB III memuat populasi dan sampel penelitian dan pengembangan, kemudian teknik pengumpulan data, jenis data, teknik analisis data dan lain-lain. Hal tersebut dapat disesuaikan sendiri.
Selepas bab 1,2 dan 3 rampung, langkah selanjutnya adalah seminar proposal tesis. Di UNY sendiri proses seminar disesuaikan dengan jadwal perkualiah seminar proposal,  ada beberapa prodi yang melaksanakan seminar di semester 3 namun yang terbaru mulai di coba mata kuliah seminar proposal dilaksanakan di semester 2. Saya kira kebijakan terbaru ini sangat baik karena memudahkan mahasiswa untuk bekerja lebih cepat dalam menyelesaikan proses penelitiannya sembari mengampu mata kuliah yang teoritis lainnya. Karena biasanya di semester 1 sudah diberikan mata kuliah metodologi penelitian, yang produk akhirnya adalah proposal tesis, maka ketika semester 2 langsung disajikan mata kuliah seminar, saya kira ini terobosan yang sangat baik.

Teknis penjadwalan urutan seminar proposal diserahkan ke kebijakan masing-masing kelas, biasanya ada yang dikocok, ada juga yang lebih humanis dengan diberikan kesempatan lebih dulu rekan yang sudah lebih siap, yang lainnya menyesuaikan dengan kesiapannya, yang penting selama  mata kuliah diampu, semua mahasiswa mendapat jadwal untuk maju seminar proposalnya masing-masing.

Lalu apa yang diseminarkan? Sebagaimana yang pernah rekan-rekan alami waktu seminar proposal skripsi waktu S1, penyaji harus memaparkan rancangan penelitiannya, mulai dari latar belakangm tujuan, manfaat, topik kajian, kajian teori, metode penelitian yang digunakan, jenis data, instrumen pengumpul data, dan teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitiannya. Kemudian dari audiens menanggapi dan memberikan masukan untuk penyempurnaan rancangan penelitian. Intinya proses seminar adalah proses menyajikan rangcangan penelitian dan menampung masukan dari dosen dan rekan sejawat berkaitan dengan rancangan penelitian kita.

Apabila pada waktu maju seminar kisi-kisi dan instrumennya sudah siap divalidasi, maka proses selanjutnya yang tidak boleh ditunda-tunda adalah memvalidasi instrumen. Bagaimana kita tahu bahwa instrumen kita siap untuk divalidasi? Pertama aspek-aspek yang akan muncul dalam isntrumen harus muncul juga di kajian teori, bahkan sebaiknya butir-butir indikator juga sama muncul di kajian teori. Intinya jangan sampai instrumen itu muncul secara ajaib, tanpa muncul di bab II. Lebih lanjut tentnag bahasan ini dapat kita diskusikan di lain kesempatan.
Proses lain selepas seminar dalah melakukan revisi dari semua masukan pada waktu seminar. Apabila proses revisi sudah selesai, tinggal konsultasi pada pembimbing untuk melangkah pada proses selanjutnya.

Jangan lupa proposal yang sudha direvisi setelah seminar, perlu di tandatangani oleh pembimbing dan direktur, lembar persetujuan ada di buku panduan. Mengapa ini harus dilakukan? Karena pada saat kita mengurus surat ijin penelitian ke Kesbang dan Bapeda di kabupaten/kota tempat kita akan melakukan penelitian salah satu syaratnya adalah proposal sudah di sahkan oleh direktur atau pihak berwenang. Surat rekomendasi penelitian tidak akan terbit apabila proposal yang kita lampirkan belum di tandatangani oleh direktur.

Proses permohonan tandatangan dari direktur harus disertai tanda tangan dari pembimbing dan surat keterangan sudah lulus mata kuliah seminar poposal tesis dari dosen pengampu mata kuliah seminar. Surat keterangan dapat dibuat secara manual apabila Kartu Hasil Studi belum memunculkan keterangan nilai dan kelulusan mata kuliah seminar. Apabila nilai sudah muncul di KHS, maka dapat digunakan untuk meminta tanda tangan direktur dengan KHS karena sama-sama menerangkan yang bersangkutan sudah lulus mata kuliah seminar proposal.

Proses meminta tanda tangan direktur, kebijakan yang berlaku di lingkungan PPS UNY harus menyertakan nota tanda bukti pembayaran SPP semester teranyar yang sedang ditemput. So jangan sampai sampai tanda bukti pembayaran SPP Anda hilang. Mesti disimpan dan sebaiknya di copy untuk cadangan beberapa keperluan.
Sekarang kita bahas tentang teknis validasi.

Kebijakan yang berlaku di lingkungan program studi Teknologi Pendidikan PPS UNY, setidaknya ada 3 proses validasi yang harus dilakukan oleh peneliti. Pertama validasi instrumen oleh ahli instrumen, kedua validasi materi dan ketiga validasi produk (media, model, perangkat pembelajaran, alat, bahan, sumber ajar, dll).

Lalu berapa orang minimal validatornya? Untuk validator instrumen idealnya 2 orang namun ada beberapa pembimbimg yang membolehkan hanya satu orang. Jadi semua instrumen yang akan kita gunakan dalam penelitian harus terlebih dahulu divalidasi oleh ahli instrumen. Siapa yang dapat kita jadikan validator instrumen? Tergantung rekomendasi pembimbing atau nama yang kita ajukan, apabila pembimbing mengijinkan.  

Teknis mengurus validasi instrumen diantaranya:
      1. Kita mengisi blangko validasi di bagian pengurusan validasi (di PPS UNY di lantai 3 depan ruang direktur PPS).
      2. Pada saat kita mengisi blangko harus disertakan proposal dan tanda bukti pembayaran SPP pada semester terbaru.
    3. Pada blangko isian, kita diminta menuliskan nama, NIM, Prodi, nama validator, nama pembimbing dan judul penelitian kita.
     4. Proses pembuatan surat rekomendasi validasi bisa satu sampai dua hari tergantung apakah pak Asdir 1 sedang ada di kantor atau tidak. Karena surat permohonan validasi ditantangani oleh pak Asdir  bidang akademik.
   5. Setelah sudah jadi, kita serahkan ke validator, beserta semua  instrumen yang hendak divalidasi.
    6.  Bersama surat permohonan validasi, disertakan form isian untuk validasi yang akan diisi oleh validator, yang intinya apakah validator menyatakan instrumen siap digunakan tanpa revisi, atau layak digunakan dengan revisi atau instrumen tidak layak untuk digunakan, artinya teradapat banyak kesalahan dalam pembuatan draf instrumennya.
  7. Apabila langsung layak tanpa revisi, berarti kita bisa langsung melangkah pada tahap selanjutnya, namun jika perlu direvisi, maka revisi saja dulu baru kemudian menghadap lagi untuk menyampaikan hasil revisiannya sekaligus mendiskusikan dengan pembimbing.

Selanjutnya teknis mengurus validasi materi dan produk yang dikembangkan. Pada prinsipnya mengurus surat rekomendasinya kurang lebih sama dengan proses mengurusi validasi instrumen, kita mengisi blangko isian dengan menyertakan nama validator dan instrumen yang akan digunakan untuk validasi materi dan produknya.

Setelah surat permohonan validasi materi dan produknya jadi, kita menghadap ke validator dan menyampaikan rancangan penelitian kita, biasanya mereka suka menanyai rancangan penelitian kita. Maka sebaiknya ketika mau menghadap siapkan proposal dan kuasai inti penelitian kita biar mudah menjelaskan kepada validator.

Perlu saya ingatkan tentang waktu, dari pascasarjana sendiri dalam surat permohonan validasi menerangkan agar maksimal 2 minggu proses validasi sudah selesai divalidasi oleh validator(artinya kalau kita bertemu dengan validator yang molornya sangat jauh, misalnya satu bulan baru divalidasi, kita boleh mengingatkan isi surat dari pasca tentu dengan cara yang baik dan santun), so ini penting diperhatikan agar pengaturan timingnya dapat kita rancanga dengan baik. Maksud saya jangan sampai jadwal penelitian terlewat gara-gara proses validasi yang tidak lancar. Sebagai contoh, seharusnya Anda masuk sekolah (penelitian) tanggal 15 april, tapi Anda baru mengurus validasi instrumen tanggal 1 April, walaupun materi dan media sudah jadi, ini bukan contoh pengaturan waktu yang baik. Masih mending kalau kebetulan validator instrumen sedang tidak sibuk dan mau langsung memvalidasi dalam waktu 1 atau 2 hari, nah kalau misalnya validatornya sedang sibuk baru dapat diambil hasil validasinya dalam 2 minggu sejak tanggal 1, maka kita kekurangan waktu untuk revisi dan mengurus validasi materi dan produknya. Saran saya sebaiknya mengurus validasi instrumen minimal 4 minggu dari tanggal rencana penelitian. 

Bolehkah mengurus validasi instrumen dengan validasi materi dan produk dalam satu waktu? Jawabannya tidak. Karena instrumen/alat yang akan digunakan untuk memvalidasi materi dan produknya belum ready. Ibarat pisau yang belum tajam, nanti jadi gak bagus, masih mending kalau hasil validasi instrumen tidak banyak perubahan dari instrumen yang kita gunakan. Kalau misalnya banyak yang harus direvisi maka akan bermasalah. So, sebaiknya validasi instrumen dulu baru validasi produk dan materi.

Proses validasi produk dan materi boleh dilakukan secara bersamaan. Di program studi teknologi pendidikan validator produk dan materi harus dilakukan oleh masing-masing 2 orang ahli. Salah satunya harus dosen dan sebaiknya bergelar minimal doktor yang pakar pada bidangnya, adapun  validator yang satu lagi boleh dari luar dosen, seperti guru, atau praktisi pengembang produk yang kita kembangkan, setidaknya bergelar sarjana atau magister, dan akan lebih baik kalu semua validator bergelar doktor atau profesor yang pakar pada materi dan produk yang akan divalidasinya.

Setelah proses validasi, jika ada yang harus direvisi maka revisilah, jika tidak ada, berarti Anda sudah boleh melanjutkan penelitiannya. Proses selanjutnya adalah uji coba, mulai dari uji alpa dan betha untuk model Allessi Trollip dan uji perorangan, kelompok kecil, kelompok besar untuk modelnya Borg & Gall.

Semua hasilnya diolah dengan menggunakan teknik analisis data yang sudah direncanakan pada bab 3. Dan apabila data sudah terkumpul, langkah selanjutnya adalah penafsiran dan analisis data hasil penelitian yang kita tuangkan dalam bab IV. (saat ini saya sendiri baru mau mulai tahap ini, mohon doanya agar segera rampung). Model penulisan bab IV untuk jenis penelitian dan pengembangan maka idealnya dimulai dengan pemaparan hasil penelitian yang paling awal kita lakukan sebelum proses pengembangannya. Adapun selebihnya menyesuaikan dengan kaidah penulisan dan penyajian serta pembahasan data pada bab IV. Yang pasti data yang disajikan jelas dan mudah dipahami oleh pembaca serta mampu  menjabarkan apa yang seharusnya dijabarkan dan tidak menampilkan data yang tidak seharusnya ditampilkan. Dalam pembahasan bab 4 juga penting dituntut kejujuran dari peneliti. Artinya data harus ditampilkan apa adanya sesuai fakta yang ditemukan dilapangan, terutama pada proses uji respon dan uji kebermanfaat dalam proses penelitian.

Apabila bab 4 sudah rampung, langkah selanjutnya adalah meringkas simpulan pada bab 5 dan menuliskan saran dan rekomendasi yang jelas tujuan dan sasarannya. Perlu di ingat jangan sampai saran dan rekomendasi tidak jelas untuk siapa sasarannya. Maka pada point ini penting untuk diperhatikan. Sehingga para pembaca akan memahami target dari saran dan rekomendasi yang dimaksud oleh peneliti tersebut.

Langah terakhir adalah menyusun dan merapikan lampiran-lampiran untuk menyiapkan daftar proses review semua nahkah kita oleh reviewer yang ditunjuk oleh pasca, dan harus dipastikan semua sumber yang kita rujuk harus ada bukti rilnya. Hal ini perlu dipersiapkan karena ada beberapa reviewer yang meminta copyan cover dan isi halaman yang kita rujuk dalam naskah tesis kita.

Kalau reviewer sudah selesai, selamat Anda layak untuk ujian/sidang, semoga lancar dan ilmu yang diperolehnya selama studi penuh barokah. Pesan terakhir kalau sudah sidang, jangan lupa bantu temannya yang belum sidang dan jangan sungkan berbagi jika ada yang membutuhkan bantuan kita baik untuk sekedar cerita pengalaman maupun minta bantuan olah data, review naskah, kelengkapan dan lain sebagainya.

Demikian semoga bermanfaat

Yogyakarta, 6 April 2016
Jam 10.00-11.45 WIB.

Komentar

  1. Sip kang, terimakasih atas informasinya. Menarik dan informatif sekali terutama untuk saya sendiri, yang saat ini baru sampai tahap validasi instrumen. Semoga bisa lancar ke tahap selanjutnya.

    BalasHapus
  2. Semangat mba mawar, biar segera n...h :D

    BalasHapus
  3. Thanks mas enche.. Membantu sekali. :D

    BalasHapus
  4. Bagus & detail infonya meskipun kek maraton saat baca. Ditunggu tulisan tentang pengalaman penelitian jenis yang lainnya.

    BalasHapus
  5. sama2 mas Yoga, nanti jenengan juga cerita ya, biar yang lain tahu pengalamannya.

    Mba novi maaf itu tulisan di kertasnya ada 6 halaman, sebenarnya ada niat mau di cicil pulish, tapi kadang nanggung dan suka ada target lain yang mesti dikejar, jadi kalau ditunda sayang kalau ga keburu lagi disusun.


    Waktu S1 saya penelitiannya quasi eksperimen, topiknya masih nyambung dengan topik tesis ttg mobile learning,

    mungkin yang lain ada yang pernah kualitatif, hehe atau mba novi ja yang nulis biar yang lain tercerahkan.

    BalasHapus
  6. InsyaAllah mas enche.. Hehe.
    Saya sebenarnya masih bingung tentang teknik analisis data dalam penelitian R&D. Kalau ada yang paham mengenai topik tsb, boleh bgt untuk dishare..

    BalasHapus
  7. tergantung jenis isntrumen dan jenis data yang mau diolahnya mas, pada prinsipnya ada 2 yakni teknik analisis deskriptif dari data mentah yang hanya diberikan satu sentuhan, ada juga teknik analisis statitik yang melewati beberapa sentuhan, kalau lihat di beberapa tesis pengembanagn di prodi TP, kebanyakan hanya dengan analisis deskriptif kecuali jika ada analisis variabel yang lebih banyak, nanti menggunakan anava (analisis varian, bahkan ada yang multivarian) seperti yang kebanyakan orang2 sain dan PEP biasa gunakan,

    BalasHapus

Posting Komentar

You can give whatever messages for me,,

Postingan populer dari blog ini

TANYA JAWAB TENTANG KURIKULUM

Ence Surahman (0800201) Mhs. Konsentrasi Pendidikan Guru TIK Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 1. Dari penelusuran saudara mengenai pengertian kurikulum dari berbagai sumber, jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat: a. Jelaskan dimensi-dimensi pengertian kurikulum yang saudara ketahui! Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran yang disusun oleh tim dosen MKDU Kurikulum Pembelajaran, dan juga dari berbagai artikel-artikel di internet yang membahas tentang dimensi-dimensi kurikulum, dapat saya tuliskan sebagaimana berikut ini: 1. Dimensi kurikulum sebagai suatu gagasan (Ide), mengandung makna bahwa kurikulum adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya 1, saya tambahkan bahwa yang dimaksud kurikulum sebagi ide itu adalah dalam termuat maksud bahwa kurikulum berdasarkan hasil penelitian, analisis, pengamatan dan pengalaman sebagai sumber gagasan dan pemiki

Tanya Jawab Seputar Inovasi Pendidikan

By: Ence Surahman 1. Jelaskan pengertian; Invensi, diskoveri dan inovasi dengan contohnya masing-masing! Jawab: Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia. Contohnya penemuan dalam bidang pendidikan, meliputi teori-teori belajar, atau penemuan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya komputer dalam membantu memudahkan aktivitas manusia. Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, hanya belum diketahui orang. Contohnya penemuan benua, pada dasarnya benuanya sudah ada, hanya baru ditemukan oleh seseorang dan baru dipublikasikan. Atau penemuan palung laut yang terdalam, sebelumnya palung itu sudah ada. Namun karena belum ditemukan jadinya belum diketahui khalayak dan setelah ditemukan barulah bisa diketahui oleh orang banyak. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),

SOAL DAN JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

DIJAWAB OLEH: ENCE SURAHMAN (0800201) MAHASISWA SEMESTER IV KONSENTRASI PENDIDIKAN GURU TIK  PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2010   SOAL DAN JAWABAN.  1. Proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong dan membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan secara berpikir ilmiah serta menanamkan tugas saudara, Jelaskan model pembelajaran apa ( dapat lebih dari satu) yang dapat membentuk kemampuan siswa tersebut, dikaji dari) 1. Konsep, 2, karakteristik dan filsafatnya 4, tingkat (usia) berapa tahun sebaiknya siswa menguasi kemampuan tersebut Jawaban: Model-model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir ilmiah siswa. a. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM)/ (Learning Basic Problem Model) Pembelajaran berbasis masalah adalah pola pembelajaran individu yang menuntut individu itu untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam menggunakan intelegensinya untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan konste