Sumber Gambar.
Tahukah Anda, Indonesia
menghasilkan 200 ribu ton sampah perhari? Seandainya sampah tersebut ditempatkan
dalam satu kawasan tentu kita akan melihat satu gunung sampah setiap hari. Jumlah
sampah cenderung terus meningkat setiap tahunnya. Jawa Barat sebagai Provinsi
dengan penghasil sampah tertinggi di Indonesia hal terebut dikarenakan jumlah
penduduk Jawa Barat merupakan yang terbanyak di Indonesia. Hal itu berbanding
lurus dengan volume sampah yang dihasilkannya setiap hari.
Penduduk Kota Bandung termasuk yang
paling produktif dalam menghasilkan sampah setiap harinya. Badan Pusat
Statistik tahun 2013 melaporkan bahwa apabila volume sampah yang dihasilkan
dibagi jumlah penduduk Kota Bandung, maka setiap hari rata-rata warga Kota
Bandung menghasilkan 0,61Kg. Bagi Anda yang hidup di daerah perkotaan
sepertinya data berikut tidak terlalu mencengangkan. Saya dari tahun 2008
sampai 2017 tinggal di Kota Bandung, dan setiap hari pasti membuang sampah dengan
jumlah yang cukup banyak. Beberapa saya berpikir pantas saja sampah di Kota
Bandung cenderung banyak karena budaya kami masyarakatnya yang belum baik dalam
pengelolaan sampah.
Kondisi tersebut tentu berbeda
dengan Anda yang hidup di pedesaan. Saya sendiri termasuk yang mengalami hidup
di kota dan di desa. Sejak kecil saya tinggal di pedesaan, dan rasanya kami di
kampung tidak pernah membuang sampah sejumlah penduduk kota. Di Desa sampah
dapat dikelola secara alami dan tidak menimbulkan persoalan yang banyak seperti
di kota. Sebagai contoh apabila kami selesai makan buah pisang, maka kulitnya
tidak kami buang melainkan kami berikan sebagai pakanan domba. Selain itu
penduduk desa sangat jarang membuang plastik karena budaya membungkus tidak
harus selalu dengan plastik. Kami menggunakan daun pisang, dan daun jenis lain
yang memiliki ukuran yang lebar.
Persoalan sampah ini bukan
persoalan yang sepele namun sering kita sepelekan. Sikap buang sampah sembarangan
tentu sangat tidak beradab, namun kebiasaan produk membuang sampah juga bukan
perkara yang baik. Kita harus berpikir dan bertindak serta membudayakan
kebiasaan tidak menyampah. Maksud saya buang sampah pada tempatnya saja tidak
cukup, karena masih ada pilihan gaya hidup lainnya yakni stop menghasilkan
sampah. Mari behenti jari generasi penyampah.
Tentu usaha ini bukan perkara yang
mudah, karena untuk merubah budaya menyampah, apalagi mengurangi volume sampah
harian, kita harus mulai dengan memperbaiki pikiran kita, memperbaiki mindset
kita. Mari kita mulai reset paradigma tidak bersalah ketika buang sampah. Berikut
beberapa masalah yang akan menimpa manusia karena kebiasaan menyampah.
Pertama, kualitas udara tercemari. Volume
sampah yang menumpuk dan membusuk dapat menggangu kualitas udara yang kita
hirup, banyak ataupun sedikit tetap akan berpengaruh, terlebih apabila
disekitar kita ruang terbuka hidup yang terbatas, maka sulit untuk menetralisir
polusi udara yang dihasilkan dari sampah. Apabila Anda tidak percaya dengan hal
tersebut, sesekali kunjungilah tempat pembuangan akhir, dan rasakanlah
bagaimana kualitas udara yang kita hirup setelah tercemar bau sampah yang
membusuk.
Kedua, kualitas air juga tercemar. Sampah
yang hanyut terbawa air hujan dapat mencemari kualitas air. Baik air sungai,
air laut, termasuk air tanah yang kemudian kita konsumsi. Untuk membuktikan hal
tersebut, dapat kita lakukan pengujian sederhana dengan membandingkan kualitas
air diperkotaan yang banyak sampah dengan kualitas air dipegunungan. Saya tidak
berani minum air mentah di keran-keran kota. Berbeda ketika saya sedang mendaki
gunung. Air gunung sangat segar karena kandungan mineral yang baik. Air sebagai
sumber kehidupan semua makhluk hidup di muka bumi. Dengan demikian peran
menjaga kemurnian air tetap bersih merupakan kebiasaan yang sangat mulia.
Ketiga, sampah dalam jumlah banyak
berpotensi mengakibatkan banjir. Lagi-lagi tentang kebiasaan buruk sebagian
manusia yang membuang sampah sembarangan. Ketika sampah terbawa hanyun air
hujan kemudian menyatu ke sungai, maka tidak lama setelah itu volume air sungat
yang bercampur sampah akan meninggi dan potensi banjir semakin besar. Itulah yang
terjadi dibeberapa kota langganan banjir. Volume sampah dapat meningkatkan
volume air bah yang kemudian mengakibatkan banjir. Dan setelah itu muncul
masalah yang keempat yakni potensi berkembangnya bibit penyakit. Sampah yang
membusuk mengundang tumbuh kembangnya belatung, lalat, nyamuk, tikus dan
lain-lain. Biasanya setelah banjir yang bercampur sampah, lingkungan menjadi
kotor, bau dan genangan air menyebabkan bintik nyamuk bermunculan. Setelah itu
potensi demam berdarah semakin tinggi, penyakit kolera, dan sejenisnya juga
semakin mengamcam.
Setelah kita mengetahui beberapa
potensi dampak pengiring dari sampah tentu kita harusnya lebih sadar akan pola
hidup kita selama ini. Apabila pola hidup kita tidak baik, maka segera benahi. Kurangi
kebiasaan menghasilkan sampah, apalagi kebiasaan membuang sampah sembarangan.
Memang pada dasarnya sampah itu
tidak mungkin lepas dari kehidupan kita, namun kita dapat menguranginya dan
dapat mengelola jika kita cermat. Ada beberapa jenis sampah yang dapat kita
daur ulang, kita buat jadi pupuk kompos, makanan ternak, dan lain-lain. Namun apabila
kita memiliki keterbatasan akan hal tersebut, maka mulailah mereset pikiran
kita agar tidak jadi bagian generasi penyampah demi kehidupan kita dan generasi
kita mendatang.
Cilegon, 27 Mei 2017/1 Ramadhan 1439 H
Ence Surahman, M.Pd
Generasi Solutif Indonesia
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,