Sumber gambar
By: Ence Surahman
Banyak faktor yang menjadi
penyebab kesuksesan hidup seseorang. Salah satu yang tidak kalah penting untuk
diperhatikan di samping pendidikan, pengalaman, motivasi, kesempatan, jaringan
adalah personal branding. Personal Branding penting untuk dipahami dan dibangun
oleh masing-masing kita. Personal branding erat kaitannya dengan teori
pencitraan. Pencitraan diri bukan manipulasi tampilan kebohongan melainkan real
character seseorang. Tom Peters dalam (Susanto) menyebutkan konsep personal branding
adalah tentang bagaimana Anda melakukan redesigning for self image, dengan
melakukan sesuatu hal yang memiliki nilai unique dan special yang tidak
dimiliki oleh orang lain.
Banyak upaya membangun akselerasi personal
branding. Pertama, Diferensiasi Diri. Daya
pembeda diri merupakan salah satu bentuk keunikan yang akan mewujukan personal
branding seseorang. Daya pembeda diri juga sangat terbantung pada bentuknya. Maka
kita perlu cermat membangun daya pembeda diri tersebut. Barangkali kita sepakat
bahwa sejarah mencatat orang-orang terkenal disebabkan karena dua faktor,
pertama kebaikannya dan kedua keburukan atau kekejamannya. Kita tidak perlu
menyebut contohnya karena sejarah menggambarnya dengan jelas.
Dengan demikian kita perlu
memunculkan daya beda positif dalam diri kita yang menjadi keunggulan kita. Dalam
waktu bersamaan kita perlu menekan dan menghilangkan daya beda negatif kita
yang itu adalah kelemahan kita. Memang setiap orang memiliki kelemahan, namun
kelamahan tersebut bukan dipublikasi melainkan diperbaiki. Kadang saya heran
dengan orang-orang yang pesimistis yang sering meluncurkan kata-kata semacama, “saya memang tidak bisa melakukan itu,
mungkin saya tidak mampu, sepertinya saya memang begini, inilah karakter diri saya,
saya tak ada lagi waktu untuk belajar, saya pasrah saja dengan keadaan”.
Sikap mental yang pasrah seperti
itu perlu ditekan dan digantikan dengan sikap mentah optimisme penuh harapan. Harapan
yang disertai dengan keyakinan dan disempurnakan dengan ikhtiar lahiriyah. Banyak
orang memiliki mimpi yang namun mimpinya tidak rasional dan tidak terukur
sehingga ia tidak mampu mewujudkannya, namun tidak sedikit orang yang memiliki
mempi yang terukur namun karena tidak diwujudkan dalam proses ril sehari-hari
akibatnya sama-sama tidak berhasil. Orang yang berhasil adalah yang memiliki
mimpi, dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. sehingga apa yang ia
pelajari, apa yang ia lakukan, apa yang ia perdalam semuanya bermuara pada visi
hidup yang hendak diwujudkannya.
Diferensiasi diri dibangun dengan
memperhatikan potensi diri dan kekosongan posisi disekitar kita. Yang dimaksud
dengan kekosongan posisi adalah apa yang belum ada dan belum menjadi cintra
diri orang lain. Biasanya kalau dalam lingkungan kerja hal itu dikenal dengan
daya keahlian seorang pegawai yang tidak dimiliki orang lain. Maka kita perlu
melakukan analisis lingkungan sekitar untuk melihat bagaimana peta keunggulan
orang lain. Semakin luas peta lingkungan yang kita potret maka akan semakin
cepat dan tepat kita memilih pola citra diri yang akan dibangun.
mungkin Anda berpikir bahwa
membangun citra diri tidak perlu memperhatikan peta citra disekitar kita, just do it dan ketika citra diri kita
lebih menonjol dari yang lain maka kita akan memenangkan posisi. Pandangan tersebut
tidak terlalu keliru namun kita sedang berbicara tentang formula akselesai
citra diri. waktu berjalan begitu cepat dan kita tidak tahu kapan kita dapat
mengungguli citra diri orang lain. Maka untuk mewujudkan akselerasi citra diri
kita perlu menggunakan strategi salah satunya melalui pemetaan citra diri
disekitar kita.
Kedua, Build Trust. Salah satu keunggulan yang dimiliki
Muhammad SAW adalah kejujuran yang melahirkan kepercayaan publik. Kepercayaan
publik dibangun bukan saja oleh sifat jujur kita. Banyak yang hal yang harus
kita perhatikan untuk membangun kepercayaan publik tersebut diantaranya
keunggulan dan kecepatan kerja dan sikap tanggungjawab terhadap pekerjaan. Di samping
itu kepercayaan juga dibangun dengan kedekatan dan keakraban. Setiap orang
memiliki nilai diri masing-masing, maka kita perlu selalu menghargai nilai diri
tersebut. Kenali semua orang dilingkungan kita, dari yang posisi paling atas
sampai yang paling bawah. Bagi kita posisi itu bukan tidak penting melainkan
ada yang lebih penting bahwa kita sama-sama manusia yang ingin diperlakukan
manusia secara manusiawi.
Ketiga, Social Skills, merupakan
faktor yang tidak kalah penting dalam akselerasi personal branding. Banyak orang
yang gagal dalam lingkungan kerja bukan karena tidak profesional dan tidak
kompeten dengan pekerjaannya melainkan karena buruknya sikap sosial yang diperlihatkannya.
Sehingga publik melihat hal tersebut sebagai sebuah penghancur dari citra
positif lainnya. Di sisi lain tidak sedikit orang yang tidak unggul dalam
kepakaran dan profesionalismenya namun ia selalu dipercaya lingkungannya karena
kecakapan dalam menunjukan sikap sosial yang memuaskan orang-orang
disekitarnya. Tentu bagi kita keduanya penting diperhatikan. Kita harus unggul
dalam kompetensi dan pandai dalam menunjukan sikap sosial dilingkungan kita.
Social skill dapat diwujudkan dengan kecermatan kita membaca
situasi, selanjutnya menempatkan posisi kita sebagai orang yang butuh orang
lain. Secara prinsip kita tidak bisa lepas dari peran-peran orang lain. maka
sadarilah itu dan jangan pernah menunjukan sikap merasa semua mampu dilakukan
sendiri tanpa bantuan orang lain. bersikaplah supel dan baik pada semua orang
termasuk kepada orang yang tidak menyukai kita. Karena suatu saat mereka juga
akan menyukai yang baik. Memang begitulan fitrahnya. Justru kita harus relfeksi
jika sekian lama ada orang yang tidak menyukai kita dan tidak kunjung berubah
menjadi suka, berarti memang ada hal buruk dalam diri kita yang harus segera
diperbaiki.
Beberapa metode yang dapat
dilakukan untuk membangun personal branding mulai dari metode tradisional
sampai yang modern, dari yang sederhana sampai yang kompleks dengan bantuan
teknologi. Semuanya penting dilakukan, metode tradisional harus dilakukan dalam
keseharian kita melalui interaksi langsung maupun tidak langsung. Begitupun metode
modern juga perlu kita lakukan. Salah satu yang penting diperhatikan dalam hal
ini adalah tentang bagaimana kita bercerita kepada dunia melalui sosial media.
Banyak orang yang tidak menyadari
bahwa apa yang diutarakan dan dilakukan dirinya dalam jejaring maya pada
dasarnya akan menjadi faktor-faktor penilian publik terhadap citra dirinya. Orang
yang terbiasa mengeluh di status sosial media dapat dipastikan memang pengeluh.
Orang yang suka menghujat dan berujar dengan ujaran kasar boleh jadi
kesehariannya juga begitu, dengan demikian penting bagi kita memperhatikan hal
tersebut. Rumusnya jadikan sosial media sebagai media membangun citra positif
diri kita bukan media penghancur branding kita.
Terakhir, formula personal branding axceleration dapat
dibangun dengan cara memenuhi teori present
in absence. Teori ini sangat penting
dijadikan bahan evaluasi dan refleksi diri kita dimana pun kita berada. Kita harus
memastikan semua orang membutuhkan dan merindukan kita. Sekaligus mereka dapat
merasakan kehadiran kita dalam ketiadaannya. Sebaliknya kita harus memastikan
jangan sampai publik tidak merasakan keberadaan kita dalam kahadirannya apalagi
jika kehadiran kita tidak diharapkan karena kita selalu menjadi trouble maker dilingkungan kita.
Demikian semoga bermanfaat.
Disarikan dari obrolan singkat bersama guru kehidupan di Bandung, 20
November 2017.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,