Langsung ke konten utama

Rumah Impian Orang Tua

Dengan menyebut nama Allah  yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Tulisan ini akan berisi seputar cerita pembangunan rumah impian orang tua kami di Garut. Cerita dari mulai proses pra pembelian tanah, pembelian, penyiapan bahan, pembelian material, pembangunan, dan penempatan. Bagi yang belum tahu, orang tua saya berasal dari Kp. Cikaramat Desa Mekarmulya Kec. Talegong Kab. Garut. Kampung ini berpenduduk tidak lebih dari 300 orang sepertinya. Jarak antar rumah masih cukup berjauhan, sebagaimana rumah kampung pada umumnya. Dan posisi rumah orang tua saya, terasing sendiri dari keramaian kampung. Kami hanya ada 4 rumah yang terdiri dari rumah kakek (orang tua ibu), rumah paman, rumah adik, dan rumah orang tua. Dulu waktu saya masih balita, hanya ada 2 rumah yakni rumah kakek, dan rumah orang tua saya yang tidak lain sebelumnya ditempati oleh rumah orang tua dari nenek almarhum. Saya tidak ingat pasti, karena waktu saya masih kecil, orang tua nenek sudah meninggal dunia. Saya mengingat sebagian besar cerita masa kecil sejak usia 4 tahunan. 
Saya akan susun cerita ini dalam 6 bagian, antara lain mengapa kami tinggal di sini, bagaimana perjuangan orang tua dari awal menikah sampai sekarang, persiapan bangunan, pembuatan jalan, penyiapan material, dan proses pembangunan rumah itu sendiri. 

Mengapa kami tinggal di tempat ini?

Bagi sebagian orang mungkin bertanya-tanya, mengapa memilih tinggal di tempat yang terasing dari pusat kampung? Saya juga dulu berpikir begitu, lebih enak tinggal di pusat kampung Cikaramat, rame dengan tetangga, banyak tempat main (karena teman saya semua di kampung ini), tidak jauh dari warung, dekat dengan masjid, dan sekolah SD. Waktu saya masih kecil (sekitar tahun 1994-2002), untuk menuju ke pusat kampung harus melewati area pemakaman umum di kampung kami, melewati jumplukan bambu, dan jalan setapak yang bisa kami gunakan. Baru setelah ada pembangunan jalan mobil tahun 2000an kami dapat menggunakan jalan besar sehingga lebih terang, dan tidak terlalu menakutkan. 

Setelah saya cukup besar, tepatnya waktu SMA, saya sering berdiskusi dengan kakek, saya bertanya mengapa kakek memilih untuk tinggal di tempat yang sekarang, dan tidak bergabung bersama keluarganya di pusat kampung? Beliau menjawab dengan jawaban yang sangat visioner dan masuk akal. Menurutnya mengapa beliau membeli tanah di tempat yang sekarang ditempati, karena di sini tersedia mata air alami untuk kebutuhan harian. Kita tahu bahwa air adalah sumber kehidupan, bahkan orang bijak mengatakan bahwa air adalah kehidupan itu sendiri. Manusia dan semua makhluk hidup membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Kakek saya sudah memprediksi bahwa beberapa tahun ke depan di pusat kampung itu akan kesulitan air, karena area perhutanan jaman dulu sudah ditebang dan dialih fungsikan menjadi area palawija warga. Dan hari ini saya menyaksikan, hampir semua warna di pusat kampung, harus mencari air menggunakan selang yang cukup jauh, sedangkan kami di tempat hari ini, sedahsyat apa pun musim kemarau, mata air dekat rumah kami, masih bisa memenuhi kebutuhan harian kami. Walaupun ada penurunan debit air khususnya di musim kemarau dibandingkan waktu saya masih kecil. Namun, kami tidak pernah kehabisan air. 

Dari sebagian obrolan itu, saya belajar tentang kecerdasan hidup yang dimiliki oleh kakek saya yang tidak saya dapatkan di bangku sekolah, beliau belajar dari para sesepuh jaman dulu, dan berpikir dari pengalaman yang telah dialaminya. Makanya, sampai sekarang saya sangat salut dengan cara berpikir kakek. Selain memang yang paling dituakan untuk saat ini, karena beliau mungkin termasuk orang tertua kedua di kampung kami. Dan pada masanya kakek yang dipercaya warga ketika ada yang meninggal dunia, untuk mengurusi penguburan jenazahnya. 

Waktu saya masih kecil (usia 4-7 tahun), kami suka main ke Leuweung (hutan) salah satu area milik kakek, di sana kami bisa menikmati air terjun, hutan bambu, mencari kepiting di sungai hutan, mencari rumput, kayu bakar, juga mengambil selada air yang ditanam oleh nenek. Lebih seru lagi ketika mencari buah kemiri, main kincir air, sampai bermain dihutan berjam-jam sampai sore, dan atau sampai di jemput orang tua sambil marah-marah, karena berangkat menyabit rumput dari pagi tapi tidak pulang-pulang sampai jelang sore. 

Perjuangan orang tua dari awal menikah

Kembali ke cerita utama, Ibu saya waktu masih muda membeli rumah bekas peninggalan neneknya, waktu itu bapak saya masih bolak balik ke Jambi karena orang tuanya ikut program transmigrasi di sana. Konon ibu saya juga sempat ikut ke sana, tapi waktu itu masih susah, belum seperti sekarang, karena sawit baru proses penanaman, dari hasil membuka hutan. Kalau ibu cerita tentang masa-masa hidup di Jambi kala itu, saya tidak tahan mencucurkan air mata. Konon dulu kami tinggal di rumah pemberian pemerintah, sebagian alasnya tanah, waktu saya kecil, pernah jatuh dari dipan ke tanah berbatu, sampai bagian tulang iga saya tidak simetris sampai saat ini. Waktu kecil, saya diwanti-wanti untuk tidak membawa beban berat, walaupun setelah masuk SMP-SMA, saya biasa mengangkut padi dengan berat 55-60kg dari sawah ke rumah. Tapi dari cerita beliau itu, saya belajar tentang kesetiaan, dan sikap rido seorang istri kepada suami. Mungkin saat ini masih ada para wanita hebat yang bisa dibawa hidup pedih, tapi jumlahnya tidak banyak. Semoga ibu mendapatkan surga atas keridoannya pada bapak. 

Setelah berulang kali ke Jambi, saya lupa lagi, rumah orang tua kami pertama di bangun tahun berapa, mungkin ketika saya masih sangat kecil. Yang pasti saya menempat rumah itu sampai sekolah kelas 3 atau 4 SD. Sampai tahun 2000an, bapak saya mengubah rumah kami menjadi dua lantai, pikirannya karena kami 3 bersaudara, ada kakak, saya, dan adik, sehingga orang tua membuatkan masing-masing kamar. Saya dan adik dapat kamar di lantai 2 (loteng). Semua bahan rumah kami masih menggunakan kayu, dan dindingnya menggunakan teriplek dan dinding dari bambu (bilik). Rumah ini berdiri kokoh dari saya SD sampai saya selesai kuliah S2 tahun 2016. Baru tahun 2018 awal, rumahnya dibongkar sebagian karena adik saya mau buat rumah sendiri. Waktu itu kami belum bisa membeli lahan depan rumah, karena penjualnya belum berniat menjual, padahal kami sempat menemuinya untuk menawar, namun harganya belum sesuai dengan kemampuan kami. Alhasil rumah orang tua tinggal bagian dapur, dan bagian ruang utama, sedangkan bagian ruang tamu dirobohkan diganti dengan rumah adik saya hingga saat ini.

Pembelian tanah

Akhir tahun 2019, alhamdulilah pemilik tanah depan rumah menawarkan ke paman karena beliau butuh uang untuk biaya pembangunan rumah anak bungsunya yang sudah menikah. Akhirnya tanah yang di depan kami beli berdua antara orang tua saya dan paman saya. Dulu di depan rumah orang tua, ada rumah dari anak pertama pemilik tanah, namun karena suatu cerita kemudian rumahnya di robohkan dan sempat ditanami lagi dengan pohon kayu, kapol, dan palawija lainnya. Ketika pemilik tanah mau menjual tanahnya, saya juga ikut senang, karena dari dulu saya yang mendorong orang keluarga untuk membelinya, dan akhirnya kesampaian. 

Proses pembuatan jalan besar

Sebelumnya rumah orang tua dan keluarga saya di garut tidak bisa sampai kendaraan roda 4. Tahun 2016 orang kami membuat jalan pintas untuk membuat jalan sepeda motor agar motor bisa sampai ke rumah. Sebelumnya motor kami disimpan di ujung jalan terdekat atau di rumah paman saya jika jalannya tidak licin. Sejujurnya mengapa kami tidak membuat jalan besar karena kami belum merasa butuh. Kami belum punya kendaraan roda 4. Dulu kakak ipar saya sempat punya mobil tapi kami belum merasa butuh untuk di simpan di depan rumah. Alasannya juga karena tanahnya masih milik orang lain. Berbeda dengan kondisi sekarang. Karena tanahnya sudah kami beli. Maka tidak ada salahnya untuk membuat jalan besar. Tujuan awalnya agar mobil pengangkut material bisa langsung sampai ke depan area tempat rumah akan di bangun. Alasan lainnya agar memperpendek jarak kendaraan (motor dan juga mobil kalau ada keluarga yang berkunjung dengan membawa kendaraan roda 4). 

Proses pengerjaan jalan ini membutuhkan waktu tidak kurang dari 1 bulan, karena semua dikerjakan mengunakan tangan dan alat sederhana. Di tempat kami tidak penyedia jasa alat berat. Akhirnya orang tua mengundang beberapa tetangga yang tidak ada kerjaan untuk membuat jalan. Ukurannya tidak terlalu lebar, sekitar 3 meter dengan panjang kurang lebih 50 meter dari jalan utama. Setelah dikerjakan oleh sekitar 5 orang akhirnya selesai, walaupun kemudian setelah hujan, sempat ambruk dan membutukan perbaikan lagi. Berikut dokumentasi dari proses pembuatan jalan. 
  • Dokumentasi simpangan jalan menuju rumah dari jalan utama (sebelum dibuat jalan baru)
  • Penampakan jalan baru sebelum menyambung ke jalan utama
  • Progres pembuatan jalan ke rumah dari jalan utama
  • Dokumentasi pembuatan jalan roda 4 dari jalan utama di kampung
  • Progres pembuatan jalan sebelum di pasang batu kasar

Proses penyiapan material

Tahap selanjutnya adalah penyiapan material yang terdiri dari pasir, kayu, bata, besi, semen, dan lain-lain. Tahun 2020 menjadi tahun di mana orang tua memulai merancang untuk pembangunan rumah impiannya. Saya menyebut rumah impian karena manusiawi orang menginginkan rumah yang nyaman, tidak kedinginan, tidak kehujanan, rumah kami sebelumnya kan masih menggunakan bilik dari bambu, kadang musim penghujan, rasa dinginnya masuk ke dalam rumah. Walaupun ternyata itu bagus karena kami tidak membutuhkan AC untuk mengatur suhu di dalam, apalagi rumah kami berada di area yang penuh dengan pepohonan, sehingga suasananya asri sekali. 

  • Tumpukan kayu untuk material bangunan
  • Penampakkan material bangunan terdiri dari pasir, bata dan kayu
  • Penampakan kayu untuk bahan material bangunan
  • Penampakan sumur yang dibuat di samping rumah
  • Proses pembuatan pangulaan (tempat membuat gula merah) 
Proses ini dilakukan setelah orang tua memiliki kebun aren yang dibeli dari keluarga. Kebetulan kebunnya memiliki banyak pohon aren dan pohon jati serta kayu lainnya. Juga ada bebrapa pohon buah seperti durian, jengkol, dan lain-lain. Pangulaan ini di kemudian hari menjadi salah satu sumber penghasilan rutin orang tua saya ketika tidak bekerja di orang lain. Setiap hari orang tua menghasilkan 5-8 kg gula merah yang dijual setiap minggu kepada pengepul di kampung. Uang dari hasil penjualan gula ini sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan harian ketika memberi makan para pekerja, dan sebagian digunakan untuk membeli material yang dibutuhkan. 

Proses pembuatan rumah

Proses pembuatan rumah dimulai dari meratakan tanah yang akan dibuat bangunan. Hal ini dilakukan oleh bapak dengan salah satu tetangga. Kemudian masuk ke tahap penggalian tanah untuk membuat fondasi. Lalu membuat pondasi. Setelah pondasi, dibiarkan beberapa minggu agar semen, batu dan batanya lebih menyatu secara alami. Sayangnya tahapan pengembangan ini tidak terdokumentasi dengan baik.   

Alasan lain mengapa saya bilang rumah impian, karena bapak saya dari masa remajanya sudah belajar membuat rumah orang, dan akhirnya berprofesi sebagai pemborong rumah, menurut perhitungannya selama berkarya, sudah lebih dari 50 rumah yang dibangunnnya, baik tipe rumah panggung, maupun rumah permanen. Tentu hati kecilnya menginginkan di sisa akhir hayatnya memiliki rumah yang kokoh dan permanen sebagaimana kebanyakan orang kampung yang dari dulu hanya memiliki rumah panggung. Karena ayah saya terbiasa merancang, beliau mendesain sendiri, dari tipe rumah, ukuran, menghitung kebutuhan bata, semen, pasri, kayu, pintu, dan lainnya. Awalnya bapak saya hanya merancang rumah setengah permanen (duduk jandela dalam bahasa Sunda) sama seperti rumah adik saya. Artinya yang ditembok hanya dari lantai sampai sekitar 1,5 meter. Namun, ketika berdiskusi dengan saya, kemudian saya mengusulkan untuk membuat rumah langsung permanen (duduk pamikul) artinya temboknya sampai atas. Mengapa saya mengusulkan begitu, karena sejujurnya saya malu, sangat malu, masa saya yang dilahirkan dan dibesarkan dengan biaya dan kerja keras dari orang tua saya, sudah punya rumah permanen sementara orang tua saya tidak?. Alhamdulillah kami diberikan kemudahan memiliki rumah walaupun kecil berkat dukungan keluarga, tahun 2019 bulan Oktober secara resmi sudah kami tempati, dan yang menyelesaikan pembangunannya adalah bapak saya, dari April-Oktober 2019. 

  • Gambaran kondisi di bagian ruang tamu rangkai bangunan
  • Penampakan rangka bagian wastapel di dapur
  • Penampakan kondisi wastapel dan tempat kompor
  • Penampakan bagian kamar setelah dindingnya diplester
  • Proses pengerjaan pelapisan dinding rumah bagian dalam
  • Penampakan rangkai rumah dari sebelah kanan
  • Penampakkan rangkai rumah dari sebelah kiri
  • Penampakan bagian ruang tamu
  • Penampakan rumah setelah pemasangan genting

Setelah berdiskusi dengan istri, alhamdulillah istri setuju, dan tentu ada konsekuensinya, kami harus membantu semaksimal yang kami bisa, karena untuk membangun rumah permanen walaupun ukurannya tidak besar akan membutuhkan lebih banyak biaya. Waktu saya mengusulkan membuat rumah permanen posisinya, saya masih punya utang ke koperasi dan ke keluarga, dan waktu itu saya sedang proses daftar kuliah di Taiwan. Namun alhamdulillah beberapa bulan kemudian semua utang ke koperasi dan ke keluarga sudah lunas, tinggal pinjaman ke istri dan ke anak, yang saya gunakan untuk pelunasan pinjaman pembelian rumah ke koperasi kampus. Dampaknya saya tidak bisa membantu sekaligus ke orang tua untuk kebutuhan membangun rumahnya. Namun ya alhamdulillah sampai sekarang jika ada selisih uang yang tidak kami gunakan, kami bisa bantu untuk membantu. Walaupun sampai sekarang rumahnya belum jadi seratus persen, tapi saya sudah bisa merasakan senyum bahagia orang tua, ketika rumahnya 90% sudah terlihat mau selesai.

Sejak saya kuliah S1, sampai sekarang saya terbiasa menuliskan semua pemasukan dan pengeluaran sekecil apa pun. Sehingga saya bisa tahu berapa uang yang saya terima dari orang tua saya sejak tahun 2018-2016 (waktu lulus kuliah S2). Sejak saat itu alhamdulillah waktunya berbalik, saya yang harus mencicil mengembalikan uang yang saya terima. Saya tahu orang tua mungkin tidak akan menuntut, karena kasih orang tua tiada terhingga, tapi saya berniat, untuk mengembalikan semua uang tersebut, khususnya uang yang tercatat dan saya ingat. Semoga orang tua panjang umur, saya juga diberikan kemudahan dalam urusan rezeki, mimpi saya, semoga orang tua bisa naik haji, minimal umroh, begitu pun saudara dan keturunan kami semoga dipanggil ke tanah suci. 

Saya tahu mengapa mereka terlihat sangat bahagia dengan proses pembangunan rumah yang sedang dilakukan, di samping mereka juga bingung bagaimana mencari uang untuk pengadaan material, membayar jasa tukang yang membantu. Saya tahu, karena mereka telah menunda keinginan dan impian sejak lama, sampai akhirnya sudah hampir terwujud di depan mata. Setiap keluarga yang berumah tangga tentu semuanya mengharapkan memiliki rumah yang layak dan nyaman untuk ditempati. Saya pernah melakukan sedikit survei kepada para guru waktu mengajar di salah satu universitas terbesar di Indonesia cabang Malang, bahwa salah satu impian mereka yang belum tercapai adalah memiliki rumah yang layak dan nyaman untuk semua anggota keluarganya. Orang tua kami, karena harus berjuang mengutamakan kebutuhan keluarga, dan kebutuhan biaya untuk sekolah dan kuliah anaknya, maka semua impian itu dikubur puluhan tahun, dan baru dibangkitkan kembali ketika usia mereka sudah mencapai kepala 5. Tempatnya ketika ayah saya berusia 56 tahun, dan ibu saya berusia 53 tahun.

Hal ini juga inspirasi untuk para pasangan muda yang memiliki banyak keterbatasan, ketika hasil perjuangan berdua belum cukup untuk mewujudkan impian di usia muda, maka bisa jadi akan terwujud di usia tua. Jangan terlalu cepat ambil keputusan yang fatal, sebagaimana yang terjadi pada sebagian pasangan, karena suami tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk membeli atau membuat rumah, kemudian istri memilih pulang ke orang tua. Meninggalkan suami, dan mengorbankan anak dengan perceraian. Sungguh itu keputusan yang sangat keliru. Bersabarlah, karena hakikatnya di dunia ini tempat mengumpulkan bekal untuk kehidupan setelah kita mati. Jangan sampai untuk memenuhi kebutuhan dunia, kita melakukan segala cara, termasuk yang tidak dibenarkan seperti mencuri, korupsi, dan upaya haram lainnya. Belajarlah untuk mendahulukan yang lebih prioritas. Jangan juga memiliki kebiasaan berhutang pada sesuatu yang tidak terlalu urgen. Karena berhutang dapat menurunkan kemulyaan, dan mendekatkan pada kehinaan. Sampai dalam islam ada do'a khusus agar bisa terbebas dari ikatan utang. 

Pada bagian akhir ini, juga saya mau menyampaikan terima kasih kepada kakak dan adik yang juga telah membantu semampunya, di tengah kebutuhan dan keterbatasan yang mereka hadapi. Juga saya sampaikan terima kasih kepada istri dan keluarga yang juga telah secara khusus membantu, semoga menjadi amal sholeh yang terus mengalir dan menjadi penyebab hadirnya rahmat. Selain itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu membuat jalan (Aki Narya, Mang Ooih, Mang Kar'an, Mang Tirman, Mang Adin), keluarga penjual tanah, kemudian yang telah membantu membuat rumahnya (Mang Andi, Mang Cece, Mang Tirman, Mang Atang) dan semua pihak yang telah membantu baik tenaga, materil, dan non materil, semoga diberikan balasan yang berlipat ganda. 

Semoga rumahnya cepat selesai, dan orang tua segera menempati, dan insyaAllah semoga diberikan ijin, liburan lebaran qurban tahun ini, saya dan keluarga dari Malang bisa ada kesempatan pulang kampung, dan bisa melihat bagaimana orang tua merasakan rumah impiannya. Yang paling penting, semoga rumahnya penuh dengan barokah, membuat penghuninya semakin banyak bersyukur, dan semakin dekat dengan Sang Pemberi Nikmat, amin yaarobbal'alamin.

Dokumentasi perkembangan kondisi bangunan rumah impian orang tua dapat diakses melalui tautan ini.  

Hsinchu, Taiwan, 11 February 2021.   Jam 21.37. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANYA JAWAB TENTANG KURIKULUM

Ence Surahman (0800201) Mhs. Konsentrasi Pendidikan Guru TIK Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 1. Dari penelusuran saudara mengenai pengertian kurikulum dari berbagai sumber, jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat: a. Jelaskan dimensi-dimensi pengertian kurikulum yang saudara ketahui! Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran yang disusun oleh tim dosen MKDU Kurikulum Pembelajaran, dan juga dari berbagai artikel-artikel di internet yang membahas tentang dimensi-dimensi kurikulum, dapat saya tuliskan sebagaimana berikut ini: 1. Dimensi kurikulum sebagai suatu gagasan (Ide), mengandung makna bahwa kurikulum adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya 1, saya tambahkan bahwa yang dimaksud kurikulum sebagi ide itu adalah dalam termuat maksud bahwa kurikulum berdasarkan hasil penelitian, analisis, pengamatan dan pengalaman sebagai sumber gagasan dan pemiki

Tanya Jawab Seputar Inovasi Pendidikan

By: Ence Surahman 1. Jelaskan pengertian; Invensi, diskoveri dan inovasi dengan contohnya masing-masing! Jawab: Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia. Contohnya penemuan dalam bidang pendidikan, meliputi teori-teori belajar, atau penemuan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya komputer dalam membantu memudahkan aktivitas manusia. Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, hanya belum diketahui orang. Contohnya penemuan benua, pada dasarnya benuanya sudah ada, hanya baru ditemukan oleh seseorang dan baru dipublikasikan. Atau penemuan palung laut yang terdalam, sebelumnya palung itu sudah ada. Namun karena belum ditemukan jadinya belum diketahui khalayak dan setelah ditemukan barulah bisa diketahui oleh orang banyak. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),

Naskah MC Pernikahan Sunda

BUBUKA Assalamua’laikum Wr. Wb. Bapak-bapak, Ibu-ibu para wargi sadayana anu sami llinggih, hormateun simkuring. Sakumaha ka uninga ku sadayana, Alhamdulillah calon panganten pameget miwah rombongan parantos sumping ngaleut ngengkeuy ngabandaleut,ngembat-ngembat nyatang pinang. Bismilah, purwa wiwitan ieu pamuka carita minangka pamuka acara. Babasan padika pagawean lamun nangtung ka jungjunan, sing lulus bantun jeung tumbu buah seureuhna. Neda panyaksen acara bade dikawitan. MAPAG CALON PANGANTEN PAMEGET Pangersa calon panganten pameget miwah rombongan. Jagong tuhur meunang ngunun haturan wilujeng sumping, di sugeng ing pucu galuh kelurahan katelahna,tempat anyar pangharepan sarakan keur kahirupan kulawargi.Calon panganten Istri, bisi si jalu hanjelu si lanang honcewang, sumangga geura hayap calon panganten pameget miwah rombongan. PANGALUNGAN MANGLE Tawis panampian tatamu, tanda kameumeut, kadeudeuh, tawis asih ti kakasih, tanda tresna kanyaah, mangga geura kalungkeu