Langsung ke konten utama

MASTERY LEARNING

===================================
MINI PAPER TENTANG:
MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNNG) SEBAGAI MODEL BELAJAR YANG EFEKTIF UNTUK MEMBELAJARKAN PELAJARAN YANG PRAKTIS MISALNYA MATA PELAJARAN TIK
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS DOSEN MATA KULIAH KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
==================================
DOSEN:
DRS. ASEP HERRY HERNAWAN, M.PD
OLEH:
ENCE SURAHMAN (0800201)
=================================
MHS. KONSENTRASI PENDIDIKAN GURU TIK
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA-BANDUNG
=================
ASUMSI DASAR
Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi yang ditentukan.. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian semakin baik metode, akan semakin efektif pula pencapaian tujuan belajar (Winarno Surahmad, 1982). Langkah metode pembelajaran yang dipilih memainkan peranan utama, yang berakhir pada semakin meningkatnya prestasi belajar peserta didik.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam model yang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi peserta didik tersebut belum optimal.


PENGERTIAN KONSEP PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING)
Landasan konsep dan teori belajar tuntas ( Mastery Learning Theory ) adalah pandangan tentang kemampuan siswa yang dikemukakan oleh John B. Carroll pada tahun 1963 berdasarkan penemuannya yaitu “Model of School Learning” yang kemudian dirubah oleh Benyamin S. Bloom menjadi model belajar yang lebih operasional. Selanjutnya oleh James H. Block model tersebut lebih disempurnakan lagi.
Menurut pengertian dalam wikipedia.com, Mastery Learning is an instructional method that presumes all children can learn if they are provided with the appropriate learning conditions. Belajar tuntas (mastery learning) adalah filosofi pembelajaran yang berdasar pada anggapan bahwa semua siswa dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai.
Penertian yang lain menurut Akhmad Sudrajat pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu.
Dari pengertian diatas saya menyimpulkan bahwa model pendekatan belajar tuntas adalah suatu proses belajar yang dilakukan dengan esensi semua siswa mampu memahami seluruh materi yang diajarkan. Dan sebelum siswa itu mampu menguasainya maka guru jangan terburu-buru untuk melanjutkan pada materi yang selanjutnya. Karena dikhawatirkan bagi siswa yang belum memahami materi yang awal, akan lebih sulit untuk belajar pada topik selanjutnya.
Maka dalam hal ini guru mempunyai tanggung jawab yang besar untuk bisa mengajarkan materi kepada siswa dengan strategi dan metode terbaik, agar perbedaan rentan waktu ketercapaian materi antara siswa yang lebih cepat paham dengan yang sedikit lambat bisa diminimalisir sehingga waktu bukan menjadi batasan untuk menuntaskan semua topik materi yang diajarkan.

PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING)
Dibawah ini adalah prinsip belajar tuntas, yang harus dipahami oleh yang mau menerapkannya:
1. kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hierarkies.
Dalam artian, guru harus menyusun tujuan pembelajarannya, dalam hal ini, yang paling uptodate kita mengenal istilah silabus, RPP, dan disitulah guru harus pandai memainkan perannya untuk selalu mengukur ketercapaian siswa terhadap suatu materi yang telah diajarkannya. Kompetensi yang jelas akan memudahkan guru untuk memonitor perkembangan belajar siswanya. Sehingga ketika ada siswa yang belum mampu menguasai materi, guru akan dengan mudah meberdayakannya, misal dengan waktu tambahan, dll.
2. evaluasi yang digunakan adalah penilai acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan umpan balik,
Mengapa yang digunakannya penilaian acuan patokan? Jelas, karena yang menjasi indikator ketercapaiannya adalah kemampuan siswa terhadap suatu materi. Jadi, jika ada siswa yang belum memenuhi batas standar minimal ketercapaian, maka siswa harus mengulang kembali, menambah jam belajar, dan guru dalam hal ini wajib untuk membimbingnya sampai siswanya bisa mencapai materinya.
3. pemberian pembelajaran tambahan untuk siswa jika diperlukan
Pada dasarnya semua materi pasti bisa dikuasai oleh semua siswa dengan berbagai keragamannya, hanya yang membedakan dalam hal ini adalah tingkat kecepatan siswa dalam menyerap materi yang guru ajarkan. Ada siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Maka bagi siswa yang rendah, dalam hal ini guru harus memberikan pelayan lebih terutama dalam strategi dan waktu yang disediakan.
4. pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang telah berhasil lebih awal. Hal diatas dikemukakan oleh Gentile dan lalley: 2003.
Adapun bagi siswa yang berkecatan tinggi dala penerimaan materi, jangan sampai dibiarkan setelah mencapai kompetensi tertentu, sehingga sangat disayangkan, kemampuan mereka yang baik jadi tidak bisa dioptimalkan. Maka cara lain yang harus guru lakukan adalah dengan memberikan pengayaan, bisa dengan guru yang langsung membimbing, bisa juga guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca diperpustakaan atau mencari di internet, terkait dengan pendalaman materi yang harus dikuasainya.
5. sebagian besar siswa dalam situasi yang belajar yang normal dapat mengausai sebagaian terbesar bahan yang diajarkan gurunya, maka tugas guru dalam hal ini membuat strategi belajar agar yang mampu mencapai kompetensi itu semakin banyak.
6. memperhatikan adanya perbedaan individu, hal ini dilakukan dengan memberikan proporsi belajar yang sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Dengan tujuan semua siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING)
Model belajar tuntas (master learning), memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan model belajar yang lainnya, khususnya terkait dengan kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan lebih memberikan banyak konstribusi yang berarti dalam peningkatan kualitas hasil belajar bagi mata pelajaran yang lebih mengedepankan praktek dibanding teori. Misal salah satunya mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang notabene persentase antara teori dan praktek yang cukup berbeda.
Adapun keunggulannya adalah:
1) ketercapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran dalam hal ini kompetensi yang harus dicapainya akan lebih besar ketercapainnya, karena jelas yang diutamakan dalam hal ini adalah bagaimana caranya agar siswa mampu menguasi setiap topik materi yang diajarkan.
2) mengakibatkan terjadinya pola belajar yang kompetitif, antara para siswa. Karena siswa yang lebih lambat akan merasakan kekurangnnya, sehingga ia akan lebih menambah porsi waktu belajarnya, dan ini adalah hal baik. Yang tentu diharapkan oleh semua pengajar.
3) terciptanya hubungan personal yang harmonis antara siswa dengan guru, atau antara siswa dengan siswa lainnya. Karena ketika ada siswa yang tidak bisa maka guru akan langsung memerhatikannya, dan begitupun dengan teman yang lainnya juga akan memerhatikan temannya yang sedikit lambat dalam belajar.
4) memperoleh hasil belajar yang mempunyai nilai obektivitas yang sangat tinggi.
5) dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang sistematik

Adapun kelemahan dari model belajar belajar tuntas (mastery learning) diantaranya;
1) memungkinkan butuh banyak waktu untuk mencapai semua kompetensi secara merata.
2) guru yang tidak terbiasa, sedikit susah beradaptasi dengan konsep belajar tuntas
3) guru diharuskan untuk menguasi materi yang lebih luas dari yang telah ditetapkan
4) terkadang tidak sedikit guru yang kesulitan dalam menyusun perencanaan pelaksanaan belajar selama 1 semester.
5) mengharuskan dilaksanakanya tes formatif disetiap pertengahan atau akhir semester untuk mengukur ketercapaian kumulatif siswa

PERBEDAAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, walaupaun diterapkan dalam kondisi kelompok (klasikal).
Dilaksanakan dengan mengakui adanya perbedaan individu sedemikian rupa, sehingga dalam penerapan pembelajaran tuntas memungkikan berkembangnya potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap individu peserta didik secara optimal.
Dengan demikian dalam pembelajaran tuntas ketercapaian materi menjadi poin utama yang harus diperhatikan, siswa yang belum mencapai patokan standar, maka tidak diperkenankan untuk langsung melanjutkan apda topik yang selanjutnya, malinkan harus dipatikan mampu mencapai minimal 75 % materiyang diajarkan. Baru setelah tercapai boleh berlajut pada materi yang selanjutnya.
Dari uraian diatas dapat kita asimpulkan bahwa dalam model belajar tuntas dialkukan dengan asas-asas ketuntasan belajar, sedangkan pembelajaan konvensional pada umumnya kurang memperhatikan ketuntasan materi pelajaran khususnya ketuntasan peserta didik secara individual.

PERAN GURU DALAM MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING)
Dalam model pembelajaran tuntas guru memilliki peran sebagai pengayom kebutuhan siswa, guru harus memahami segala kebutuhan peserta didiknya. Dalam hal ini guru harus mampu berfungsi sebagai orang tua yang harus memperhatikan karakteristik anaknya, guru juga bisa berperan sebagai teman yang senantiasa menemani sahabatnyauntuk kemudian bisa belajar. Dan guru pun bisa berperan sebagai jam becker yag menginatkan akan ketercapain yang diperoleh oleh siswanya, sehingga siswanya akan bertambah giat belajar ketika merasa tertinggal oleh yang lain.
Intinya guru mempunyai multi peran, bisa sebagai fasilitator, motivator, dan eksekutor bagi siswanya dalam rangka belajar.

KEDUDUKAN PESERTA DIDIK
Peserta didik sebagai orang yang sedang melakukan proses perubahan diri, dalam belajar. Peserta didik berkedudukan sebagai subjek belajar bukan sebagai objek belajar. Peserta didik harus mau dan mampu untuk memacu dirinya agar mampu berkembang dengan bantuan guru, orang tua, dan teman-temannya serta lingkungan belajarnya.
Peserta didik sebagai seorang individu, yang tidak bisa disama ratakan oleh gurunya dalam belajar. Peserta didik memiliki kekhasan tersendiri yang mebedakn dirinya dengan orang ;lain, yang man ini harus diposisikan dalam posisi yang seharusnya oleh gurunya. Sehingga setiap peserta didik dapat berkembang sesuai dengan karakteristiknya. Hanya jangan sampai mengganggu proses perkembangan individu yang lain. Artinya selain melihat diri sendiri juga harus memperhatikan orang lain.
EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING)
Dalam model be;ajar tuntas (mastery learning) bentuk tes yang dipilih untuk digunakan adalah bentuk penilaian acuan patokan (criteria referenced test) dan bukan bentuk penilaian acuan normatif (norm referenced test).
Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerolehan data valid dari hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa, selain itu penilaian acuan patokan, menjadi kunci utama dalam menentukan sudah berhasil atau belum siswa dengan materi yang telah dipe;ajarinya. Ketika siswa sudah berhasil mencapai nilai minimum hal itu berarti mereka telah menguasai materi, dan mereka bisa melanjutkan pada topik belajar selanjutnya, namun apabila mereka belum mencapai nilai patokan minimum, maka mereka harus melakukan pengulangan belajar sampai mereka bisa mencapai patokannya.
KESIMPULAN
Teori belajar tuntas ( Mastery Learning Theory ) merupakan salah satu usaha dalam pembaharuan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi serta usaha belajar siswa agar siswa dapat mencapai tingkat ketuntasan ( Mastery Level ).
Belajar tuntas (Mastery learning) adalah proses belajar menga-jar yang bertujuan agar bahan pelajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa.
Dengan sistem belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan instruk-sional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien.
Dan penulis sangat yakin, model pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah satu model belajar yang efektif dalam membelajarkan mata pelajaran yang praktis bukan teoritis. Misalnya mata pelajaran TIK, yang kebanyakan lebih kepada praktek. Karena ketuntasan belajar yang telah dicapai oleh siswa akan dengan mudah diukur ketercapainnya melalui unjuk kerja (praktek).
REFERENSI :
1. http://enititikusuma.blogspot.com/2008/07/mastery-learning.html
2. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-mastery-learning-dalam-ktsp/
3. http://en.wikipedia.org/wiki/Mastery_learning
4. http://suhadinet.wordpress.com/2009/03/26/motivasi-belajar%E2%80%94gunakan-pendekatan-belajar-tuntas-mastery-learning/
5. http://kidispur.blogspot.com/2009/01/pembelajaran-tuntas.html
6. http://andieirfan.multiply.com/journal/item/5
7. http://id.shvoong.com/exact-sciences/1855491-belajar-tuntas/
8. http://yogyakartacity.olx.co.id/bimbingan-belajar-tuntas-iid-38644341
9. http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar_tuntas
10. http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/mastery-learning
11. http://ipankreview.wordpress.com/2009/04/03/belajar-tuntas-atau-mastery-learning/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANYA JAWAB TENTANG KURIKULUM

Ence Surahman (0800201) Mhs. Konsentrasi Pendidikan Guru TIK Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 1. Dari penelusuran saudara mengenai pengertian kurikulum dari berbagai sumber, jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat: a. Jelaskan dimensi-dimensi pengertian kurikulum yang saudara ketahui! Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran yang disusun oleh tim dosen MKDU Kurikulum Pembelajaran, dan juga dari berbagai artikel-artikel di internet yang membahas tentang dimensi-dimensi kurikulum, dapat saya tuliskan sebagaimana berikut ini: 1. Dimensi kurikulum sebagai suatu gagasan (Ide), mengandung makna bahwa kurikulum adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya 1, saya tambahkan bahwa yang dimaksud kurikulum sebagi ide itu adalah dalam termuat maksud bahwa kurikulum berdasarkan hasil penelitian, analisis, pengamatan dan pengalaman sebagai sumber gagasan dan pemiki

Tanya Jawab Seputar Inovasi Pendidikan

By: Ence Surahman 1. Jelaskan pengertian; Invensi, diskoveri dan inovasi dengan contohnya masing-masing! Jawab: Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia. Contohnya penemuan dalam bidang pendidikan, meliputi teori-teori belajar, atau penemuan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya komputer dalam membantu memudahkan aktivitas manusia. Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, hanya belum diketahui orang. Contohnya penemuan benua, pada dasarnya benuanya sudah ada, hanya baru ditemukan oleh seseorang dan baru dipublikasikan. Atau penemuan palung laut yang terdalam, sebelumnya palung itu sudah ada. Namun karena belum ditemukan jadinya belum diketahui khalayak dan setelah ditemukan barulah bisa diketahui oleh orang banyak. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),

SOAL DAN JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

DIJAWAB OLEH: ENCE SURAHMAN (0800201) MAHASISWA SEMESTER IV KONSENTRASI PENDIDIKAN GURU TIK  PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2010   SOAL DAN JAWABAN.  1. Proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong dan membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan secara berpikir ilmiah serta menanamkan tugas saudara, Jelaskan model pembelajaran apa ( dapat lebih dari satu) yang dapat membentuk kemampuan siswa tersebut, dikaji dari) 1. Konsep, 2, karakteristik dan filsafatnya 4, tingkat (usia) berapa tahun sebaiknya siswa menguasi kemampuan tersebut Jawaban: Model-model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir ilmiah siswa. a. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM)/ (Learning Basic Problem Model) Pembelajaran berbasis masalah adalah pola pembelajaran individu yang menuntut individu itu untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam menggunakan intelegensinya untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan konste