Oleh : Ence Surahman (Jaisyurahman)
Dalam sebuah keterangan disebutkan bahwa “hikmah itu milik orang yang beriman, maka temukanlah dan ambilah dimanapun engkau menemukannya, karena itu hakmu”. Tadi subuh, di Hari Kamis, 14 Oktober 2010, seperti biasa di Hari kamis sebelum subuh aku suka menikmati nasi goreng, sembari menunggu datangnya waktu subuh, hari ini ada beberapa pelajaran yang aku dapatkan. Yang ketika aku belajar formal didalam kelas perasaan hal ini belum pernah aku dapatkan.
Singkat cerita, ketika aku sedang menikmati santap nasi goreng, datanglah temanku “A”. Beliau datang untuk membeli goreng telur untuk lauk sahurnya. Kejadiannya bermula ketika terjadi kelebihan uang kembalian dari penjual nasi goreng kepada temanku. Temanku “A” membeli 1 goreng telur dan 1 kerupuk jadi total urang yang dikeluarkannya adalah 3.000. Uang disodorkan kepada penjual itu adalah sebesar 5.000. kemudian penjual nasi goreng malah mengembalikan uang sebesar 3.000. untuk temanku bukan orang yang dzalim, ia sampaikan bahwa uang kembaliannya lebih. Dan ketika itu tampak muka penjual nasi goreng yang mengakui kelemahannya, karena tidak pandai menghitung, kemudian beliau mengatakan “kaduhung euy, kieu yeuh ari teu sakola teh, karasanamah ayeuna, ngitung tara bener” maksud dari perkataannya adalah mengakui bahwa dirinya menyesali mengapa dulu ia tidak belajar secara sungguh-sungguh. Terlebih setelah ia mengutarakan ucapan itu kemudin di tambahkan oleh temannya “paingan ceuk kolot, kaduhungmah tara tiheula”.
Dalam dua kalimat sederhana yang dilontarkan oleh kedua orang penjual nasi goreng itu, aku mendapat satu pelajaran berharga bahwa mencari ilmu itu tidak boleh dilakukan secara ngasal, namun harus dilakukan dengan penuh kesungguhan, penuh dengan semangat dan dilakukan secara optimal. Optimal dalam ranka menggunakan nikmat masa muda, dan nikmat-nikmat dalam setiap saat dimanapun dan dalam kondisi apapun karena ternyata. Ketika kita lepas dari ilmu maka kerugianlah yang akan kita terima. Pantas saja 14 abad yang lalu Rosulullah mengingatkan kepada kita bahwa “mencari ilmu itu kewajiban bagi muslim laki-laki dan perempuan”. Mencari ilmu yang bermanfaat dunia akhirat, baik yang bermanfaat untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain. Untuk bangsa dan negara juga untuk peradaban manusia.
Sembari aku menikmati lezatnya nasi goreng yang sedang aku nikmati, dan sembari aku memikirkan dalam-dalam 2 kalimat yang telah diuatarakan oleh kedua penjual nasi goreng itu, selanjutnya penjual yang kedua berkata “elmu mah teu kudu diteangan di sakola mungkul, tapi bisa oge dipangihan di jalan, buktina adi urang, sok sanajan teu sakola luhur tapi manehna bisa menerkeun mobil atau kotor anu geus diucutkeun”. Maksud beliau adalah bahwa jangan sampai kita terkekang dengan paradigma yang saah bahwa hanya didalam raung kelaslah kita akan memperoleh ilmu, hal itu adalah pemikiran yang kurang tepat. Karena sesungguhnya ilmu bertebaran dimana-mana, tinggal kitanya saja rajin atau tidak untuk mencarinya. Sebagaimana kisah adik penjual naso goreng itu, walaupun ia tidak sekolah yang tinggi, namun ia mampu berilmu yang ilmunya itu ia dapatkan dijalan, mungkin sewaktu sering berkumpul dengan teman-temannya di terminal, di bengkel dll.
Jadi kalau kita mau renungi lagi labih dalam, maka kita akan menanyakan kepada diri kita masing-masing bahwa “kalaulah orang lain bisa mendapatkan ilmu dari jalan, lalau bagaimana dengan kita yang setiap hari berada di dalam kelas untuk mencari ilmu dari guru, atau kita yang berada dikampus, yang kata orang sebagai tempat hidupnya segala macam ilmu. Maka apakah kita telah memanfaakan hal ini secara maksimal? Kalaulah jawabannya ia, lalu bagaiman dengan realisasi dari ilmu tersebut? Tetapi kalaulah jawabannya belum, maka dimanakah letak kesalahan kita dalam belajar? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini memang sangat fundamental harus dipahami oleh semua orang.
Dari kisah ini saya bisa menyimpulkan bahwa sesungguhnya ilmu itu mudah didapatkan, karena ilmu ada dimana-dimana. Orang bilang ilmu dan pendidikan itu mahal, tapi bagiku mahal apabila kita terlalu banyak memformalitaskan metode pencarian ilmunya. Kalau kita mau menyederhanakan paradigma kita dalam mencari ilmu, maka kita akan mengatakan bahwa ilmu itu mudah didapatkan dan ada dimana-mana. Hanya tinggal kita bertanya sejauh mana motivasi kita dalam berusaha mencari dan menggali ilmu tersebut.
Selamat berjuang menghidupkan dahsyatnya menjadi seorang ilmuwan. Yang tidak terformalisasikan. Marilah kita berangakt dari perbaikan motivasi didaam diri dan hati bahwa kita ingin menjadi seorang yang berilmu. Bukan seorang yang hanya bergelar yang hanya mengejar-ngejar ijazah. Manfaatkanlah waktu luang kita, walau hanya sedikit, jadilah orang yang mampu membuat budaya belajar yang baik. Salahs satunya dengan membiasakan diri untuk rajin membaca, baik yang nampak ataupun yang tidak nampak, karena disitulan hikmah itu akan ditemukan, sebagaimana yang saya alami tadi subuh. Sungguh mengagumkan, Allah yang maha kuasa dan pengasih telah memberikan pengajaran berharga kepadaku lewat 2 orang penjual nasi goreng tadi.
Dalam sebuah keterangan disebutkan bahwa “hikmah itu milik orang yang beriman, maka temukanlah dan ambilah dimanapun engkau menemukannya, karena itu hakmu”. Tadi subuh, di Hari Kamis, 14 Oktober 2010, seperti biasa di Hari kamis sebelum subuh aku suka menikmati nasi goreng, sembari menunggu datangnya waktu subuh, hari ini ada beberapa pelajaran yang aku dapatkan. Yang ketika aku belajar formal didalam kelas perasaan hal ini belum pernah aku dapatkan.
Singkat cerita, ketika aku sedang menikmati santap nasi goreng, datanglah temanku “A”. Beliau datang untuk membeli goreng telur untuk lauk sahurnya. Kejadiannya bermula ketika terjadi kelebihan uang kembalian dari penjual nasi goreng kepada temanku. Temanku “A” membeli 1 goreng telur dan 1 kerupuk jadi total urang yang dikeluarkannya adalah 3.000. Uang disodorkan kepada penjual itu adalah sebesar 5.000. kemudian penjual nasi goreng malah mengembalikan uang sebesar 3.000. untuk temanku bukan orang yang dzalim, ia sampaikan bahwa uang kembaliannya lebih. Dan ketika itu tampak muka penjual nasi goreng yang mengakui kelemahannya, karena tidak pandai menghitung, kemudian beliau mengatakan “kaduhung euy, kieu yeuh ari teu sakola teh, karasanamah ayeuna, ngitung tara bener” maksud dari perkataannya adalah mengakui bahwa dirinya menyesali mengapa dulu ia tidak belajar secara sungguh-sungguh. Terlebih setelah ia mengutarakan ucapan itu kemudin di tambahkan oleh temannya “paingan ceuk kolot, kaduhungmah tara tiheula”.
Dalam dua kalimat sederhana yang dilontarkan oleh kedua orang penjual nasi goreng itu, aku mendapat satu pelajaran berharga bahwa mencari ilmu itu tidak boleh dilakukan secara ngasal, namun harus dilakukan dengan penuh kesungguhan, penuh dengan semangat dan dilakukan secara optimal. Optimal dalam ranka menggunakan nikmat masa muda, dan nikmat-nikmat dalam setiap saat dimanapun dan dalam kondisi apapun karena ternyata. Ketika kita lepas dari ilmu maka kerugianlah yang akan kita terima. Pantas saja 14 abad yang lalu Rosulullah mengingatkan kepada kita bahwa “mencari ilmu itu kewajiban bagi muslim laki-laki dan perempuan”. Mencari ilmu yang bermanfaat dunia akhirat, baik yang bermanfaat untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain. Untuk bangsa dan negara juga untuk peradaban manusia.
Sembari aku menikmati lezatnya nasi goreng yang sedang aku nikmati, dan sembari aku memikirkan dalam-dalam 2 kalimat yang telah diuatarakan oleh kedua penjual nasi goreng itu, selanjutnya penjual yang kedua berkata “elmu mah teu kudu diteangan di sakola mungkul, tapi bisa oge dipangihan di jalan, buktina adi urang, sok sanajan teu sakola luhur tapi manehna bisa menerkeun mobil atau kotor anu geus diucutkeun”. Maksud beliau adalah bahwa jangan sampai kita terkekang dengan paradigma yang saah bahwa hanya didalam raung kelaslah kita akan memperoleh ilmu, hal itu adalah pemikiran yang kurang tepat. Karena sesungguhnya ilmu bertebaran dimana-mana, tinggal kitanya saja rajin atau tidak untuk mencarinya. Sebagaimana kisah adik penjual naso goreng itu, walaupun ia tidak sekolah yang tinggi, namun ia mampu berilmu yang ilmunya itu ia dapatkan dijalan, mungkin sewaktu sering berkumpul dengan teman-temannya di terminal, di bengkel dll.
Jadi kalau kita mau renungi lagi labih dalam, maka kita akan menanyakan kepada diri kita masing-masing bahwa “kalaulah orang lain bisa mendapatkan ilmu dari jalan, lalau bagaimana dengan kita yang setiap hari berada di dalam kelas untuk mencari ilmu dari guru, atau kita yang berada dikampus, yang kata orang sebagai tempat hidupnya segala macam ilmu. Maka apakah kita telah memanfaakan hal ini secara maksimal? Kalaulah jawabannya ia, lalu bagaiman dengan realisasi dari ilmu tersebut? Tetapi kalaulah jawabannya belum, maka dimanakah letak kesalahan kita dalam belajar? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini memang sangat fundamental harus dipahami oleh semua orang.
Dari kisah ini saya bisa menyimpulkan bahwa sesungguhnya ilmu itu mudah didapatkan, karena ilmu ada dimana-dimana. Orang bilang ilmu dan pendidikan itu mahal, tapi bagiku mahal apabila kita terlalu banyak memformalitaskan metode pencarian ilmunya. Kalau kita mau menyederhanakan paradigma kita dalam mencari ilmu, maka kita akan mengatakan bahwa ilmu itu mudah didapatkan dan ada dimana-mana. Hanya tinggal kita bertanya sejauh mana motivasi kita dalam berusaha mencari dan menggali ilmu tersebut.
Selamat berjuang menghidupkan dahsyatnya menjadi seorang ilmuwan. Yang tidak terformalisasikan. Marilah kita berangakt dari perbaikan motivasi didaam diri dan hati bahwa kita ingin menjadi seorang yang berilmu. Bukan seorang yang hanya bergelar yang hanya mengejar-ngejar ijazah. Manfaatkanlah waktu luang kita, walau hanya sedikit, jadilah orang yang mampu membuat budaya belajar yang baik. Salahs satunya dengan membiasakan diri untuk rajin membaca, baik yang nampak ataupun yang tidak nampak, karena disitulan hikmah itu akan ditemukan, sebagaimana yang saya alami tadi subuh. Sungguh mengagumkan, Allah yang maha kuasa dan pengasih telah memberikan pengajaran berharga kepadaku lewat 2 orang penjual nasi goreng tadi.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,