Oleh : Ence Surahman / Jaisyurahman
Sore itu cuaca cerah menyertai kepergianku meninggalkan kampus dengan setumpuk aktivitas rutinku, mentari sore yang menyemburkan sinar keemasannya menemani setiap deru motor yang aku Tumpangi. Perjalanan yang cukup lancar membuat aku bisa sampai lebih cepat ketempat tujuan. Taman Wisata Gunung Jaya Giri yang akan kami kunjungi sore itu, maksudnya ingin melakukan survey lokasi untuk kegiatan Funtime for Tutor (FfT)diakhir pekan ini.
Sore itu cuaca memang sangat mendukung, perjalananku menjadi sangat menyenangkan, sangat aku nikmati, terlebih jalan-jalan ke gunung sudah tersingkirkan dalam agenda rutinku akhir-akhir ini karena kesibukan urusan kampus yang terus membuntutiku. Sore itu setibanya di gerbang masuk, aku temui penjaga gerbang, aku ajak bicara panjang lebar, terkait rencana keberangkatan aku dan teman-teman yang direncanakan akhir pekan ini. Setelah semuanya jelas aku meminta ijin untuk meninjau lokasi ke atas bukit. tepat pukul 16.30an aku dan temanku memlai pendakian pendekku sore itu. Jalan yang kering, hembus angin yang sejuk mengantarkan setiap langkah kakiku. Tanganku tak henti mengayun, menambah suasana damai ketika kudengar daun pinus ynag bernyanyi karena hembusan angin sore.
Jalan yang menanjak sekita 20o. Dari permukaan tanah membuat kakiku cukup pegal karena memang sudah lebih daari 2 bulan aku belum lagi menikmati udara sejuk dipegunungan. Obrolan yang hangat dengan temanku secara tidak aku sadari telah menurunkan tingkat capai yang ahrusnya aku rasakan. Capai sepetinya hilang ketika kami bercanda, sembari menikmati setiap jejak kaki, jejak kaki kiri dan kanan yang terus bergantian membawa beban badanku yang tidak lebih dari 55 kg.
Tak terasa 40 Menit sudah kulewati akhirnya aku sampai di tempat tujuan. Tempat pertama yang au kunjungi adalah rumahnya Mak Idah. Seorang wanita tua (70 tahunan). Wanita tua ini boleh dibilang kuncennya daerah tersebut. Bahkan dalam pertemuan sebelumnya beliau kadang bercerita hal-hal yang mistis ditempat itu. Karena memang gunung jaya giri berdekatan dengan gunung Tangkuban Perahu.
Aku menemui beliau untuk menanyakan kabarnya, semabri menyampaikan maksudku bahwa akhir pekan ini aku dan teman-teman mau camping ditempat itu. Setelah aku ngobrol cukup akrab, kau meminta ijin dulu untuk meninjau tempat lebih dekat, dan mencari-cari tempat yang dirasa cocok untuk mendirikan tenda pada saatnya nanti. Akhirnya kami putuskan kami memilih tempat yang paling tinggi. Selain karena temaptnya cukup luas, datar dan lebar, pemandangan dari tempat ini menjadi jelas. Kita bisamelihat view kota lembang, subang dan juga bandung walaupun tidka semuanya bisa terlihat.
Sembari memandangi pemandangan yang telah menyilaukan mataku dan mengingatkanku tentang arti kebesaran sang pencipta. Aku terkagum-kagum melihat hamparan hutan pinus yang sangat indah, terlihat hijau tua aku menikmati semuanya. Suasana ditambah indah ketika meiaht sorotan sinar matahari diakhir sore itu, sembari duduk kami menikmati sedikit cemilan yang dibeli dari Lembang.
Tak terasa adzan maghribpun berkumandang. Aku dan temanku memutuskan untuk melaksanakan shalat disana. Shalat dilapangan terbukan memang memberikan kesan tersendiri. Denganberalaskan sejadah yang aku pinjem dari mak idah, dan juga sorban serta braincoatku yang menjadi alas kai ketika shalat.
Sungguh shalat malam ini menjadi sangat spesial, selain karena tempatnya berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya, udara sejuk yang terus menyelimutiku, manambah kehusyu’an shalat kami. Kami sangat menikmati setiap gerakan dan bacaan shalat yang kami lakukan. Sungguh hal ini menjadi sangat istimewa, terlebih ketika aku menemukan ayat-ayat tentang kebesaran Allah, hati kami mengecil, yang biasanya hadir dengan pongkah dan kesombongan yang mungkin diri kami telah banyak melakukan kesahalan.
Suasana haru kami rasakan ketika kami membacakan surat Al-fatihah. Begitupun ketika menemukan ayat-ayat serupa lainnya. Sampai-sampai tak terasa hati kami menajdi sangat dalam,air mata pun tak sanggup menahan. Akhirnya kami semua tersungkur, mengakui kebesaran yang Pencipta. Kami keluarkan semua permasalahan yang sedang menyelimuti kami setiap harinya. Kami menyadari bahwa kami begitu kecil, dan mengerti tentang kebodohannya.
Ketika kami melansakan shalat isya, tatkala sedang khusu’, gerimis hujanpun turun dan memecah suasana. Setelah salat selesai kami segera berkemas untuk segera turun, karena khawatir hujan semakin besar, bayangan kami kalau hujan turun hal itu akan membuat jalan yang kami lewati menjadi licin.
Alhamdulillah dalam waktu sebentar kamipun sudah samai di gerbang pemberangkatan. Lalau kami menuju kediaman kami.
Sungguh malam ini adalah malam yang sangat spesial. Pengalaman spiritual kami yang sempat meledak, mudah-mudahan bisa terus terjaga dikemudian hari. Karena sejujurnya ketenangan dan kebahagiaan yang kami rasa waktu itu. Ya Allah tuntunlah hamba ketempat yang benar yang Engkau Ridhoi, amin.
Sore itu cuaca cerah menyertai kepergianku meninggalkan kampus dengan setumpuk aktivitas rutinku, mentari sore yang menyemburkan sinar keemasannya menemani setiap deru motor yang aku Tumpangi. Perjalanan yang cukup lancar membuat aku bisa sampai lebih cepat ketempat tujuan. Taman Wisata Gunung Jaya Giri yang akan kami kunjungi sore itu, maksudnya ingin melakukan survey lokasi untuk kegiatan Funtime for Tutor (FfT)diakhir pekan ini.
Sore itu cuaca memang sangat mendukung, perjalananku menjadi sangat menyenangkan, sangat aku nikmati, terlebih jalan-jalan ke gunung sudah tersingkirkan dalam agenda rutinku akhir-akhir ini karena kesibukan urusan kampus yang terus membuntutiku. Sore itu setibanya di gerbang masuk, aku temui penjaga gerbang, aku ajak bicara panjang lebar, terkait rencana keberangkatan aku dan teman-teman yang direncanakan akhir pekan ini. Setelah semuanya jelas aku meminta ijin untuk meninjau lokasi ke atas bukit. tepat pukul 16.30an aku dan temanku memlai pendakian pendekku sore itu. Jalan yang kering, hembus angin yang sejuk mengantarkan setiap langkah kakiku. Tanganku tak henti mengayun, menambah suasana damai ketika kudengar daun pinus ynag bernyanyi karena hembusan angin sore.
Jalan yang menanjak sekita 20o. Dari permukaan tanah membuat kakiku cukup pegal karena memang sudah lebih daari 2 bulan aku belum lagi menikmati udara sejuk dipegunungan. Obrolan yang hangat dengan temanku secara tidak aku sadari telah menurunkan tingkat capai yang ahrusnya aku rasakan. Capai sepetinya hilang ketika kami bercanda, sembari menikmati setiap jejak kaki, jejak kaki kiri dan kanan yang terus bergantian membawa beban badanku yang tidak lebih dari 55 kg.
Tak terasa 40 Menit sudah kulewati akhirnya aku sampai di tempat tujuan. Tempat pertama yang au kunjungi adalah rumahnya Mak Idah. Seorang wanita tua (70 tahunan). Wanita tua ini boleh dibilang kuncennya daerah tersebut. Bahkan dalam pertemuan sebelumnya beliau kadang bercerita hal-hal yang mistis ditempat itu. Karena memang gunung jaya giri berdekatan dengan gunung Tangkuban Perahu.
Aku menemui beliau untuk menanyakan kabarnya, semabri menyampaikan maksudku bahwa akhir pekan ini aku dan teman-teman mau camping ditempat itu. Setelah aku ngobrol cukup akrab, kau meminta ijin dulu untuk meninjau tempat lebih dekat, dan mencari-cari tempat yang dirasa cocok untuk mendirikan tenda pada saatnya nanti. Akhirnya kami putuskan kami memilih tempat yang paling tinggi. Selain karena temaptnya cukup luas, datar dan lebar, pemandangan dari tempat ini menjadi jelas. Kita bisamelihat view kota lembang, subang dan juga bandung walaupun tidka semuanya bisa terlihat.
Sembari memandangi pemandangan yang telah menyilaukan mataku dan mengingatkanku tentang arti kebesaran sang pencipta. Aku terkagum-kagum melihat hamparan hutan pinus yang sangat indah, terlihat hijau tua aku menikmati semuanya. Suasana ditambah indah ketika meiaht sorotan sinar matahari diakhir sore itu, sembari duduk kami menikmati sedikit cemilan yang dibeli dari Lembang.
Tak terasa adzan maghribpun berkumandang. Aku dan temanku memutuskan untuk melaksanakan shalat disana. Shalat dilapangan terbukan memang memberikan kesan tersendiri. Denganberalaskan sejadah yang aku pinjem dari mak idah, dan juga sorban serta braincoatku yang menjadi alas kai ketika shalat.
Sungguh shalat malam ini menjadi sangat spesial, selain karena tempatnya berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya, udara sejuk yang terus menyelimutiku, manambah kehusyu’an shalat kami. Kami sangat menikmati setiap gerakan dan bacaan shalat yang kami lakukan. Sungguh hal ini menjadi sangat istimewa, terlebih ketika aku menemukan ayat-ayat tentang kebesaran Allah, hati kami mengecil, yang biasanya hadir dengan pongkah dan kesombongan yang mungkin diri kami telah banyak melakukan kesahalan.
Suasana haru kami rasakan ketika kami membacakan surat Al-fatihah. Begitupun ketika menemukan ayat-ayat serupa lainnya. Sampai-sampai tak terasa hati kami menajdi sangat dalam,air mata pun tak sanggup menahan. Akhirnya kami semua tersungkur, mengakui kebesaran yang Pencipta. Kami keluarkan semua permasalahan yang sedang menyelimuti kami setiap harinya. Kami menyadari bahwa kami begitu kecil, dan mengerti tentang kebodohannya.
Ketika kami melansakan shalat isya, tatkala sedang khusu’, gerimis hujanpun turun dan memecah suasana. Setelah salat selesai kami segera berkemas untuk segera turun, karena khawatir hujan semakin besar, bayangan kami kalau hujan turun hal itu akan membuat jalan yang kami lewati menjadi licin.
Alhamdulillah dalam waktu sebentar kamipun sudah samai di gerbang pemberangkatan. Lalau kami menuju kediaman kami.
Sungguh malam ini adalah malam yang sangat spesial. Pengalaman spiritual kami yang sempat meledak, mudah-mudahan bisa terus terjaga dikemudian hari. Karena sejujurnya ketenangan dan kebahagiaan yang kami rasa waktu itu. Ya Allah tuntunlah hamba ketempat yang benar yang Engkau Ridhoi, amin.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,