Oleh: Ence Surahman
…”Subuhnya masih ada……?” tiba-tiba wanita –belum terlalu tua itu- itu bertanya. “apa bu…?” aku balik nanya untuk memastikan pertanyaan Ibu tadi. Beliaupun mengulangi pertanyaannya “ Subuhnya masih ada….?” Sembari ia melihat jam tangan dan terlihat membuka sepatu biru yang dikenakannya. Aku masih bingung namun sentak aku mengerti maksud Ibu tadi. Dalam pikiranku sepertinya Ibu itu ingin memastikan kalau waktu untuk shalat subuh apakah masih ada atau sudah lewat. Ketika itu aku lihat jam di tanganku sudah menunjukan tepat pukul 05.47 wib. Akupun menjawab untuk menenangkan hatinya “masih bu”, tanpa ditambahkan sedikitpun pernyataanku, sembari aku tersenyum.
Mendengar tanggapanku,Ibu langsung berwudlu dan melaksanakan shalat, setelah selesai shalatnya aku lihat beliau masih menyempatkan waktu untuk memanjatkan do’a, ntah apa yang Ibu itu panjatkan. Semnetara jam ditanganku sudah menunjukan pukul 05.58 wib, dan akupun melanjutkan agenda lain. Serta tak kulihat lagi Ibu masih dimesjid, sepeprtinya beliau langsung menuju tempat aktivitasnya, natah beliau itu penjual di pasar atau hanya embeli biasa yang kebetulan mau shalat di mesjid yang dekat pasar.
Setelah aku renungkan secara mendalam, seketika aku tersenyum dengan gelagat Ibu tadi yang cukup lucu, namun disisi lain aku menemukan beberapa pelajaran yang bisa aku bagi kepada pembaca yang budiman.
Berikut ini yang aku ingin sampaikan dari pelajaran yang menempel pada kisah nyata diatas.
1. Kebiasaan shalat telat waktu mengingatkanku ketika aku masih kecil dulu, kadang shalat subuh itu seringnya menjelang pukul 6 pagi, dalam benakku dulu, sebelum cahaya mentari terang menyinari aku pikir masih ada waktu untuk shalat. Mungkin hal ini juga pernah atau sering dialami oleh para pembaca sekalian. Ketelatan dalam melaksanakan shalat, bisa disebabkan karena dua faktor yang utama yaitu, karena ketidak pahaman urgensi melaksanakan shalat tepat waktu dan yang kedua adalah faktor lemahnya keimanan dan kuatnya kemalasan untuk shalat tepat waktu. Kalau alasannya karena ketidak pahaman, mungkin masih bisa ditolelir dan dimaklumi karena kita berarti belum mengerti ilmunya yang benar tentang shalat tepat waktu. Namun untuk alasan yang kedua, karena kemalasan yang tinggi, artinya ilmunya sudah tahu hanya karena dorongan nafsu syetan yang lebih kuat, akhirnya kita lebih memilih telat shalat, dengan dalih dari pada enggak shalat sama sekali, hal ini sangat keliru, karena sesungguhnya shalat itu telah dirancang untuk mengajarkan kita agar bisa hidup disiplin dan komitment dengan waktu. Orang yang biasa shalat tepat waktu, maka biasanya mereka adalah orang-orang yang memiliki kedisiplinan yang tinggi akan waktu dan mereka memiliki kemampuan yang baik dalam memenej waktu yang dimilikinya.
2. Hikmah kedua adalah mengajarkan kepada untuk lebih mengerti dan memahami ilmu, karena sesungguhnya bagi roang yang berilmu tidak akan ada istilah ragu dalam melaksanakan setiap hal yang dilakukannya karena ilmunya telah ada. Sebagai contoh kalau Ibu itu sudah tahu ilmu mengenai pembagaian waktu shalat fardlu yang benar, maka ia tidak akan menanyakan, “subuhnya masih ada”?- jadi ingetpenjaul apa, gitu - dan pasti ia akan melaksanakan shalat subuh tepat waktu. Hal ini mengajarkan keapda kita bahwa untuk beramal yang baik dan benar itu ternyata butuh ilmu yang harus difahami.
3. Yang ketiga hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa diatas adalah pemahaman kita tentang agama kita beserta tuntutannya, artinya ktia harus terus menggali, mencari dan mempelajari ilmu tentangnya, agar kita tdka seperti orang yang buta, agar kita bsia berjalan dimalam gelap dengan bantuan cahaya yang jelas sehingga kita bisa berjalan dengan selamat. Sungguh shalat adalah ibadah yang sangat pokok, dan merupakan tihangnya agama Islam, artinya apabila orang sudah melalainkan dengan shalat, maka selain akan mendapatkan murka Allah, karena telah mendustakan agamanya, maka orang yang seperti itu bisa dikatakan telah sedikit demi sedikit untuk mengeroposkan bangunan Islam dalam dirinya. Dan apabila orang muslim sudah lupa dengan shalat atau dengan senagaja meninggalkannya, maka secara hukum syari’at ia sudah halal darahnya. Dan sederetan hadist yang lain.
Simpulan.
Bagi kita, marilah perkuat pemahaman ilmu dalam jiwa kita, agar kita bisa melalui setiap langkah perjalanan itu sengan lancar dan penuh kebarokahan, amin.
…”Subuhnya masih ada……?” tiba-tiba wanita –belum terlalu tua itu- itu bertanya. “apa bu…?” aku balik nanya untuk memastikan pertanyaan Ibu tadi. Beliaupun mengulangi pertanyaannya “ Subuhnya masih ada….?” Sembari ia melihat jam tangan dan terlihat membuka sepatu biru yang dikenakannya. Aku masih bingung namun sentak aku mengerti maksud Ibu tadi. Dalam pikiranku sepertinya Ibu itu ingin memastikan kalau waktu untuk shalat subuh apakah masih ada atau sudah lewat. Ketika itu aku lihat jam di tanganku sudah menunjukan tepat pukul 05.47 wib. Akupun menjawab untuk menenangkan hatinya “masih bu”, tanpa ditambahkan sedikitpun pernyataanku, sembari aku tersenyum.
Mendengar tanggapanku,Ibu langsung berwudlu dan melaksanakan shalat, setelah selesai shalatnya aku lihat beliau masih menyempatkan waktu untuk memanjatkan do’a, ntah apa yang Ibu itu panjatkan. Semnetara jam ditanganku sudah menunjukan pukul 05.58 wib, dan akupun melanjutkan agenda lain. Serta tak kulihat lagi Ibu masih dimesjid, sepeprtinya beliau langsung menuju tempat aktivitasnya, natah beliau itu penjual di pasar atau hanya embeli biasa yang kebetulan mau shalat di mesjid yang dekat pasar.
Setelah aku renungkan secara mendalam, seketika aku tersenyum dengan gelagat Ibu tadi yang cukup lucu, namun disisi lain aku menemukan beberapa pelajaran yang bisa aku bagi kepada pembaca yang budiman.
Berikut ini yang aku ingin sampaikan dari pelajaran yang menempel pada kisah nyata diatas.
1. Kebiasaan shalat telat waktu mengingatkanku ketika aku masih kecil dulu, kadang shalat subuh itu seringnya menjelang pukul 6 pagi, dalam benakku dulu, sebelum cahaya mentari terang menyinari aku pikir masih ada waktu untuk shalat. Mungkin hal ini juga pernah atau sering dialami oleh para pembaca sekalian. Ketelatan dalam melaksanakan shalat, bisa disebabkan karena dua faktor yang utama yaitu, karena ketidak pahaman urgensi melaksanakan shalat tepat waktu dan yang kedua adalah faktor lemahnya keimanan dan kuatnya kemalasan untuk shalat tepat waktu. Kalau alasannya karena ketidak pahaman, mungkin masih bisa ditolelir dan dimaklumi karena kita berarti belum mengerti ilmunya yang benar tentang shalat tepat waktu. Namun untuk alasan yang kedua, karena kemalasan yang tinggi, artinya ilmunya sudah tahu hanya karena dorongan nafsu syetan yang lebih kuat, akhirnya kita lebih memilih telat shalat, dengan dalih dari pada enggak shalat sama sekali, hal ini sangat keliru, karena sesungguhnya shalat itu telah dirancang untuk mengajarkan kita agar bisa hidup disiplin dan komitment dengan waktu. Orang yang biasa shalat tepat waktu, maka biasanya mereka adalah orang-orang yang memiliki kedisiplinan yang tinggi akan waktu dan mereka memiliki kemampuan yang baik dalam memenej waktu yang dimilikinya.
2. Hikmah kedua adalah mengajarkan kepada untuk lebih mengerti dan memahami ilmu, karena sesungguhnya bagi roang yang berilmu tidak akan ada istilah ragu dalam melaksanakan setiap hal yang dilakukannya karena ilmunya telah ada. Sebagai contoh kalau Ibu itu sudah tahu ilmu mengenai pembagaian waktu shalat fardlu yang benar, maka ia tidak akan menanyakan, “subuhnya masih ada”?- jadi ingetpenjaul apa, gitu - dan pasti ia akan melaksanakan shalat subuh tepat waktu. Hal ini mengajarkan keapda kita bahwa untuk beramal yang baik dan benar itu ternyata butuh ilmu yang harus difahami.
3. Yang ketiga hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa diatas adalah pemahaman kita tentang agama kita beserta tuntutannya, artinya ktia harus terus menggali, mencari dan mempelajari ilmu tentangnya, agar kita tdka seperti orang yang buta, agar kita bsia berjalan dimalam gelap dengan bantuan cahaya yang jelas sehingga kita bisa berjalan dengan selamat. Sungguh shalat adalah ibadah yang sangat pokok, dan merupakan tihangnya agama Islam, artinya apabila orang sudah melalainkan dengan shalat, maka selain akan mendapatkan murka Allah, karena telah mendustakan agamanya, maka orang yang seperti itu bisa dikatakan telah sedikit demi sedikit untuk mengeroposkan bangunan Islam dalam dirinya. Dan apabila orang muslim sudah lupa dengan shalat atau dengan senagaja meninggalkannya, maka secara hukum syari’at ia sudah halal darahnya. Dan sederetan hadist yang lain.
Simpulan.
Bagi kita, marilah perkuat pemahaman ilmu dalam jiwa kita, agar kita bisa melalui setiap langkah perjalanan itu sengan lancar dan penuh kebarokahan, amin.
daisukidesu!
BalasHapus