Oleh : Ence Surahman
Foto : Upil-D'pil
Teringat perkataan seorang syekh di Mesir,
yakni As-Syahid Hasan Albanna, yang kurang lebih beliau pernah mengatakan bahwa
“Kenyataan hari ini adalah mimpi masa
lalu, dan kenyataan masa depan adalah mimpi hari ini”. kalau saya renungi
lebih dalam, rupanya pepatah tersebut bukanlah pepatah biasa, melainkan pepatah
motivasi yang luar biasa.
Begitupun cerita yang akan saya paparkan
dalam tulisan ini juga merupakan mimpi saya dimasa lalu. Ya, yang saya maksud adalah
proses pendakian ke Gunung Gede. Impian itu saya azamkan sejak saya kelas XI
SMA. Pada waktu itu saya mengikuti ekstra kurikuler Kelompok Pecinta Alam
(KAPA), sehingga aktivitas mendaki, memanjat tebing, dinding, menyusuri pantai,
goa, dan aktivitas outdoor lainnya sangat saya gemari.
Pada waktu itu saya pernah mendengar salah
seorang guru yang bercerita tentang Gunung Gede yang berada di 3 kabupaten
yakni Cianjur, Bogor dan Sukabumi. Sejak saat itu, saya memimpikan untuk
mendakinya suatu hari nanti, dan alhamdulillah tepat pada hari Rabu-Kamis 27-28
Juni 2012, saya beserta keempat belas teman saya berhasil mencapai puncak Gede.
Thanks Allah.
Awalnya celetukan saja.
Ketika berkunjung ke kosan Barudak Haji
Ridho (BHR) yang juga kebanyakan markas tempat berkumpulnya teman-teman Pecinta
Alam Tekpend (PATEND), terbersitlah ide untuk mendaki G.Gede, yang di pelopori
oleh Sudara Jeli Francius, dan sontak banyak yang setuju, akhirnya kita buat simple plan dan dua hari setelah itu
Saudara Galuh dan M. Rizal pergi ke Cibodas untuk booking tiket dan mengurusi surat perijinan.
Fase Prepare yang tak lama
Karena terbilang mendadak, maka preparenya
pun tidak terlalu lama, singkat tapi padat, alhamdulillah karena PATEND sudah
beberapa kali naik, jadi kami sudah terbiasa dengan hal-hal yang harus diurusi
menjelang pendakian.
Jangan lakukan Ini,
Pengalaman yang saya rasakan sendiri, yang
tidak perlu Anda tiru, yakni sebelum mau melakukan pendakian gunung atau aktivitas outdoor yang berat
lainnya, sebaiknya tidak melakukan aktivitas berat dalam waktu yang sangat
mendesak ke hari H kegiatan. Terlebih sebelumnya belum pernah, karena itu akan
membuat badan kita kaget dan akhirnya menyisakan sisa sakit yang akan menjadi
teman selama pendakian.
Saya juga mengalami hal yang sama, ketika
Rabunya mau naik, hari Selasa pagi Jam 06.00-07.00, saya, Bang Musa, Bang Widi menyempatkan untuk olahraga
bareng (badminton), dan itulah yang membuat besoknya perjalananan menjadi
terasa berat. Pesan saya jangan melakukan aktivitas sport yang memberatkan,
kasian badan Anda.
Go to kota Tauco
Teman-teman tim hiking yang lain, sudah
berangkat dari jam 14.30an selasa 26 Juni 2012, sementara saya dan Saudara
Lutfi terpaksa harus berangkat menyusul karena ada agenda dulu di kampus yang
tidak bisa ditinggalkan. Akhirnya baru berangkat pukul 17.45 WIB menuju
terminal Leuwipanjang, dan langsung
menuju arah Cianjur setelah membeli snack
untuk teman di perjalanan.
Malam yang riang, selama diperjalanan
dihibur beberapa musisi khas (baca pengamen), singkat cerita sekitar pukul
10.30an sampai di Cianjur, itupun turunnya kajauhan dari tempat yang
seharusnya, yang akibatnya harus jalan kaki dulu ke tempat yang ada kendaraan
umum untuk sampai ke tujuan yang sesungguhnya. Namun alhamdulillah akhirnya ada
yang jemput dan sampai di rumah teman jam 23.00an, setelah itu shalat, makan,
dan istritahat yang pulas.
Badan yang terasa pegel,
Ketika bangun pukul 03.10an, badan ini
terasa begitu lelah, tangan terasa sakit, kaki juga sama, seluruh anggota badan
juga sama, pokoknya komplikasi banget. Sampai akhirnya mandi, shalat subuh
mencari mesjid terdekat untuk bisa mengejar shalat berjama’ah.
Hal yang berbeda.
Ada pemandangan menarik di mesjid ketika
saya sedang kesana, yang pertama penghuni atau yang memakmurkan mesjid
kebanyakan para sesepuh. Hal yang unik adalah selepas adan subuh sembari
menanti shalat subuh diantara mereka malah “pupujian” sambil berbaring, unik
dan lucu memang. Ketika saya melihat kanan kiri, depan belakang, ternyata semua
jama’ah disini menggunakan sarung, peci, piama, dan sorban. Sementara saya
hanya menggunakan celana PDL, kemudian atasnya
menggunakan jaket lapangan, pokoknya dalam kondisi siap naik gunung (very different).
Pendakian yang sangat melalahkan,
Setelah semua persiapan dan perlengkapan
selesai di kemasi, kami putuskan untuk jalan, naik angkot menuju gerbang Gunung
Putri. Masuk gerbang pemeriksaan pada pukul 08.25an dan berangkat pukul
08.38an. Alhamdulillah awalnya bisa
menikmati perjalanan dengan nyaman, namun ternyata ketika perjalanan semakin
jauh, badan terasa semakin berat, langkah semakin susah, kepala semakin pusing,
letih, lunglai, lesu, cape menghampiri. Hingga akhirnya saya putuskan untuk
banyak berhenti melepas lelah sembari menikmati semilirnya angin yang berhembus.
Sampai siang hari, ketika lelah terus menghampiri,
selepas melaksanakan shalat dzuhur, saya sempatkan dulu untuk istirahat
beberapa saat, mengisi kembali motivasi untuk bertahan. Ketika kepala begitu
pusing, lelah begitu payah, sempat terpikir, jangan-jangan hari ini adalah hari
terakhir saya didunia, atau pendakian kali ini adalah pendakian terakhir dalam
hidup saya. Jadi ingat beberapa film yang menggambarkan tentang kisah kematian
para pendaki gunung. Khawatir bercampur haru dan harap agar Allah menguatkan
dan memanjangkan umur terus dipanjatkan sepanjang kaki melangkah.
Tentu karena sadar bahwa ikhtiar juga
menjadi hal penting untuk dilakukan, saya putuskan untuk menikmati beberapa
makanan yang berkalori tinggi, seperti wafer, kacang-kacangan, dan untungnya
ada yang membekali makanan spesial, sehingga alhamdulillah tidak lama kemudian
badan terasa membaik, semangat meninggi lagi, dan percaya diri akan selamat
sampai tujuan juga kembali memuncak. Hingga tak sadar akhirnya kaki dan raga
ini sampai di alun-alun Surya Kencana yang menjadi primadonanya Gunung Gede.
Teriring rasa bahagia saya sujud syukur setibanya di sana, alhamdulillah.
Disinilah, ketika tiba di Surya Kencana,
lelah yang dari pagi menguntit hilang seketika, letih yang terus mengganggu setiap
langkah, kini menjauh, dan kegalauan pikiran akan akhir hidup juga melebur
bersama keringat yang hilang karena hempasan angin sepoy Surya Kencana. Yyang
hadir adalah motivasi dan percaya diri serta optimisme bahwa saya akan kembali
dengan selamat setelah bisa menikmati
betapa dahsyatnya ciptaan Allah swt.
Setelah mengambil beberapa foto sendiri dan
dengan teman-teman, selanjutnya kami menuju camping
ground. Tempat yang ramai dengan para pendaki yang lain, alhamdulillah bisa
bertemu dengan saudara dari Jakarta, Bandung, Cianjur, Jogja, dan banyak lagi
yang lainnya, mulai dari level SMA, Mahasiswa hingga umum.
Foto : Candu
Sore yang menjemukan.
Selepas tenda terpasang, sebagian dari kami
ada yang mau menaiki puncak untuk menikmati keindahan Sunset, namun sayang seribu kali sayang, ternyata kami salah jalan,
dan akhirnya kami putuskan untuk tidak naik, karena kalaupun naik pasti tidak
akan dapat sunsetnya. Yang menjemukan
hati karena rencana menelfon orang-orang rumah dan teman-teman di Bandung dari
puncak tidak jadi hari itu, karena naiknya tidak jadi sore itu, padahal konon
katanya di puncak ada signal bagus.
Malam yang dingin,
Selepas mentari kembali ke sarangnya, ada yang
mengesankan hati, ketika saya mau mengambil wudlu saya melihat beberapa pendaki
lain yang sedang menggelar alas untuk shalat maghrib berjama’ah, saya terenyuh
karena ternyata para pendaki yang saya temui masih memiliki komitmen yang baik
dalam mengamalkan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah. Yang lebih menarik adalah
karena di hadapan arah shalat kami sang surya masih menyisakan gemerlap
cahayanya, sehingga kesan shalat maghrig kali ini menjadi sangat spesial.
Berhubung tidak turun hujan, maka tentu dinginnya
semakin menjadi, dari siang saja ketika matahari masih bersinar terang, dinggin
sudah terasa begitu menggigit, terlebih ketika matahari sudah tak lagi
menemani, dinggin itu semakin menjadi. Bulan dan bintang yang menemani malam
kami, sungguh indah untuk di nikmati dan tak sanggup untuk di deskripsikan
dengan kata-kata. Pokoknya malam itu begitu indah terasa.
Karena dingin yang semakin menjadi, kami
putuskan untuk tinggal di dalam tenda masing-masing. Alhamdulillah malam yang
terasa sangat panjang, hingga akhirnya subuh datang, dan kami bangun untuk
menunaikan kewajiban kemudian menikmati hangatnya susu, kopi, dan snack lain
yang ada.
Foto : Deni Unja
Jalur Baru Patend.
Selepas shalat subuh, kami putuskan untuk
naik ke puncak, yang sore kemarin sempat tertunda. Tahukah apa yang terjadi?
Setelah kami berdelapan mencari-cari gerbang masuk menuju puncak, akhirnya kami
putuskan untuk membuat jalur baru, dan ternyata memang belum ada jalur yang
sudah jadi, dengan tanpa golong dan pisau, kami lalui jalan yang sepi, gelap dan
menyeramkan, hingga akhirnya dengan perjuangan dan keyakinan kami akan mencapai
puncak, walau dengan susah payah akhirnya kami mencapai puncak juga. Hmm
bahagianya. Tapi ternyata itu bukan puncak Gede yang ada kawahnya melainkan
puncak Gemuruh, alhasil puncak yang kami tuju bukan puncak yang sesungguhnya
kami inginkan. So sad.
Akhirnya kami putuskan untuk kembali ke
camp setelah mengambil beberapa foto disepanjang perjalanan. Setibanya di camp,
sebagian dengan menikmati lezatnya kopi hangat, ada juga yang sedang merapikan
barang-barang bawaannya, ada yang sedang menghangatkan diri, ada juga yang
foto-foto. Suasana kami begitu hangat sehangat mentari yang menemani.
Back to Cibodas
Setelah makanan untuk sarapan tersaji, kami makan, lalu berbenah
dan merapikan mengemasi barang-barang lalu kami pulang dan menuju jalan yang
melintasi ke puncak, dan kali ini alhamdulillah kami nyampai puncak yang sesungguhnya,
dan dipuncak ternyata memang ada signal walaupun tidak terlalu kuat, kadang
hilang kadang ada, setelah di deteksi ada provider telkomsel, XL, Indonsat, 3.
Yang lainnya belum terdeteksi disana tepatnya di ketinggian 2958 mdpl.
Dipuncak, kami melakukan sesi foto pribadi
dan kelompok, setelah itu kembali melanjutkan perjalanan ke arah Gerbang Cibodas,
perjalanan yang sangat jauh dan cukup melelahkan, tapi walaupun begitu terasa
begitu spesial, karena dijalan kita ditemukan dengan banyak fenomena alam yang
menakjubkan.
Selama perjalanan menuju Gerang Cibodas,
kami menemukan berbagai jenis bunga yang indah, turunan syetan, sungai dengan
air terjun yang cantik, sungat air panas yang besar dan mengesankan,
pohon-pohon kayu yang besar, Kolam biru, Kawah Gayonggong, jembatan nyaman, dan
banyak lagi yang lain.
Foto : Upil-D'Pil
Setibanya di Gerbang Cibodas tepat pukul
18.30, waktunya untuk menunaikan kewajiban, sembari melepas lelah perjalanan
sambil menunggu teman-teman yang masih dibelakang.
Setelah semua tim kumpul, kami putuskan
untuk langsung kearah pulang yakni ke Bandung. Alhamdulillah mobil tiba jam
21.55an, dan sampai di Leuwi Panjang Jam 01.00 WIB. Sampai di kosan tiba Jam
13.30 dan tidak lama dari itu segera tidur untuk mengobati lelah yang
menjangkit di jasad ini.
Alhamdulillah, perjalanan kali ini begitu
menyenangkan dan mengesankan serta memberikan pengalaman baru yang luarbiasa.
Gunung Gede telah menjadi saksi akan banyaknya inspirasi dan motivasi untuk
saya menyelesaikan amanah skripsi.
Patend .....??? Emang Keren J.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,