Oleh : Ence Surahman
Sobat cyber yang senantiasa berbahagia,
semoga setiap kesempatannya senantiasa dalam keadaan penuh semangat dan penuh
karya serta kaya manfaat baik untuk diri sobat sendiri ataupun untuk orang-orang
terdekat sobat dan semua makhluk Allah lainnya, aamiin. J
Pada tulisan kali ini saya ingin bercerita
tentang perjalanan spiritual saya kali ini yang saya lakukan ke Cirebon yang
pernah sohor dengan sebutan Kota Udang. Dalam pandangan saya rupanya ada
sebutan lain untuk kota satu ini yakni Cirebon kota Jamblang, ya maksudnya kota
yang memiliki kuliner khas yang dinamakan nasi Jamblang, nasi yang dibungkus
dengan daun Djati yang juga merupakan pohon kayu yang banyak di tanam hampir
diseluruh wilayah Cirebon baik di kebun ataupun di depan rumah juga banyak
warga yang menyengaja menanamnya.
Perjalanan saya ini bermula dengan adanya
undangan untuk mengisi materi training motivasi dalam acara grand opening program tutorial
pendidikan agama Islam di Universitas Swadaya Gunung Djati. Salah satu
kebanggaan orang Cirebon dan sekitarnya. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari
Ahad, 21 Oktober 2012 ini dihadiri oleh lebih dari 700 mahasiswa angkatan 2012
yang sedang mengontrak mata kuliah pendidikan agama Islam.
Saya berangkat dari Bandung pada hari
Sabtu, jam 16.30 karena terjebat macet hampir disepanjang jalan dari Caheum ke
Majalengka (maklum malam minggu), saya baru bisa sampai di perempatan Jalan
Pemuda pada pukul 23.19 wib. Suasana malam yang saya rasakan lebih adem dari
biasanya, karena selama 3 kali saya ke cirebon baru kali ini saya memutuskan
untuk menginap disana, sebelumnya pasti berangkat dari Bandung subuh menjelang
ngisi materi jam 9an, tapi kali ini saya memutuskan untuk bermalam dengan
harapan agar punya waktu banyak untuk istirahat dan menyiapkan diri untuk bisa
ngisi materi dengan penampilan prima, cie-cie.
J
Sesampainya disana saya disambut oleh ketua
tutorial akh Deri Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi angkatan 2011, mahasiswa
yang rame dan kadang lucu ini berasal dari Majalengka. Sebelum beranjak ke
tempat peristirahatan beliau menawarkan saya untuk makan bareng, setelah itu
segera menuju kosan beliau untuk istirahat, sementara beliau kembali lagi ke
mesjid kampus untuk mendekor tempat untuk acara esok pagi.
Alhamdulillah sebelum adzan subuh
berkumandan saya bangun dalam kondisi badan yang basah kuyup dengan keringat,
padahal saya tidur hanya mengenakan kaos tipis saja, tidak pakai selimut sama
sekali, -maklum sya terbiasa tinggal di sekitaran gerlong tengah yang kondisi
cuacanya jauh lebih dingin dari Cirebon.
Selepas shalat subuh, saya memastikan
terlebih dahulu bahan materi training. Dilanjutkan mandi lalu sarapan dan
dilanjut berangkat ke kampus untuk bersiap mengisi materi. Alhamdulillah selama
sesi materi berjalan dengan lancar, bahkan para peserta terlihat cukup antusias
menyimak dan mengikuti berbagai sesi training yang saya kemas dengan sangat
cair, diselingi berbagai ice breaking yang cukup menghibur para
peserta. Karena keterbatasan waktu, tidak semua bahan materi yang saya
persiapkan dapat disampai, saya kira yang mengisi materi hanya sendirian
rupanya ada lagi setelah saya hingga menjelang dzuhur.
Selepas dzuhur saya diajak keliling Cirebon
oleh panitia, beberapa tempat yang kami kunjungi diantaranya komplek pemakaman
Sunan Gunung Djati, lalu naik perahu di Pelabuhan Kejawanan, dilanjut dengan
shalat asar di mesjid keraton kesepuhan yang umurnya sudah lebih dari 5 abad
namun masih utuh, dan memberikan kesan yang cukup khas masa lalu dengan desain
dan arsitektur yang luarbiasa.
Selepas shalat asar, kami melanjutkan
jalan-jalan ke keraton kasepuhan, disini dipertemukan dengan pemandangan baru
yang belum pernah melihat sebelumnya, sungguh merupakan pengalaman yang sangat
luarbiasa.
Saya ingin ceritakan sedikit-sedikit dari
masing-masing tempat yang kami kunjungi kemarin, yang pertama ketika berkunjung
ke komplek pemakaman Sunan Gunung Djati, saya bertemu dengan kondisi yang
kurnag nyaman karena perlakukan pihak penerima tamu di pintu masuk area
pemakaman yang tidak jauh dengan preman palak (terkesan sangat memaksa minta
sedekah dari semua pengunjung). Selain itu muka yang dipasangnya kurang nyaman
untuk dilihat, akhirnya niat awal ingin mempertebal kualitas keimanan dengan
memaknai kematian, eh malah jadi terasa kurang nyaman. Apalagi sesajen yang
dipajang malah jadi semakin membingungkan dengan adat dan tradisi yang dipakai
di area tersebut.
Selepas mendapatkan shockterapi ketika berkunjung ke area makam komplek Sunan Gunung
Djati, kami melepas penat dengan mengunjungi pantai kejawanan untuk menikmati
laut, hanya sayang karena abrasi, dan sedang pasang, kami tidak bisa menikmati
hamparan pasir, yang kami lihat air pantai yang kurang jenih, tapi karena
penasaran dengan fenomena lautnya akhirnya kami putuskan untuk naik perahu
jalan-jalan ketengah laut.
Selepas menikmati indahnya lautan, kami
lanjutkan perjalanan ke keraton kasepuhan di dalamnya kami bisa melihat
berbagai jenis barang zamn dulu yang masih ada sampai sekarang. Selain itu kami
melihat komplek keraton yang luasnya mecapai 25 hektar. Kami dipandu untuk
mengunjungi semua bagian dari keraton, kami melihat lukisan prabu siliwangi
yang memiliki nilai seni yang sangat
tinggi, kemudian melihat kereta kencana, dan semua area keraton yang
menyimpan nilai sejarah yang sangat tinggi.
Alhamdulillah, perjalanan kali ini berakhir
dengan indah, walaupu lelah namun kepuasan bisa kami dapatkan. Terlebih saya
yang dari Bandung, kesan yang indah untuk kota Cirebon. J
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,