Oleh : Ence Surahman
Sumber Gambar: http://proposalusaha.blogspot.com/2011_01_01_archive.html
Alhamdulilah hari ini saya menikmati akhir pekan
dengan penuh lelah bahagia, selepas saya pulang dari mengisi acara di agenda
training motivasi berprestasi yang diselenggarakan oleh panitia The 4th Great Moment Lembaga Dakwah Kampus
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Serang, Ahad, 21 April 2013,
saya sampai di Gerlong tepat pukul 21.42 selepas shalat, karena terasa lapar
akhirnya saya putuskan untuk mencari makanan, singkat cerita hati saya tertarik
untuk menikmati Nasi Gila yang dijual di dipertigaan Gang Haji Ridho Gerlong
Tengah Bandung tepat dibelakang koncter pulsa.
Ketika beliau dengan
membuatkan nasi gila pesanan saya, saya dibuat penasaran untuk menjadi orang kepo(ingin
bertanya), lalu saya mulai dengan pertanyaan yang umum “Bang udah berapa tahun
jualan nasi goreng?” tanya saya. Beliau menjawab “alhamdulillah baru sebentar
mas, baru 22 tahun” beliau menjawab dengan entengnya waktu 22 tahun dikatakan
masih sebentar. “Lho kok sebentar mas (awalnya Bang sekarang jadi Mas karena
ternyata beliau bilang berasal dari Tegal Jawa Tengah)” tanya saya lagi. Beliau
kembali menjawab “ iya saya juga merasa baru kemarin, padahal dagang di sini
(gerlong) sudah hampir 8 tahun, sebelumnya saya jualan di daerah dago” katanya.
“Ngomong-ngomong keluarga
dibawa ke Bandung atau di Tegal” saya kembali bertanya. Beliau menjawab “
alhamdulillah istri dan anak di kampung mas, ngurus sawah dan kebun” katanya.
“wah subhanallah ternyata ngurus sawah ya? Kalau boleh tahu setiap kali panen
dapat berapa ton mas?” tanya saya lagi. Beliau menjawab lagi “sat, dua, tiga
tos mas, dan alhamdulillah kami panen setahun 3 kali, kebetulan sawahnya tidak
pernah kering air” jawabnya sambil tersenyum.
Beliau baru berusai 41 tahun,
dulu menikah ketika usia 24 tahun sementara istrinya baru berusia 36 tahun dulu
menikah ketika usia 19 tahun, dan kali ini mereka sudah dikaruniai seorang anak
perempuan dan dua orang anak laki-laki. Beliau sendiri tingga dibandung
ngontrak, dan paling pulang ke kampung halamannya paling cepat 40 hari paling
lambat bisa mencapai 3 bulan tidak pulang-pulang hal itu berdasarkan penuturan
beliau, dan ternyata sawah yang mereka miliki di kampungnya itu berasal dari
hasil beliau jualan nasi goreng Di Bandung.
Saya masih penasaran ingin
mengetahu estimasi penghasilan beliau dari hasil jualan nasi gorengnya lalu
saya bertanya lagi “ngomong-ngomong semalam laku berapa porsi mas?” jawaban
beliau akan langsung saya kalkulasikan karena saya tahu nasi goreng yang beliau
jual berkisar antara 8-10 ribu. Beliau menjawab “alhamdulillah antara 60-70
porsi mas” katanya sambil kembali tersenyum.
Sekarang mari kita hitung
dengan estimasi kasar saja dulu, beliau jualan tiap malam tanpa libur kalau
kita ambil rata-rata semalam laku 65 porsi dengan rata-rata setiap porsinya 9
ribu, maka kita bisa kalkulasikan dalam waktu satu malam beliau bisa
mendapatkan uang sebanyak 585 ribu rupiah. Lalu kita kalikan selama satu
bulan/30 hari, maka hasilnya 17.550 ribu rupiah, kalau saja bahan baku termasuk
bumbu dan sewa tempat kita potong 40 % maka beliau masih punya penghasilan
bersih sebanyak Rp. 10.530.000/bulan.
Itu baru penghasilan beliau dari hasil jualan nasi goreng.
Sekarang kita tambah dengan
penghasilan beliau dari panen disawah, harga satu kuintal padi (100 kilo gabah)
rata-rata Rp400ribu bahkan sempat
mencapai angka 470ribu. Kalau kita ambil harga 425ribu pada saat penjualan
hasil panennya maka angka 3 ton /3000kg dikali 425ribu, hasilnya 12.750.000
dalam sekali panen dan dalam setahun/3 kali panen beliau bisa mengumpulkan uang
kotor sebesar Rp. 38.250.000 kalau saya biaya membajak sawah, pemeliharaan
padi, pengobatan, pemupukan dan kuli cangkul hingga padi kering 50% maka beliau masih dapat untung dalam satu
tahun sebesar 19.125.000 dan itu berarti kalau dibagi kedalam 12 bulan maka
untung perbulannya adalah 1.593.750. angka yang seolah kecil namun untuk ukuran
dikampung itu terbilang lumayan, karena hidup dikampung dorongan kebutuhannya
tidak terlalu besar beda dengan dikota.
Dan apabila penghasilan
dikota sebagai penjual nasi goreng dengan hasil dikampung baru dari hasil padi
saja dijumlahkan dalam setiap bulannya beliau mendapatkan titipan rizki hasil
usahanya sendiri mencapai angka Rp. 12.123.750, angka yang amat jauh jika
dibandingkan dengan karyawan pabrik atau guru honorer.
Inti dari tulisan diatas
hanya ingin berbagi cerita saja, mudah-mudahan ada kebaikan didalamnya,
sehingga hadir dalam diri kita untuk semangat berwirausaha dan mau meniti karir
usaha, walaupun mungkin harus dimulai dari nol dulu, pada akhirnya pekerjaan
apapun yang kita jalani ketika kita ikhlas menjalaninya maka akan menjadi
bagian dari ibadah kita kepada Allah, terlebih ketika para suami melakukannya
dengan ikhlas untuk menafkahi anak dan istri, maka sesungguhnya hal itu yang
akan menjadi penggugur dosanya dan menjadi jalan lebar menuju surga Allah, wallahu’alam.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,