Oleh : Ence Surahman, S.Pd
(Artikel ke-20 dari program one day one article
selama Ramadhan)
Disebuah rapat saya mendapatkan serangkaian
untaian tausyiah dari salah satu peserta rapat yang lain, tentang sebuah kisah
sederhana, namun memberikan inspirasi yang begitu mendalam. Beliau bercerita
tentang sebuah kisah yang pernah terjadi dizaman Rosulullah saw masih hidup.
Pada suatu hari Rosulullah berkunjung kerumah
putrinya Fatimah yang disana juga terdapat menantunya yaitu Ali r.a, selain itu
juga hadir Umar r.a dan juga ustman r.a. ketika itu Fatimah menyuguhkan mangkuk
cantik yang diisi dengan madu. Ternyata ketika sampai ditangan Rosulullah,
dimangkuk tersebut terdapat sehelai rambut.
Memang sudah menjadi kebiasaan Rosulullah saw,
ketika ada sebuah peristiwa yang unik, maka beliau tidak melewatkan untuk
menjadikan momentum menemukan hikmah dan pelajaran dibalik ibroh peristiwa
tersebut, akhirnya beliau bertanya kepada Umar Bin Khatab, wahai umar bagaimana
pendapatmu tentang hal ini? Umar menjawab kerajaan itu lebih cantik dari
mangkuk yang cantik, menjadi raja tentu lebih manis dari madu, namun memerintah
tidak lebih mudah daripada menepis sehelai rambut.
Lalu Rosulullah bertanya kepada Usman Bin Affan
r.a dan Usmanpun menjawab Ilmu itu lebih cantik dari mangkuk ini, dan orang
yang mencari ilmu itu lebih manis dari madu sementara orang yang mengamalkan
ilmunya tidak lebih mudah daripada menepis sehelai rambut. Lalu ketika
ditanyakan kepada Ali r.a, maka Alipun menjawab bahwa tamu itu lebih cantik
dari pada mangkuk yang cantik, menjadi pribumi yang melayani tamunya dengan
baik lebih manis daripada madu namun mempersilakan pulang tamu yang sudah
berkunjung lebih dari waktu normal itu tidak lebih mudah dari menepis sehelai
rambut.
Setelah itu Fatimah berpendapat bahwa menjadi
wanita muslimah itu lebih cantik daripada mangkuk yang cantik, dan wanita yang
menjaga dirinya itu lebih manis dari pada madu sementara menjadi wanita yang
hanya dilihat auratnya oleh suaminya yang mukhrim tidak lebih mudah daripada
menepis sehelai rambut. Lalu Rosulullah
pun berkata seseorang yang mendapatkan taufik lebih cantik dari mangkuk yang
cantik dan yang bisa beramal baik lebih manis daripada madu dan istiqomah dalam
keimanan tidak lebih mudah daripada menepis sehelai rambut.
Dan ternyata dalam majelis itu juga banyak hadir
para malaikat, akhirnya Malaikat Jibrilpun ikut berkata menegakkan pilar-pilar
agama itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik, menjaganya lebih manis
daripada madu dan mendakwahkannya tidak lebih mudah daripada menepis sehelai
rambut.
Subhanallah, itulah bedanya sahabat Rosulullah
dengan kita, dalam pandangan mereka semua peristiwa mengandung hikmah yang
begitu luarbiasa, tapi terkadang kita jarang sekali bisa belajar dari peristiwa
yang terjadi dengan kita untuk kemudian mempertebal dan memperkokoh keimanan
kita, walalhu’alam, mohon maaf apabila redaksi ceritanya tidak kurang tepat,
maklum tadi saya hanya mendengar selintas saja, tapi intinya mari pertajam
pikiran kita untuk senantiasa mengambil hikmah dan ibrah dari setiap pelajaran
guna menguatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,