Langsung ke konten utama

Guru Elektronik (e-teacher) Dalam Mengatasi Masalah Pembelajaran


MAKALAH
GURU ELEKTRONIK (E-TEACHER) DALAM MEMECAHKAN PERMASALAHAN PEMBELAJARAN
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas ujian akhir semester  mata kuliah Kapita Selekta Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Dosen : Prof. Dr. H. Moh. Ali, M.A. M.Pd
Dr. H. Dinn Wahyudin, M.A
H. Didi Supriadie, BA, Drs, M.Pd.


116750645700l.jpg

Di susun oleh:
Ence Surahman
0800201


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN 2012

KATA PENGANTAR


Segala puji beserta syukur kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa Solawat dan salam semoga selamanya tercurahlimpahkan kepada panutan kita, Baginda Rosululloh Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat dan seluruh umatnya, semoga kelak bersama-sama mendapatkan safa’at darinya,amin.
Makalah yang berjudul “E-Guru Dalam Memecahkan Permasalahan Pembelajaran” ini penulis susun sebagai salah satu tugas Ujian Akhir Semester dari dosen mata kuliah Kapita Selekta Teknologi Inoformasi dan Komunikasi. Dalam makalah ini penulis paparkan mengenai peran dan fungsi e-guru (e-teacher) dalam mengatasi permasalahn proses pembelajaran.
Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini akan berguna dan memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran secara khusus atau pendidikan pada umumnya, tentu dalam hal ini guru, kepala sekolah, penyelenggara pendidikan, sampai kepada para pengambil kebijakan. Kekurangan dan kesalahan bukan sebuah hal yang tidak mungkin luput dari tulisan ini, maka untuk perbaikan kedepannya penulis sangat berterimakasih apabila pembaca berkenan mengoreksi kesalahan-kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Atas kerja sama, bantuan  dan perhatian semua pihak dalam penyusunan dan penyempurnaan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.
Bandung, 9 Januari 2012


Penulis


Ence Surahman

DAFTAR ISI









BAB I

PENDAHULUAN


1.1.       Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah kehidupan. Pendidikan merupakan rusuknya kerangka kehidupan suatu bangsa, pendidikan juga merupakan jantungnya peradaban sebuah negara, pendidikan merupakan darah yang mengalirkan semangat kemajuan, memompakan motivasi kemenangan, dan mentransfer energi perjuangan. Pendidikan adalah kehidupan. Bukan kehidupan yang tidak ada pendidikan didalamnya. Pendidikan tidak akan pernah lepas dari kehidupan ini. Selama kehidupan ini ada maka pendidikan pula akan senantiasa ada.
Pendidikan merupakan fitrah manusia. Karena manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang dapat dididik dan membutuhkan pendidikan. Karena pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia, sehingga mencapai derajat keutuhannya sebagai makhluk manusia yang Tuhan ciptakan di muka bumi. Dengan akal dan hati yang di berikannya, inilah potensi utama yang mengharuskan manusia terus mendidik dan di didik untuk menjadi manusia seutuhnya.
Dalam undang-undang system pendidikan nasional no 20 tahun 2003, pada pasal 1 ayat 1 di sebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan harus memiliki tata kelola yang baik, pendidikan membutuhkan manajemen yang tersusun rapi, pendidikan harus memiliki tujuan yang jelas dan terdefinisi, pendidikan membutuhkan strategi, dan metode untuk yang tepat guna memudahkan pencapaiannya. Untuk itu, kita mengenal terdapat beberapa unsur pendidikan.
 Menurut Tatang (2009:6) terdapat beberapa unsur dalam praktek pendidikan diantaranya tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, isi pendidikan (kurikulum), alat dan metode/cara-cara pendidikan serta lingkungan pendidikan.
Guru merupakan salah satu unsur penting dalam praktek pendidikan. Keberadaannya merupakan keharusan, eksistensinya merupakan keniscayaan. Dan ketiadaannya merupakan ancaman terhadap masa depan pendidikan. Bahkan karena pentingnya keberadaan guru dalam proses pendidikan, guru dianggap sebagai ruhnya pendidikan yang tentu sangat menentukan proses dan hasil pendidikan itu sendiri.
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahakan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Membicarakan tentang guru, berarti membicarakan perkara besar, membicarakan nasib bangsa, dan peradaban dunia. Ketika guru sudah dianggap tidak lagi penting, ketika orang sudah meremehkan eksistensi guru di dunia ini, hal itu pertanda kemunduran perlahan suatu bangsa dan peradaban menuju jurnag kehancuarannya.
Namun, disisi lain, untuk mendapatkan kualitas guru yang ideal, ternyata tidaklah mudah, padahal guru yang baik akan mewujudkan pendidikan yang baik pula, begitupun sebaliknya. Maka dari itu, berbagai upaya untuk membentuk guru yang ideal dan berkarakter tentu banyak hal yang seharusnya dilakukan.
Terlebih di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir decade sekarang. Cepatnya arus teknologi dalam kehidupan manusia, yang telah masuk keberbagai bidang kehidupannya, termasuk bidang pendidikan, di tenggarai perkembangan teknologi ini juga memiliki andil yang besar dalam membantu pencapaian tujuan pendidikan.
Guru sebagai subjek pendidikan, memiliki beragam pandangan tentang teknologi yang terus berubah setiap detik. Ada guru yang menanggapi dengan aktif, ada yang acuh tak acuh, bahkan ada yang apriori. Sikap-sikap ini sangat bergantung kepada pola pikir guru itu sendiri.
Namun demikian, guru yang baik adalah guru yang senantiasa menyesuaikan diri (adaptasi) dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru yang senantiasa responsif terhadap pembaharuan, guru yang selalu update informasi, wawasan dan keahlian. Mereka itulah guru-guru yang luar biasa. Yang keberaadaannya tidak akan pernah usang, akan senantiasa mampu berdiri kokoh menghadapi setiap perubahan dan itulah salah satu indikator guru yang diharapkan.
Di tengah banyaknya permasalahan dalam proses pembelajaran, teknologi informasi dan komunikasi mampu memberikan solusi atas sebagian besar permasalahan yang dihadapi. Teknologi dengan ciri khasnya yaitu membantu memudahkan kebutuhan hidup manusia mampu menjembatani kemudahan dalam melakukan proses pembelajaran yang di kelola oleh guru.
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, memunculkan koncep pendidikan elektronik, atau yang lebih banyak dikenal dengan istilah pembelajaran elektronik (e-learning), kemudian pembelajaran yang dilakukan secara online atau yang dikenal dengan istilah online learning, bahkan guru yang jelas-jelas merupakan wujud nyata berupa pisik, alih-alih ada istilah baru yang muncul dengan istilah e-guru atau guru elektronik.
Makalah ini berupaya memaparkan segala bentuk isu dan praktek bahwa dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi atau bagi guru atau yang lebih sederhana di kenal dengan electronic teacher (e-teacher) akan mampu mempermudah proses pembelajaran yang di kelola oleh guru.

1.2.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka untuk memperjelas paparan dalam makalah ini, adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut;
1.      Apakah yang di maksud dengan guru elektronik (e-teacher)?
2.      Apa saja permasalahan yang biasa muncul dalam proses pembelajaran?
3.      Bagaimana peran e-guru dalam mengatasi masalah pembelajaran?

1.3.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan maakalah ini diantaranya sebagai berikut:
1.      Ingin mengetahui yang dimaksud dengan e-guru (e-teacher)
2.      Ingin mengetahui berbagai permasalahan yang biasa muncul dalam proses pembelajaran
3.      Ingin mengetahui pran e-guru dalam mengatasi masalah pembelajaran




 

 


BAB II

DAFTAR PUSTAKA


2.1    Definisi Pendidikan

Menurut M.J. Langeveld dalam Tatang (2009:5) pendidikan dalam arti yang hakiki, ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa”. Sementara itu Tatang (2009:5) menyebutkan definisi pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh orang dewasa untuk membantu atau membimbing anak (orang yang belum dewasa) agar mencapai kedewasaan.
Hasan Langgulung (2003:1-2) dalam bukunya Asas-Asas Pendidikan Islam mengakatan bahwa secara umum setidaknya pendidikan bisa ditinjau dari dua segi. Pertama dari sudut pandang masayarakat, dan kedua dari segi pandangan individu. Dari segi pandangan masyarakat pendidikan berarti pewarisan kebudayaandari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan, atau dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke genarasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara. Pewarisan yang dimaksud meliputi warisan intelektual, seni, ekonomi, politik, agama dan lain-lain.
Sedangkan dalam kaca mata individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Individu itu laksana lautan dalam yang penuh mutiara dan bermacam-macam ikan, tetapi tidak tampak. Ia masih berada didasar laut, ia perlu dipancing dan digali supaya menjadi makanan dan perhiasan bagi manusia.
Dilihat dari kacamata yuridis, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Dalam Islam, istilah pendidikan diyakini berasal dari bahasa Arab yaitu tarbiyah yang berbeda dengan kata ta'lîm yang berarti pengajaran atau teaching dalam bahasa Inggris. Kedua istilah (tarbiyah dan ta'lîm) berbeda pula dengan istilah ta’dzîb yang berarti pembentukan tindakan atau tatakrama yang sasarannya manusia. Walaupun belum ada kesepakatan di antara para ahli, dalam kajian ini yang dimaksud pendidikan Islam adalah al-tarbiyah, istilah bahasa Arab yang menurut penulis dapat meliputi kedua istilah di atas. Hal yang sama dikemukakan oleh Azyumardi Azra bahwa pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inhern dalam konotasi istilah tarbiyah, ta'lîm dan ta’dzîb yang harus dipahami secara bersama-sama.
Dari pemaparan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa pendidikan  berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara sesuai dengan ajaran Islam. Rumusan ini sesuai dengan pendapat Endang Saefudin Anshari yang dikutip Azra bahwa pendidikan Islam adalah proses bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan fisik dan psikis siswa dengan bahan-bahan materi tertentu dengan metoda tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu sesuai dengan ajaran Islam.

2.2    Definisi Guru

Guru atau dalam istilah lain disebut dengan pendidik, yang memiliki makna lebih luas dari guru dapat diartikan sebagai anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar, dan atau melatih peserta didik. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik sebagai pendidik dan memenuhi beberapa kompetensi sebagai pendidik.
Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang  yang dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan. Sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak pada usia dini meliputi, (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional, (4) kompetensi sosial.
Sementara itu secara yuridis sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1 ayat 1 peraturan pemerintah no 74 tahun 2008 bahwa yang di namakan guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahakan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

2.3    Definisi Guru Elektronik (E-Teacher)

Adapun yang dimaksud dengan guru elektronik, dalam tulisan ini, penulis akan mendefinisikan dalam dua tinjauan, yang pertama guru elektronik secara murni, dan guru elektronik dalam kontek guru seutuhnya yang memerankan proses elektronik dalam melakukan tugas dan perannya dalam proses pembelajaran. Sekali lagi yang dimaksud dalam tulisan berikut adalah pendapat penulis sendiri, mengingat penulis sendiri belum menemukan istilah yang pas untuk mendefinisikannya dengan merujuk kepada pendapat orang lain.
          Guru elektronik dalam tinjauan seutuhnya adalah guru maya yang tidak ada wujud pisiknya, namuan nyata peran dan fungsinya sebagai guru, dalam hal ini siswa atau peserta didik tidak akan pernah bertatap muka secara langsung dengan guru yang dimaksud, namun siswa merasakan proses interaksi dan pembelajaran dengan gurunya. Istilah ini akan di temukan dalam kontek pembelajaran masa kini yang sudah sepenuhnya menggunakan bantuan mesin, dalam hal ini guru elektronik juga dapat diartikan sebagai mesin yang berjalan secara otomatis melakukan serangkaian proses, peran dan fungsinya.
          Adapun makna yang kedua yang penulis maksudkan adalah guru elektronik yang sifatnya hanya sebagai pelengkap atau penambah keberadaan perand an fungsi guru, guru pisiknya tetap ada, namun ketika tidak ada guru secara pisikpun peserta didik masih bisa belajar dengan gurunya secara maya, atau tanpa tatap muka. Barangkali istilah inilah yang akan banyak digunakan dan di paparkan dalam  makalah ini.
          Dalam konteks yang kedua, guru sudah mampu memberdayakan berbagai inovasi dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi atau yang juga dikenal dengan istilah telematics, dalam membantu proses pembelajaran yang dilakukannya. Maka sangatlah jelas guru elektronik yang dimaksud diatas, akan dapat membantu memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran.

2.4    Definisi Belajar

Menurut Morgan (1978) belajar adalah adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sementara itu Gange (1984) berpendapat bahwa belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Dian (2009) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.  Perubahan itu bersifat relatif konstan dan permanen.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi antara pembelajar dengan pengajar, atau peserta didik dengan pendidik, dengan menggunakan suatu metode untuk mencapai tujaun pembelajarannya. 

2.5    Masalah Dalam Pembelajaran

Adapun beberapa masalah yang ada hubungannya dengan belajar, tentu  merupakan turunan dari permasalahan pendidikan secara umum, adapun beberapa permasalahan pendidikan secara umum diantaranya adalah keterbatasan akses pendidikan, lemahnya mutu dan kurang relevannya proses pendidikan dengan dunia nyata yang akan di hadapi oleh peserta didik nantinya, baik yang berkaitan dengan pekerjaan, ataupun penempatan dirinya di masyarakat.
Maka dari itu, permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaranpun tidak akan jauh dari tiga permalasahan utama pendidikan, lebih jelasnya adalah masalah ketebatasan akses, baik akses sumber belajar, atau lembaga tempat belajar, akses informasi, akses teknologi informasi dan komunikasi. permasalahan ini biasanya terkendala karena faktor geografis dan kebijakan.
Adapun permasalahan mutu pembelajaran dikarenakan beberapa factor diantaranya kualitas pendidik, motivasi peserta didik atau latar belakang peserta didik, kontribusi masyarakat untuk mengkondisikan terjadinya proses pembelajaran, kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pembelajaran, kemudian kemampuan guru dalam mengemas pesan dan proses pembelajaran yang tidak efektif dan lain-lain.
Sementara itu untuk permasalahan relevansi, hal ini kebanyakan dikarenakan system pembelajaran didalamnya terdapat kurikulum pembelajaran yang dikemas tidak sesuai dengan tuntutan dilapangan para peserta pembelajaran. Akibatnya peserta didik tidak mampu beradaptadi dengan kehidupan nyata.

BAB III

METODE PENULISAN


Metode penulisan makalah yang penulis lakukan adalah dengan metode studi pustaka dan analisis di lapangan. Metode pustaka yang dimaksud penulis yaitu penulis melakukan penelaahan terhadap berbagai bahan bacaan yang relevan dengan topic yang dikaji dalam makalah. setelah itu penulis juga melakukan analisis di lapangan dengan tanpa observasi secara langsung, mengingat keterbatasan waktu untuk melakukannya.
Secara skematis metode penulisan makalah ini dapat digambarkan seperti ilustrasi berikut ini;
Gambar 1 Metode Penulisan Makalah
1.      Penggalian Masalah
      Penulisan karya ilmiah ini didasarkan pada sebuah masalah dalam system pendidikan di Indoensia yaitu masalah pemerataan dan akses pendidikan.
2.      Studi Literatur
      Studi literatur ini diperoleh dari buku-buku,jurnal  lmiah, baik dari dalam dan luar negeri, artikel di internet yang berhubungan dengan topic pembahasan dalam karya ilmiah ini.
3.      Penulisan Makalah
       Dalam penulisan karya ilmiah ini didasarkan kepada langkah-langkah penyusunan sebelumnya dan disesuaikan dengan pedoman penyusunan karya tulis ilmiah yang telah di tentukan oleh panitia pemilihan mahasiswa berprestasi yang sistematis dan logis.
4.      Penarikan Kesimpulan
      Proses ini dilakukan sebagai upaya untuk menyederhanakan jawaban dari rumusan masalah yang di susun di awal, sehingga pembaca lebih mudah memahami maksud dari tujuan penulisan makalahnya.

 

 

 

 

 

 

 


 


BAB IV

PEMBAHASAN E-GURU DALAM MEMECAHKAN PERMASAHALAN PEMBELAJARAN

4.1.  Guru Dan Teknologi

Menurut Peter D.Jhon (2008:15) di era teknologi seperti sekarang ini, guru merupakan pengguna pertama teknologi, hal ini semakin memberikan peluang yang nyata bahwa guru akan menggunakan segala potensi teknologi untuk membantu proses pembelajarannya.
Peter D.Jhon adalah seorang pakar TIK dari Kanada, melaui bukunya yang dikarang bersama Steve Wheeler dengan judl The Digital Classroom, menjelaskan bahwa di era informasi seperti sekarang ini guru yang baik adalah guru yang memanfaatkan technology. Tentu bisa dengan menggunakan metode campuran antara metode pembelajaran konvensional dengan metode pembelajaran berbantuan computer dan internet.
Proses ini kata Peter memberikan peluang yang sangat baik, mengingat dengan terhubung ke internet, maka guru akan memiliki koneksi yang sangat luar (world wide). Sehingga sumber atau bahan ajar bisa di dapatkan tidak hanya dari lingkungan sekitar, melaikan bisa menggunakan hasil buatan orang lain dari negara yang berbeda.
Selain itu, terhubungnya guru dengan teknologi dalam hal ini memungkinkan proses pembelajaran yang lebih efektif, efisies, mudah (easy) di akses, dan proses pembelajaran menjadi lebih variatif, bahkan teknologi mampu membantu banyak hal untuk tugas-tugas guru.
Dalam prosesnya kita bisa lihat saat ini disekitar kita, guru bisa memanfaatkan computer atau laptop untuk membuat media pembelajaran, dengan menggunakan proyektor maka materi yang di sampaikan oleh guru tidak lagi hanya menggunakan metode ceramah saja, melainkan bisa di buat dengan media garifs, sehingga kebutuhan siswa yang visual juga akan terpenuhi, selain itu juga dengan menggunakan bahan ajar berupa audio. Bahkan dengan bahan ajar berupa multimedia, artinya guru menyampaikan bahan ajar dalam kemasan berbagai media, baik itu grafis, visual, audio, bahkan audio visual dalam bentuk bahan yang 1 dimenasi, dua bahkan saat ini banyak dikembangkan bahan ajar tiga dimensi.

4.2.  Pembelajaran Individu

Pembelajaran individu yang penulis maksud dalam hal ini adalah pembelajaran dengan model baru, dimana siswa bisa belajar secara mandiri, tidak harus selalu di bombing oleh guru, tetapi mereka bisa memanfaatkan fasilitas di internet yang dikenal dengan istilah electronic learning.
Menurut Thomas (2003), E-learning adalah semua yang mencakup pemanfaatan komputer dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran, termasuk di dalamnya penggunaan mobile technologies seperti PDA dan MP3 players. Juga penggunaan teaching materials berbasis web dan  hypermedia, multimedia CD-ROM atau web sites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs, wikis, computer aided assessment, animasi pendidkan, simulasi, permainan, perangkat lunak manajemen pembelajaran, electronic voting systems, dan lain-lain. Juga dapat berupa kombinasi dari penggunaan media yang berbeda.
E-learning juga dapat diartikan sebagai  model pembelajaran  yang telah berkembang menjadi system pembelajaran dalam berbagai jalur dan jenjang pendidikan dengan menggunakan media internet, intranet dan segala bentuk tools yang berbasis elektronik atau juga digital dalam prosesnya, baik proses perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, evaluasi yang dilakukan baik secara offline ataupun online.
Banyak jenis model pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran mandiri, sebagaimana yang di tuliskan oleh Rusman (2011:285&335), diantaranya pembelajaran jarak jauh (distance learning), pembelajaran elektronik (e-learning) yang meliputi pembelajaran mobile learning, pembelajaran berbasis web (web base learning), pembelajaran berbantuan komputer (computer aided learning).

4.3.  Penggunaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Proses Pembelajaran

Sejak kemunculannya, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah banyak merubah wajah berbagai beidang kehidupan manusia, salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan sebuah inovasi sekalipun implementasi dari ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang, bahkan perkembanganya terasa begitu cepat. Hamper setiap detik terus bermunculan inovasi-inovasi baru yang memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Dalam bidang pendidikan, kita mengenal istilah ICT for education, atau TIK untuk pendidikan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan TIK untuk pendidikan adalah kegunaan TIK dalam membantu pelaksanaan proses-proses pendidikan. Dan ini cukup terbukti bahwa pendidikan saat ini sudah banyak memanfaatkan peran TIK di dalamnya baik di level pendidkan mikro ataupun yang makro.
Secara umum implementasi TIK untuk pendidikan itu bisa di lihat dalam beberapa proses pendidikan. Diantaranya;
1.      Proses manajemen pendidikan
Pada proses ini sangat jelas, bahwa TIK sangat berguna untuk membantu memudahkan pengelolaan pendidikan, dulu segala bentuk pengelolaan lembaga semuanya dilakukan secara manual, dan itu sangat merepotkan para pelakunya, namun saat ini pengelolaan proses pendidikan menjadi lebih cepat, mudah dan murah, serta lebih rapi. Karena yang dulunya data dan arsip-arsip kelembagaan itu selalu dalam bentuk tercetak, hari ini lebih banyak menggunakan data digital, dulu proses pengiriman berkas-berkas itu harus selalu dikirim dalam betuk pisik, saat ini cukup beberapa kali klcik file yang diminta bisa langsung ke tempat tujuan dengan cepat dan tepat. Tidak perlu khawatir rusak karena kebasahan, tidak khawatir ada yang mencuri, rusak dan sebagainya, saat ini bisa lebih cepat.
Begitupun ketika ada edaran pengumuman dan kebijakan dari atasan kepada bawahan dulu memerlukan waktu yang lama dan proses yang sangat panjang, untuk saat ini bisa dilakukan dalam hitungan detik saja. sungguh luar biasa.
Data guru, data karyawan lembaga pendidikan, data peserta didik yang masuk dan keluar, semuanya bisa di dokumentasikan lebih rapi dalam bentuk data digital. Itu semua karena sumbangsih TIK untuk pendidikan.
2.      Proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, yang biasanya siswa harus selalu datang ke kelas untuk bertemu dengan gurunya, saat ini bisa dilakukan secara maya di internet dengan e-learning. dulu ketika guru mau memberikan tugas kepada muridnya atau siswa akan mengumpulkan tugas kepada gurunya harus selalu bertatap muka, saat ini cukup dengan menggunakan surat elektronik (e-mail) saja.
Buku pelajaran yang dulu semuanya dalam bentuk tercetak, sehingga merepotkan untuk dibawa, bahkan khawatir kebasahan karena hujan, namun hari ini bisa dialihkan menjadi buku elektronik (e-book) yang bisa dibawa kemana-mana dengan bobot 0 kg, paling hanya memakan beban tempat penyimpananya (storage).
Sumber belajar yang dulu hanya bisa didapatkan di perpustakaan nyata, hari ini bisa dengan mudah di akses di website, ada istilah yang dikenal dengan perpustakaan elektronik  (e-library). Dengan jumlah bahan bacaan yang sangat banyak dan beragam.
Dulu proses pembelajaran yang hanya dilakukan di dalam kelas, saat ini dengan batuan TIK, pembelajaran bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun, yaitu dengan proses pembelajaran elektronik. Bisa dengan video conference, audio conference, chat learning, web base learning dan lain sebagainya.  
3.      Proses adminitrasi pendidikan
Zaman dulu proses seleksi peserta didik harus selalu dilakukan secara langsung, sekalipun tempat asal calon siswa sangat jauh, saat ini seleksi pendaftaran calon siswa baru bisa dilakukan secara online di internet, siswa tinggal koneksi internet kemudian mengisi semua elektronik formulir lalu mengikuti semua tahapan yang disediakan, selanjutnya tinggal menunggu keputusan diterima atau di tolak. Semuanya dilakukan secara cepat dan efisien.
Proses pembayaran keuangan, saat ini bisa dilakukan dengan sangat mudah, tinggal beberapa kali klik, dengan validitas data yang lebih baik, disbanding dulu, semua proses harus dilakukan secara manual, sangat memusingkan pekerja yang mengurusi keuangan.
4.      Proses evaluasi dan penilaian pendidikan
Dengan bantuan TIK proses penilaian dan evaluasi hasil belajar pun menjadi lebih mudah, dulu siswa harus selalu mengisi soal secara manual dan otomatis mengeluarkan biaya untuk menggandakan soal ujian, saat ini soal ujian bisa dibuat oleh guru secara online kemudian siswa tinggal akses dan mengisi setiap soal ujian.
Begitupun pelaporan hasil pembelajaran siswa, dulu harus selalu dalam bentuk tercetak (buku laporan), dan guru harus menulis sendiri sati persatu siswa, saat ini dengan batuan TIK hasil belajar bisa dilihat secara online. Sungguh semuanya sangat memudahkan.

4.4.  Analisis SWOT E-Guru dalam Memecahkan Masalah Pembelajaran
a.      Strangeths (kekuatan)
-          Memberikan kemudahan dalam menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran
-          Memiliki ciri efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran
-          Tepat di gunakan untuk wilayah kota yang sudah memiliki akses internet yang baik
-          Membantu mengurangi beban kerja guru sehingga guru bisa lebih banyak focus kerja yang digarap
b.      Weaknesses (kelemahan)
-          Akses internet belum merata ke berbagai wilayah
-          Tidak semua guru memiliki kemampuan yang sama untuk mengelola TIK
-          Diperlukan banyak anggaran untuk membangun sarana dan prasarana diawal
-          Peran guru dalam konteks psikologis, pembimbingan tidak bisa tergantikan oleh TIK
-          Belum adanya regulasi yang jelas dari pengambil atau pembuatan kebijakan, hal ini membuat gamang para pelaku pendidikan dengan guru elektronik
c.       Opportunities (kesempatan)
-          Indonesia memiliki jumlah pengakses internet yang cukup tinggi
-          Semakin mudah dan murahnya akses internet yang bisa diperoleh secara personal (model)
-          Teknologi mobile sudah mulai banyak masuk ke semua kalangan
-          Tipe orang Indonesia yang senang dengan inovasi baru akan memberikan peluang yang baik untuk implementasi guru elektronik
d.      Threats (tantangan)
-          Kenyataanya internet banyak yang digunakan tidak pada hal-hal yang bermanfaat, membuat user lebih banyak berleha-leha (games, akses situs yang terlarang)
-          Kekhawatiran masyarakat ketika guru sudah berganti dengan guru elektronik, maka proses pendidikan itu tidak akan utuh lagi, karena hilangnya interaksi siswa dengan guru (hilangnya kedepakatan personal)
-          Banyak kalangan yang tidak akan menyepakati jika semuanya full dengan teknologi, karena bagaimanapun peran guru secara pisik memiliki factor penting dalam keberhasilan pendidikan seorang siswa




 

 




BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI


5.1              Simpulan

Guru elektronik (e-teacher) adalah sebuah model sumplemen dalam proses pembelajaran, dimana guru dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), berupaya memudahkan tugas dan kewajibannya dalam proses pembelajaran dengan guru elektronik, dimana untuk beberapa proses dan peran guru yang biasa dilakukan secara manual, dengan begitu bisa ringan dan fungsinya digantikan dengan teknologi.
Misalnya dalam proses penyampaian konten pembelajaran, biasanya guru harus selalu bertatap muka dengan siswa, dengan konsep guru elektronik, guru tinggal menyimpannya di server  kemudian siswa mengakses di internet, termasuk guru membuat tutorial-tutorial pelajaran yang diajarkan kepada siswa, bahkan untuk pengiriman tugas dengan menggunakan surat elektronik. Sampai pada proses evaluasi dan penilaian juga pelaporan hasil belajar juga bisa dilakukan secara elektronik.
Namun, dibalik kelebihan yang ditawarkannya, konsep guru elektronik ini juga masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya belum adanya regulasi yang jelas, yang menjadi dasar yuridis legalitas penerapannya. Selain itu mahalnya biaya untuk membangun sarana dan prasarana akses yang merata di setiap wilayah yang masih susah.

5.2              Rekomendasi

Untuk memplementasikan konsep guru elektronik yang baik, maka diperlukan kejelasan aturan dari pihak pengambil kebijakan. Selain itu harus juga dipersiapkan mengenai sumber daya manusia yang siap untuk menerapkannya, kemudian sarana dan prasarananya juga harus mendukung.
Selain itu, paradigm masyarakat juga harus di arahkan untuk paham dengan konsep guru elektronik tersebut. Agar terjadi keselarasan yang baik antara pengambil kebijakan, pelaku dilapangan dan masyarakat pengontrol, sehingga tercipta tatanan yang baik untuk mencapai tujuan pendidikan yang hakiki.



 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA


D. Jhon, Peter. 2008. The Digital Classroom, harnessing Technology for the Future. Routledge. Canada.
Langgulung, Hasan. 2000. Asas-Asas Pendidikan Islam. Pustaka Al-Husna Zikra. Jakarta
Syaripudin, Tatang. 2009. Pedagogik Teoritis Sistematis. Percikan Ilmu. Bandung.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Surahman, Ence. 2011. Nc mobile learning software untuk mengatasi permasalahan pemerataan dan aksesibilitas pendidikan. Makalah.
Surahman, Ence. 2011. Islamic Education System In Developing Civilizat . Makalah.

untuk mendownload semua file maklah dalam versi Pdf bisa di klik di sini...!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANYA JAWAB TENTANG KURIKULUM

Ence Surahman (0800201) Mhs. Konsentrasi Pendidikan Guru TIK Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 1. Dari penelusuran saudara mengenai pengertian kurikulum dari berbagai sumber, jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat: a. Jelaskan dimensi-dimensi pengertian kurikulum yang saudara ketahui! Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran yang disusun oleh tim dosen MKDU Kurikulum Pembelajaran, dan juga dari berbagai artikel-artikel di internet yang membahas tentang dimensi-dimensi kurikulum, dapat saya tuliskan sebagaimana berikut ini: 1. Dimensi kurikulum sebagai suatu gagasan (Ide), mengandung makna bahwa kurikulum adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya 1, saya tambahkan bahwa yang dimaksud kurikulum sebagi ide itu adalah dalam termuat maksud bahwa kurikulum berdasarkan hasil penelitian, analisis, pengamatan dan pengalaman sebagai sumber gagasan dan pemiki

Tanya Jawab Seputar Inovasi Pendidikan

By: Ence Surahman 1. Jelaskan pengertian; Invensi, diskoveri dan inovasi dengan contohnya masing-masing! Jawab: Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia. Contohnya penemuan dalam bidang pendidikan, meliputi teori-teori belajar, atau penemuan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya komputer dalam membantu memudahkan aktivitas manusia. Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, hanya belum diketahui orang. Contohnya penemuan benua, pada dasarnya benuanya sudah ada, hanya baru ditemukan oleh seseorang dan baru dipublikasikan. Atau penemuan palung laut yang terdalam, sebelumnya palung itu sudah ada. Namun karena belum ditemukan jadinya belum diketahui khalayak dan setelah ditemukan barulah bisa diketahui oleh orang banyak. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),

SOAL DAN JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

DIJAWAB OLEH: ENCE SURAHMAN (0800201) MAHASISWA SEMESTER IV KONSENTRASI PENDIDIKAN GURU TIK  PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2010   SOAL DAN JAWABAN.  1. Proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong dan membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan secara berpikir ilmiah serta menanamkan tugas saudara, Jelaskan model pembelajaran apa ( dapat lebih dari satu) yang dapat membentuk kemampuan siswa tersebut, dikaji dari) 1. Konsep, 2, karakteristik dan filsafatnya 4, tingkat (usia) berapa tahun sebaiknya siswa menguasi kemampuan tersebut Jawaban: Model-model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir ilmiah siswa. a. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM)/ (Learning Basic Problem Model) Pembelajaran berbasis masalah adalah pola pembelajaran individu yang menuntut individu itu untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam menggunakan intelegensinya untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan konste