Langsung ke konten utama

Postingan

Cara merubah data skala Likert dari pernyataan negatif ke positif atau sebaliknya

 Teman-teman yang baik, tulisan ini saya buat tepat ketika saya baru saja menemukan solusi atas permasalahan yang saya temui sejak satu minggu terakhir. Jadi saat ini saya sedang melakukan riset untuk kebutuhan studi saya. Salah satu variabel yang saya teliti berupa variabel yang mengandung pernyataan negatif. Variabel tersebut berisi 20 butir instrumen. Pada waktu mengolah dan analisis data, maka agar proses uji hipotesis dapat dilakukan secara langsung, maka teman saya yang pakar dalam bidang analisis data merekomendasikan agar merubah semua data dari pernyataan negatif ke pernyataan positif. Saya menggunakan skala Likert dengan 4 skala. Yang menjadi persoalan adalah jumlah responden saya yang mencapai 799 artinya jika saya gunakan cara manual saya harus merubah data 799x20=15.980 kali, setelah saya cari tahu di internet, saya tidak menemukan cara yang saya butuhkan, akhirnya saya coba ubah secara manual. Ternyata untuk merubah 40 responden saya membutuhkan waktu 1 jam. Artinya

Belajar dari Museum Da Shan Bei

Tulisan ini akan bercerita tentang pengalaman saya berkunjung ke Museum Da Shan Bei, salah satu sekolah di daerah pegunungan pinggiran Kota Hsinchu. Sekolah yang berdiri sejak 1923-1983 M sejak jaman Jepang menduduki Taiwan. Sayangnya sekolah ini harus tutup tahun 1983 dikarenakan jumlah siswa yang semakin sedikit. Pada masa keemasannya jumlah siswa mendekati 300an, namun pada akhir eksistensinya tinggal 8 siswa dan akhirnya ditutup. Saya berkunjung ke tempat ini atas undangan dari dosen salah satu mata kuliah yang saya ambil semester ini. Kami berangkat berlima dari kampus Nanda, dan satu teman kelas kami sudah langsung ke lokasi menggunakan sepeda motornya. Kami berangkat jam 08..45 sampai di lokasi sekitar jam 9.30 waktu setempat. Kami menaiki mobil legend milik dosen. Alhamdulilah senangnya, kami bisa sedekat ini dengan dosen dan teman kelas. Bahkan dosen kami sendiri yang mengendarai mobilnya. Jalan menuju lokasi sangat menarik, berupa tanjakan yang berkelok, namun kuali

Pengalaman Pertama Puasa Di Taiwan

Teman-teman, kali ini saya mau cerita pengalaman pertama puasa di Taiwan. Sebenarnya tidak terlalu istimewa sih, tapi ada teman yang bertanya melalui IG, jadi saya tulis saja sekalian untuk kenang-kenangan dikemudian hari. Secara umum puasanya sama saja ya, lapar haha. Semua yang puasa pasti akan mengalami lapar dan dahaga. Walaupun mungkin tingkatannya berbeda. Bagi pekerja berat tentu lapar dan dahaganya lebih menantang dengan pekerja kantoran. Puasa di Taiwan agak lebih lama dibandingkan Indonesia. Kami imsak jam 4 dan buka puasa jam 18.20 pada awal ramadhan, sedangkan menjelang akhir ramadhan lebih panjang lagi, karena waktu imsak jam 3.35 sedangkan jadwal buka jam 18.40an lebih. Namun sejauh ini, alhamdulillah masih terkendali dengan baik. Tulisan ini dibuat tepat hari ke delapan puasa saya. Hari kedua puasa, sebenarnya saya ada undangan kunjungan museum bekas sekolah SD yang berdiri tahun 1923-1983.Di tempat itu kami belajar banyak hal, cerita selengkapnya nanti saya

Rumah Impian Orang Tua

Dengan menyebut nama Allah  yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Tulisan ini akan berisi seputar cerita pembangunan rumah impian orang tua kami di Garut. Cerita dari mulai proses pra pembelian tanah, pembelian, penyiapan bahan, pembelian material, pembangunan, dan penempatan. Bagi yang belum tahu, orang tua saya berasal dari Kp. Cikaramat Desa Mekarmulya Kec. Talegong Kab. Garut. Kampung ini berpenduduk tidak lebih dari 300 orang sepertinya. Jarak antar rumah masih cukup berjauhan, sebagaimana rumah kampung pada umumnya. Dan posisi rumah orang tua saya, terasing sendiri dari keramaian kampung. Kami hanya ada 4 rumah yang terdiri dari rumah kakek (orang tua ibu), rumah paman, rumah adik, dan rumah orang tua. Dulu waktu saya masih balita, hanya ada 2 rumah yakni rumah kakek, dan rumah orang tua saya yang tidak lain sebelumnya ditempati oleh rumah orang tua dari nenek almarhum. Saya tidak ingat pasti, karena waktu saya masih kecil, orang tua nenek sudah meninggal dunia. Saya mengingat s

Research Sharing IPHD NTHU dan Cerita dari Kinmen County

Foto bersama di depan Deyue Tower Kinmen Tulisan ini akan berkisah tentang pengalaman saya dalam mengikuti kegiatan Research Sharing IPHD NTHU di Kinmen County Taiwan. Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari, Jum'at-Ahad, 22-24 Januari 2021. Saya berangkat dari NTHU bersama dengan salah satu officer IPHD. Awalnya kami harus berangkat sendiri, dan bertemu langsung di Bandara Songshan, namun karena saya beum pernah dan takut nyasar, akhirnya officer berkenan membersamai. Kami janjian jam 06.10 di depan kampus, kemudian kami naik bis ke Taipei menuju Taipei Main Station. Setelah itu kami naik MRT ke Songshan Airport. Songshan Airport merupakan salah satu bandara di Taiwan yang melayani penerbangan domestik dan internasional seperti untuk tujuan Jepang, Thailand, Indonesia (HLP) Malaysia, dan Singapura. Namun yang paling banyak adalah penerbangan lokal di Taiwan. Termasuk ke Kinmen yang saya tuju pada perjalanan kali ini. Kami berkumpul di Songshan Airport jam 09.00, semu

Makan Siang dan Ngobrol Bareng Presiden NTHU

  Foto bersama Presiden NTHU Salah satu program bagus yang dilakukan oleh Pimpinan NTHU adalah makan siang bareng dan diskusi secara langsung dengan presiden/ rektor. Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan, hanya 10 orang yang dipilih dari semua pendaftar. Secara teknis akan ada penawaran melalui email, kemudian kita mengisi form pendaftaran dan menyertakan masalah atau pertanyaan yang mau diajukan secara langsung kepada presiden. Setelah itu panitia memilih siapa yang berhak diundang untuk bertemu, makan siang bareng dan diskusi selama dua jam (12.00-14.00). Saya tidak tahu apa kriteria yang paling menentukan pendaftar kemudian dipilih, karena jumlah yang dipilih hanya 10 orang. Artinya dalam 12 bulan hanya ada 120 mahasiswa yang akan berkesempatan. Tapi apapun itu, saya sangat mengapresiasi program bagus ini, mungkin tidak salah jika di adopsi oleh para rektor, dekan, dan kajur di tanah air. Para mahasiswa yang terpilih dapat menyampaikan secara langsung masalah yang dihadap

Kamanilan, Saksi Perjuangan Masa SMA

Pembaca yang budiman, tulisan ini akan mengantarkan Anda pada kenangan saya waktu masih SMA (2005-2008). Saya sekolah di SMAN Negeri 1 Talegong Garut yang kemudian berganti nama menjadi SMAN 21 Garut (karena berdiri pada urutan ke-21 sepertinya), dan juga berdiri tepat di awal abad-21 tepatnya tahun 2002 (kalau tidak salah). SMA ini berada di Jl. Panorama Cibungur Kec. Talegong Kab. Garut Jawa Barat. Alamat lengkapnya di Maps dapat dilihat pada tautan ini . Tulisan ini tidak akan mengisahkan tentang pengalaman belajarnya, maupun drama putih abunya, namun sedikit cerita tentang ilmu bertahan hidup (agak lebay sepertinya haha) . Rumah saya cukup jauh dari sekolah, makanya sejak SMP sudah menjadi kontraktor (tukang ngontrak, atau anak kost). Begitupun waktu di SMA. Tahun pertama dan kedua sempat ngekost di salah satu rumah warga dekat sekolah. Tahun ke tiga (kalau tidak salah) diberikan ijin pihak sekolah untuk menempati masjid sekolah, tugasnya ya biar masjid tidak sepi, ada yang adzan,

Sharing Pengalaman Kuliah E-learning and Design di ISA CEECS NTHU

Dari kiri ke kanan Prof. Dr. Shelley dari Taiwan, Md Khalid Hossen dari Bangladesh, Shafique Ahmed dari Pakistan, dan Ence Surahman dari Indonesia Rekan-rekan yang budiman, tulisan ini saya buat tepat dihari ketika saya baru saja menyelesaikan final exam untuk mata kuliah E-learning and Design yang saya ambil di Institute of Information Systems and Applications College of Electrical Engineering and Computer Science NTHU (Kamis 14 Januari 2020). Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, semoga hasilnya menggembirakan, dan ilmunya barokah untuk bekal saya dikemudian hari. Kesan saya tentang mata kuliah ini secara umum sangat memuaskan. Saya bertemu dengan dosen dan teman mahasiswa yang sangat menarik, pintar, juga humanis. Saya bersyukur diijinkan ambil mata kuliah ini karena di awal kuliah saya tidak bisa bergabung secara langsung di kelas, melainkan ikut dari jauh menggunakan MS Teams. Sejak awal saya membaca silabusnya, saya sangat yakin akan dapat banyak pengalaman berharga, da

Capaian 2020 dan Resolusi 2021 (alhamdulillah wabismillah)#2021lebihbaik

  Bopiliao Historic Block Taipei, 05/12/2020 "Alhamdulillah" kata yang patut menjadi pembuka dari tulisan ini. Pada saat menulis ini, alhamdulillah kondisi fisik sedang sehat, bugar, juga kondisi hati, pikiran dan mental juga sedang baik. Semuanya berkah dari Yang Maha Kuasa. Setiap akhir tahun saya biasa menulis topik ini di blog pribadi. Tujuannya sederhana saja, yakni agar banyak bersyukur, dan banyak bersabar, serta senantiasa memulai segala sesuatu dengan ukuran yang jelas. Untuk mengukur capaian tahun yang berjalan saya dapat menggunakan indikator target yang saya buat akhir tahun sebelumnya. Seperti ini misalnya . Dengan begitu saya tidak terlalu sulit untuk mengukur capaian tahun ini, karena sudah ada rambu-rambunya. Walaupun dalam kenyataannya banyak kejutan yang tidak terbayangkan pada saat menuliskan target-targetnya. Tahun 2020 alhamdulillah banyak kejutan, dan capaian yang harus saya syukuri. Alhamdulillah anak kedua saya (Nata Prawira Surahman) lahir de

MITI Pro Scholars Profile on Google Scholar Database (Updated The End of 2023)

Sumber:  https://fadic.net/10-skills-you-must-learn-to-make-a-research-via-google-scholar/ Urutan berikut berdasarkan jumlah sitasi pada database Google Scholar. Angka dalam kurung menunjukkan (Jumlah Sitasi/h-indeks/i10 index). Setiap akhir tahun data akan disesuaikan dengan perubahannya. 2023 (Updated 31 Desember 2023) 1. Ence Surahman , Ph.D (1150/19/27) (Universitas Negeri Malang) 2. Dewangga Oky Bagus Apriandanu , Ph.D (1139/21/31) (Universitas Indonesia) 3. Ali Rahmat , Ph.D. (783/15/23) (Universitas Lampung) 4. Ihsan Iswaldi, Ph.D. (654/9/9) (Universitas Prasetia Mulya) 5. Dr. Hadi Teguh Yudistira (599/13/16) (Institut Teknologi Sumatera) 6. Evi Marlina (266/10/12) (Universitas Muhammadiyah Riau) 7. Indra Lasmana Tarigan (238/8/8) (Universitas Jambi) 8. Yusni Atifah (199/7/5) (Universitas Negeri Padang) 9. Dr. Syaefudin (171/7/6) (Institut Pertanian Bogor) 10. Roby Awaluddin (167/7/5) (Universitas Kuningan) 11. Dr. Riska Ayu Purnamasari (136/4/4) (MITI) 12. Ed