Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November 21, 2011

Yang wajahnya berlumur darah itu ternyata temanku.

Kisah nyata di hari raya idul adha 1432 H. Oleh: Jaisyurahman Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar, laaillahaillahuu Allahuakbar, Allahuakbar walilahilham. Gema takbir bersahutan dari berbagai penjuru wilayah, begitupun di tempat kediaman ku, Baiturrahman, sejak mulai shalat isya tadi malam, hingga saat ini juga masih terus di dawamkan oleh beberapa jama’ah ayng aku lihat ada di ruang utama mesjid, berhubung sejak sore hujan yang terus membasahi, maka salah satu tugas kami (para ta’mir mesjid) untuk mempersiapkan tempat untuk pelaksanaan shalat Idul adha besok baru bisa dilakukan setelah hujannya benar-benar reda. Ku lihat jam ditanganku, menunjukan pukul 20.30an, beberapa perlengkapan kami bawa ke lapangan, ada tali rapia untuk membuat pembatas shaf shalatnya para jama’ah, paku dna palu untuk mengingatkan tali rapia, karena alas lapangan di kampus Unpas semuanya terbuat dari aspal, dengan bantuan warga setempat, tak lama kemudian sha

Sepak Bola Indonesia, Harus Belajar Dewasa

Oleh : Jaisurrahman Rasa bangga yang menggelora, berujung dengan berbagai pertanyaan, “mengapa?”, hal ini muncul dalam benak penulis, ketika menyaksikan pertandiangan final sepak bola antara Indonesia dan Malaysia yang berakhir dengan adu penalty. Harapan besar untuk menghentikan kutukan tidak juara sejak 1991, kini tertunda sudah, ketika sebelas pejuang bangsa belum mampu menaklukan semangat juara yang ada didalam jiwa-jiwa timnas Malaysia. Banyak factor yang mempengaruhi kualitas permainan semalam, selain factor emosi musuh bubuyutan, juga factor tekanan harapan seluruh masyarakat Indonesia agar Indonesia juara, semua itu sangat menentukan emosi para pemain saat mengocek-ngocek bola si kulit bundar dilapangan. Fenomena pembakaran tempat penjualan tiket, pembobiolan pintu masuk gelora dan terbunuhnya dua supporter, menyisakan pertanyaan yang begitu mendalam, mengapa bisa begitu, mengapa tidak tertib? Mengapa tidak mentaati aturan

Aku, belum tentu setangguh sahabatku….

Oleh: Jaisyurrahman Assalamu’alaikum wr wb, as aluka  janata wal afwa indal hisab, assalamu’alikum wr wb, as alukan janata wal afwa minannar , lalu ku tundukan seluruh jiwa, ku lembutkan hatiku untuk mengingat dan mengagungkan kebesaranya, llau ku sempurnakan dengan bersimpuh mmeohon ampun dan meminta dikabulkan atas semua harapan dan keinginan, lalu tak lupa ku buka penutup tas ransel kesanganku, dan ku buka mushaf kebangganku sebagai seorang muslim, lalu ku lanjutkan tilawahku, dan setelah targetannya tercapai, aku akhiri dan kulihat jam tanganku sudah yang mununjukan angka 12.25 WIB, “assatagfirullahal’adzim” dalam benaku, aku merasa seolah telah lalai, karena semalam sudah kurancang bahwa pukul 11 ini aku rencanakan untuk menjenguk sahabat terbaikku yang sedang mendapat ujian dari Allah, namun karena dosen yang datang ke kelas hari ini telah membuat aku terlupa, saking asyiknya belajar dengan beliau, dan baru berakhir kuliah