Oleh : Jaisyurrahman
Saya masih ingat betul, sewaktu masih kecil ketika hari
libur sekolah, ayah dan bunda suka mengajak kami ke sawahnya, disana kami
belajar banyak tentang dunia sawah, mulai dari mengetahui cara mencangkul,
menebar bibit padi, menyemai disawah (tandur), kemudian memupuk padi yang
beranjak dewasa, sampai memanen padi yang sudah menguning, semua saya ketahui
secara langsung dan secara alamiah. Sawah memang telah memberikan banyak kesan
yang mendalam bagi para pemiliknya.
Pada suatu hari saya berangkat dari rumah sendirian kesawah,
berangkat lebih pagi karena harus mengantarkan makanan untuk para pekerja di sawah,
karena sawah saya berada di seberang sungai, otomatis untuk mencapainya perlu
melintasi sungai terlebih dahulu, berhubung jembatannya cukup jauh, saya
putuskan untuk ambil jalan cepat dengan menyebrangi deras air sungai secara
langsung.
Ketika saya mulai melangkahkah kaki, mata saya terbelalak
kaget bercampur takut, kurang lebih 10 meter dihadapan saya melihat ada seoekor
ular berukuran sangat besar bahkan terbesar yang pernah saya lihat sampai saat
itu, ular besar berwarna kuning dengan panjang lebih dari 3 meter berada pada
posisi menghalangi jalan yang harus saya lewati. Kaget bukan kepalang sampai
akhirnya memutuskan untuk mundur lagi untuk menenangkan hati sejenak.
Sembari mencoba menenangkan hati yang bercampur takut,
setelah saya pandangi rupaya ular itu tidak bergerak sedikitpun padahal
waktunya sudah lebih dari 5 menit, saya semakin penasaran dan muncullah
beberapa pertanyaan, mengapa ular itu tidak beranjak sedikitpun? Apakah ia itu
mati atau memang sedang istirahat sehabis makan? Rasa penasaran itu terpaksa
harus dijawab dengan cara mendekati ular tersebut. Dan terjawablah bahwa
ternyata ular yang tadi sempat mengagetkan sekaligus menakutkan saya rupanya
sudah mati. Setelah benar-benar yakin, barulah perasaan kembali tenang dan
sayapun bisa menyebrangi sungai dengan lebih nyaman dan lancar. Bahkan sempat
memegang ular yang mati tersebut karena masih belum bau, dan penasaran dengan
warna sisik kulitnya yang menarik dan matanya yang sudah sayu.
Dari peristiwa tersebut saya ingin katakan kepada Anda,
bahwa begitulah sesungguhnya perjalanan hidup kita, setiap waktu kita dipertemukan
dengan masalah yang harus diselesaikan,
setiap detik kita bertemu dengan pilihan, bahkan sesekali kadang hadir masalah
yang kita anggap besar, dalam hati serasa tidak mungkin bisa menyelesaikannya,
merasa diri tak mampu mengatasinya, pada akhirnya tidak sedikit yang lari
meninggalkannya dan merasa kalah dalam persaingannya. Persis seperti ketika
pertama saya melihat ular yang besar di atas, kemudian saya mundur dan emncoba
menjauhinya. Bayangkan kalau saya tidak memastikan ular itu mati atau hidup,
dan saya putuskan untuk mencari jalan lain yang tentu lebih jauh dan akan
memakan banyak waktu.
Namun dengan keberanian untuk mencoba mendekatinya, mencoba
memahaminya lebih dalam, dan tidak lari meninggalkannya dalam peribahasa sunda
dikenal dengan istilah “Kumeok samemeh
dipacok”, yakni sikap mental yang lemah yang mudah mengalah dan memutuskan
untujk mengakhiri pertarungan dengan kekalahan. Ini sikap mental yang tidak
boleh dipelihara dalam diri Anda, bahkan sebisa mungkin dikikis dan
dihilangkan, hingga benar-benar bersih.
Sikap mental tersebut sangat berbahaya jika mengidap diri
Anda, karena Anda akan selalu memilih untuk berhenti dalam medan perjuangan,
tidak berani menghadapinya, bahkan pada akhirnya akan muncul sikap jelek
berikutnya yakni sikap rendah diri dan merasa serba tak mampu. Karena merasa
selalu kalah dalam setiap pertempuran. Ingatlah bahwa orang yang tahan banting
adalah mereka yang sudah terbiasa dengan berbagai rintangan yang berat
menghadang jalan kehidupannya. Kita juga ingat kalimat indah ”pelaut ulung hanya akan lahir dari kerasnya
terjangan ombak samudra yang hebat”, ini yang penting untuk disadari dari
hati.
Pesan utama saya dari tulisan ini yakni, ketika Anda
menghadapi masalah, mendapati kesulitan dan kesusahan, maka pastikan jangan
langsung Anda tinggalkan, hdapailah, hayatilah dan nikmatilah, cobalah dekati,
kenali masalahnya, dalami akar-akarnya, lalu temukan solusinya dan berusahakan
dengan segenap potensi yang Anda punya untuk menyelesaikanya. Sampai pada akhirnya
Anda berhak mengatakan kepada diri Anda “Luarbiasa,
jalan terjal telah Engkau lewati, Engkau memang hebat”
nice posting..
BalasHapusmakasii atas pncrhannya..
waktu kecil saya juga suka main disawah..
sama2 yourha.. sawah memang tempat yang indah,, dan tempat yang sangat penting, orang gak bisa makan kalau ga ada nasi, dan nasi itu dari sawah... karena belum ada nasi elektronik.. jadi cintailah sawah:-)
HapusIjin kutip beberapa kalimatnya kang, super sekali
BalasHapus