Langsung ke konten utama

Anda Ingin di Stempel Apa?


Oleh : Jaisyurrahman

Setiap orang memiliki fitrah ingin dihargai oleh orang lain, ia ingin eksistensi dirinya di akui. Baik itu ditempat kerjanya, di tempat kuliah atau sekolahnya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya, dipasar, diterminal, termasuk ditempat ibadah. Semua orang secara manusiawi ingin di anggap ada oleh orang lain. Saya yakin begitupun Anda dan saya juga sama, menginginkan adanya pengakuan dari orang lain tentang diri kita masing-masing.
Untuk mendapatkan pengakuan akan eksistensinya dirinya, seseorang akan melakukan berbagai upaya yang ia bisa. Maka kita melihat ada yang menjadi artis, yang menjadi bintang film, yang menjadi pemimpin dikelompoknya, yang menjadi olahragawan, yang menjadi pemuka agama, pendidik, pengusaha, tokoh masyarakat, pejabat, dan lain sebagainya.
Karena pengakuan akan eksistensi diri itu merupakan perkara yang wajar, wajar karena kita manusia, yang memiliki setumpuk kebutuhan dasar, salah satunya kebutuhan adanya pengakuan dari orang lain. Maka yang harus kita benar-benar perhatikan adalah bagaimana mengelola diri kita agar orang lain dan pihak diluar diri kita mengakui eksistensi diri kita. Tentu kita semua berharap kita bisa konsisten menampilkan perkara positif sebagai syarat hadirnya kesan positif dari orang lain. Inilah yang saya maksud dengan stempel diri. Sekarang tanya pada diri sendiri, “Anda ingin di cap apa oleh orang lain?”, atau Anda ingin diakui sebagai apa dan karena apa oleh orang lain?
Maka pastikanlah bahwa setiap orang akan menilai positif terhadap diri kita. Caranya tentu sebagaimana yang sudah saya singgung diatas yakni kita harus senantiasa menjaga diri masing-masing agar selalu berada pada kondisi yang positif, dan jangan pernah membiarkan ada hal negatif yang muncul dari diri kita yang dilihat oleh orang lain. Inilah yang dimaksud dengan konsep Ihsan dalam Islam. Ishan berarti berupa melakukan perkara yang baik sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, yang didasari oleh perasaan diawasi olehNya, bahkan seolah-olah kita melihat Allah memperhatikan dan menilai setiap perbuatan kita, kalaupun kita tidak melihatNya, maka yakinlah bahwa sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita dan Ia tidak pernah mengantuk apalagi sampai  tertidur (2:255). Dan hal itu akan dengan sendirinya  berdampak pada penilaian orang lain terhadap diri kita.
Sederhanyanya begini, ketika Anda melihat seorang pencopet yang sedang melakukan aksinya, maka sangat wajar jika pada saat itu Anda menilai orang tersebut sebagai orang jahat karena mencopet. Padahal mungkin saja orang itu adalah pemuka agama yang sebelumnya tidak pernah mencopet, yang kebetulan pada saat itu sedang terdesak dan sedang hilap hingga akhirnya terpaksa  mencontek. Contoh lain, ketika di siang bolong Anda bertemu dengan seorang wanita yang tampil dengan busana yang tidak etis (seksi) dengan dandanan yang menor, ditambah merokok, sambil jalan lenggak lenggok, bersikap so cantik, maka sangat wajar apabila Anda memberikan cap bahwa ia seorang wanita tuna susila, walaupun boleh jadi yang sebenarnya bukan.
Contoh sederhana tersebut menggambarkan pada kita bahwa citra diri kita yang ada dalam pandangan orang lain adalah apa yang nampak dari diri kita yang orang lain lihat atau dengarkan tentang diri kita. Untuk itu jika Anda ingin diberikan stempel yang baik, maka jadilah orang baik dimanapun Anda berada dan dalam kondisi apapun.
Pastikan stempel yang orang lain capkan pada diri Anda adalah stempel yang positif, contohnya pemaaf, jujur, disiplin, murah senyum, ramah, baik hati dan tidak sombong, menghargai, menyayangi, senang menolong, dan nilai positif lainnya. Dan jangan sampai orang lain memberikan cap yang negatif seperti pembohong, pembual, pengkhianat, penipu, ingkar janji, sombong, pendengki, ahli iri, dan lain sebagainya.
Tapi ingat satu hal lagi, bahwa yang paling penting dari semua yang kita lakukan adalah keikhlasan hati untuk melakukannya karena Allah swt. Jangan sampai niat di hati Anda dengan berupaya menjadi oran baik itu karena ingin dipuji oleh orang lain, ingin riya, ingin dipandang baik dan lain sebagainya. Melainkan harus lurus dan ikhlas semata-mata ingin mendapatkan ridho Allah swt.
Intinya jadilah orang yang baik karena Allah, bukan karena prinsip-prinsip atau ideologi lain yang masih belum terkualifikasi. Dengan begitu otomatis Anda akan di nilai sebagai orang baik, dan janganlah  Anda hiasi diri dengan perkara yang tidak baik, karena itu akan berdampak pada tidak baiknya pandangan/cap/stempel orang lain kepada diri Anda. Namun yang lebih penting dari itu semua adalah lakukan segala sesuatunya karena Allah swt, sebagai bentuk pengabdian (ibadah) kepadaNya.
Wallahu’alam. 

Komentar

  1. ''Pancarkanlah selalu image yang positif karena image orang lain akan diri kita merupakan gambaran diri kita yang terpancar keluar dan dapat dilihat secara kasat mata''. Sungguh menarik sekali kalimat tersebut. Saya jd teringat tentang konsep ''Looking glass self''.

    BalasHapus
  2. semoga kita bisa istiqomah dalam aktivitas yang positif.. amin

    BalasHapus

Posting Komentar

You can give whatever messages for me,,

Postingan populer dari blog ini

TANYA JAWAB TENTANG KURIKULUM

Ence Surahman (0800201) Mhs. Konsentrasi Pendidikan Guru TIK Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 1. Dari penelusuran saudara mengenai pengertian kurikulum dari berbagai sumber, jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat: a. Jelaskan dimensi-dimensi pengertian kurikulum yang saudara ketahui! Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran yang disusun oleh tim dosen MKDU Kurikulum Pembelajaran, dan juga dari berbagai artikel-artikel di internet yang membahas tentang dimensi-dimensi kurikulum, dapat saya tuliskan sebagaimana berikut ini: 1. Dimensi kurikulum sebagai suatu gagasan (Ide), mengandung makna bahwa kurikulum adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya 1, saya tambahkan bahwa yang dimaksud kurikulum sebagi ide itu adalah dalam termuat maksud bahwa kurikulum berdasarkan hasil penelitian, analisis, pengamatan dan pengalaman sebagai sumber gagasan dan pemiki

Tanya Jawab Seputar Inovasi Pendidikan

By: Ence Surahman 1. Jelaskan pengertian; Invensi, diskoveri dan inovasi dengan contohnya masing-masing! Jawab: Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia. Contohnya penemuan dalam bidang pendidikan, meliputi teori-teori belajar, atau penemuan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya komputer dalam membantu memudahkan aktivitas manusia. Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, hanya belum diketahui orang. Contohnya penemuan benua, pada dasarnya benuanya sudah ada, hanya baru ditemukan oleh seseorang dan baru dipublikasikan. Atau penemuan palung laut yang terdalam, sebelumnya palung itu sudah ada. Namun karena belum ditemukan jadinya belum diketahui khalayak dan setelah ditemukan barulah bisa diketahui oleh orang banyak. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),

SOAL DAN JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

DIJAWAB OLEH: ENCE SURAHMAN (0800201) MAHASISWA SEMESTER IV KONSENTRASI PENDIDIKAN GURU TIK  PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2010   SOAL DAN JAWABAN.  1. Proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong dan membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan secara berpikir ilmiah serta menanamkan tugas saudara, Jelaskan model pembelajaran apa ( dapat lebih dari satu) yang dapat membentuk kemampuan siswa tersebut, dikaji dari) 1. Konsep, 2, karakteristik dan filsafatnya 4, tingkat (usia) berapa tahun sebaiknya siswa menguasi kemampuan tersebut Jawaban: Model-model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir ilmiah siswa. a. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM)/ (Learning Basic Problem Model) Pembelajaran berbasis masalah adalah pola pembelajaran individu yang menuntut individu itu untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam menggunakan intelegensinya untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan konste