Oleh : Ence Surahman
Dalam tulisan kali ini, saya ingin cerita.
Sebulan yang lalu tepat pada hari Ahad, 21 Oktober 2012 alhamdulillah Allah
mentakdirkan saya untuk silaturahim dengan pengurus, peserta dan pembina
Program Tutorial Universitas Swadaya Gunung Djati (UNSWAGATI) Cirebon. Sungguh merupakan
sebuah kesempatan yang luar biasa, dimana agenda tersebut adalah kali keempat
saya diminta oleh pengurus Tutorial disana untuk berbagi cerita baik diagenda
pembukaan ataupun penutupan Tutorial PAI disana.
Waktu berangkat pertama kali tahun 2010
ketika pembukaan, lalu diminta hadir lagi pada saat agenda penutupannya 3 bulan
berikutnya, kemudian sempat diminta untuk hadir di pembukaan tutorial tahun
2011, namun sayang saat itu tidak bisa memenuhi undangannya, dan akhirnya di
gantikan oleh Kang Supriadi untuk kesana, dan yang keempat kalinya adalah
pembukaan tutorial di tahun 2012 oktober kemarin.
Sesampainya disana (tepat pukul 23.05 WIB)
saya segera menghubungi panitia yang menghubungi yang kebetulan beliau adalah
ketua umum tutorialnya, ketika bertemu kali pertama saya melihat wajah yang
sumringah dari pemuda yang terlihat lugu namun pasti ini. tak banyak kata yang
kami rangkai malam itu, dengan segera beliau ngajak saya untuk dinner bareng
menikmati bebek goreng dipinggi jalanan pantura tepat di perempatan pemuda.
Dari
sana beliau mulai cerita tentang tutorial disana yang mengalami turun naik,
beliau cerita tentang susahnya mendapatkan legalitas kegiatan tutorial,
rupanya masih saja ada dosen bahkan
dosen PAI-nya sendiri yang kurang mendukung dilalksanakannya turorial disana,
sampai kemudian isu banyaknya pihak yang tidak senang dengan adanya tutorial,
baik dari UKM internal juga UKM eksternal yang menghalangi jalan juang mereka,
saya terharu mendengar cerita beliau yang sesekali diyakinkan dengan raut
wajahnya.
Malam
itu saya tak banyak bicara, hanya mencoba menangkap pesan yang ingin beliau
sampaikan, saya senang karena berkesempatan tahu banyak tentang organisasi yang
saya sendiri pernah lam mengurusinya. Akhir cerita malam itu, beliau
mengantarkan saya untuk istirahat di kostannya, dan beliau sendiri kembali lagi
ke kampus karena disana sedang dilakukan pendekoran ruangan untuk grand opening tutorial esok harinya.
Singkat
cerita esok paginya saya kekampus tempat kegiatan pembukaan tutorial,
sesampainya disana saya istirahat dulu di ruangan LDK disana, sementara
Tutorial sendiri masih belum memiliki ruangan khusus, jauh berbeda dengan
tutorial di kampus UPI. Ruangn yang digunakan bersama dengan LDK ini tidak
terlalu luas, hanya cukup untuk melaksanakan agenda-agenda LDK dan tutorial
yang juga menumpang disana.
Setelah
selesai pembukaan formal oleh pihak rektorat, kahirnya jadwal saya untuk
berbagi cerita dihadapan lebih dari 700 mahasiswa baru yang sedang mengontrak
PAI dan mereka datang untuk tahu apa itu mentoring, bagaimana prosesinya, dan
terlihat wajah penuh tanya. Namung sungguh senang karena ternyata saya bisa
membuat mereka tersenyum penuh semangat, sungguh pertemuan yang tidak bisa
dilupakan, ketika partisipasi mereka yang luarbiasa antusias.
Selepas
jadwal training saya selesai, lebih tepatnya selepas shalat dzuhur berjama’ah,
saya diajak oleh pengurus dan Ust. Febri (Salah satu Ust yang dengan ikhlas
hati membina para pengurus dan aktivis disana). Saya diajak untuk menikmati
hidangan nasi jamblang khas Cirebon, kemudian diajak ziarah ke makam Sunan
Gunung Djati, kemudian ke Pantai terdekat, lalu kami berkunjung ke Keraton
Kasepuhan setelah melaksanakan shalat asar di mesjid yang sudah berumur lebih
dari 5 abad.
Selepas
jalan-jalan saya putuskan untuk pulang kebandung, disepanjang jalan beliau
cerita tentang pahitnya perjuangan disana, beliau menambahkan cerita semalam,
selain banyak pihak yang tidak mendukung diadakannya tutorial, juga mereka
harus berjuang tidak hanya dengan jiwa mereka namun juga dengan harta mereka,
ketuanya bilang bahwa pelaksanaan tutorial yang baru turun SK terbarunya belum
didanai oleh pihak rektorat, sementara pengurus juga tidak berani meminta dari
peserta, akibatnya semua anggaran pengeluaran mereka tanggung bersama
(baca:pakai uang pengurus), saya terharu mendengar kisahnya, lalu saya kuatkan
beliau untuk tetap semangat memperjuangan dakwah disana, dan alhamdulillah mereka telihat
begitu ikhlas menjalani aktivitas dakwah sekalipun banyak liku-likunya.
Seminggu
yang lalu beliau memberi kabar, ternyata pengurus mendapat musibah, dimana
mereka kehilangan proyektor sewaan, sewaktu melaksanakan shalat dzuhur,
harganya mencapai 8 juta rupiah, karena barang sewaan maka akibatnya para
pengurus harus mengganti dengan iuran uang masing-masing. Mendengar kabar
tersebut saya semakin terharu, sungguh Allah berikan ladang amal yang luar
biasa untuk ikhwah di UNSWAGATI. Sungguh saya malu, karena mereka ternyata
berani berjuang dengan harta dan jiwa raga mereka.
Untuk
adik-adik penerus perjuangan di tutorial PAI MKDU UPI dan pengurus Tutorial Kampus lain yang sudah menuju mandiri, jika mereka telah
memberikan teladan yang luarbiasa dalam perjuangan dakwah kampus, sungguh bagi
kita yang telah diberikan banyak kemudahan berupa sarana dan mudahnya dana, maka layaklah
apabila semangat kita tak kalah dengan mereka, setidaknya jika kita belum bisa
berjuang dengan harta, maka maksimalkanlah perjuangan jiwa raganya, semoga
Allah mencatatkan amal terbaik untuk sahabat semua. Aamiin.
Daarul Qur’an, 25 November 2012 [20.54WIB].
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,