Langsung ke konten utama

Misconception about tawakal


Oleh : Ence Surahman, S.Pd
(Artikel ke-24 dari program one day one article selama Bulan Ramadhan)


Sahabat yang baik hati, senang beramal dan rajin sedekah (aamiin). Bagaimana kabarnya? Semoga senantiasa baik baik lahirnya maupun batinnya, baik jasadiahnya maupun rohaninya. Dan alhamdulillah kita sudah masuk ke hari yang ke-24 shaum kita, tinggal beberapa hari lagi untuk kita memaksimalkan ikhtiar amal-amal kita, semoga kita semua memperoleh THR dari ramadhan kali ini yakni pribadi yang muttaqin. Amiin ya robbal’alamin.
Diartikel ini saya ingin mencoba berbagi tentang sesuatu yang sudah lama kita tahu, bahkan boleh jadi sudah menjadi bagian dari keseharian kita. Apakah itu? Tawakal namanya.
Berbicara soal tawakal tentu sudah bukan lagi sesuatu yang asing terdengar ditelinga kita, bahkan kita sendiri sangat sering mengucapkannya, misalnya “ah, sayamah sudah tawakal dengan apapun keputusan yang akan terjadi”, atau “usaha sudah, ikhtiar sudah, sekarangmah mau tawakal aja, mau pasrah saja sama Allah, apapun yang nanti terjadi saya mau terima dengan lapang dada”.
Kalimat diatas terdengarnya tidak ada yang bermasalah, dan itu  sudan menjadi sesuatu yang lumrah. Tapi ternyata kalau kita mau hubungkan dengan salah satu ayat didalam Al-qur’an surat Al-Imran ayat;159, disana Allah mengabarkan kepada kita perihal tawakal. “....Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal”.
Ada yang bisa mengkap maksud tulisan diatas hubungannya dengan ayat yang baru saja kutif? Ya, miskonsepsi yang selama ini ada, bahwa yang namanya tawakal itu disimpan diakhir setelah usaha dan kerja keras ternyata kurang tepat, karena seharusnya yang namanya tawakal itu bukan hanya diakhir, melainkan juga di awal dan ditengah.
Sebagaimana yang Allah sampaikan diatas, apabila engkau telah membulatkan tekad. Yang namanya tekad, atau itikad, atau niat muncul diawal sebelum adanya perbuatan (action) maka jelaslah bagi kita, ketika kita mau bertawakal, janganlah menyimpannya diakhir, melainkan dari pada saat kita memiliki niat ataupun tekad, bertawakallah sejak saat itu juga. Begitupun ketika kita sedang melakukan perbuatannya dan setelah perbuatan itu kita lakukan.
Lalu esensi tawakal yang harus kita pahami, intinya adalah menjadikan Allah sebagai alasa, menjadikan Allah sebagai penyerta dan menjadikan Allah sebagai tujuan dari setiap amal perbuatan kita, sederhanyanya karena Allah, bersama Allah dan untuk Allah bukan karena selain Allah, bersama selain Allah dan untuk selain Allah. Itulah tawakal yang saya pahami.
Insya Allah dengan memasang dan menempatkan tawakal dari awal hingga akhir dari setiap amal perbuatan kita, maka kita akan selalau yakin bahwa appaun yang terjadi pasti itu yang terbaik dari Allah untuk kita. Kita tidak akan kecewa, kita tidak akan sedih, kita tidak akan berlebihan menunjukan sikap, semuanya dibalut dengan keyakinan bahwa semua ini atas ijin Allah, semua ini karena Allah, semua ini juga bergantung pada keputusan Allah. Wallahu’alam bishowab.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANYA JAWAB TENTANG KURIKULUM

Ence Surahman (0800201) Mhs. Konsentrasi Pendidikan Guru TIK Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 1. Dari penelusuran saudara mengenai pengertian kurikulum dari berbagai sumber, jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat: a. Jelaskan dimensi-dimensi pengertian kurikulum yang saudara ketahui! Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran yang disusun oleh tim dosen MKDU Kurikulum Pembelajaran, dan juga dari berbagai artikel-artikel di internet yang membahas tentang dimensi-dimensi kurikulum, dapat saya tuliskan sebagaimana berikut ini: 1. Dimensi kurikulum sebagai suatu gagasan (Ide), mengandung makna bahwa kurikulum adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya 1, saya tambahkan bahwa yang dimaksud kurikulum sebagi ide itu adalah dalam termuat maksud bahwa kurikulum berdasarkan hasil penelitian, analisis, pengamatan dan pengalaman sebagai sumber gagasan dan pemiki

Tanya Jawab Seputar Inovasi Pendidikan

By: Ence Surahman 1. Jelaskan pengertian; Invensi, diskoveri dan inovasi dengan contohnya masing-masing! Jawab: Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia. Contohnya penemuan dalam bidang pendidikan, meliputi teori-teori belajar, atau penemuan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya komputer dalam membantu memudahkan aktivitas manusia. Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, hanya belum diketahui orang. Contohnya penemuan benua, pada dasarnya benuanya sudah ada, hanya baru ditemukan oleh seseorang dan baru dipublikasikan. Atau penemuan palung laut yang terdalam, sebelumnya palung itu sudah ada. Namun karena belum ditemukan jadinya belum diketahui khalayak dan setelah ditemukan barulah bisa diketahui oleh orang banyak. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),

SOAL DAN JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

DIJAWAB OLEH: ENCE SURAHMAN (0800201) MAHASISWA SEMESTER IV KONSENTRASI PENDIDIKAN GURU TIK  PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2010   SOAL DAN JAWABAN.  1. Proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong dan membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan secara berpikir ilmiah serta menanamkan tugas saudara, Jelaskan model pembelajaran apa ( dapat lebih dari satu) yang dapat membentuk kemampuan siswa tersebut, dikaji dari) 1. Konsep, 2, karakteristik dan filsafatnya 4, tingkat (usia) berapa tahun sebaiknya siswa menguasi kemampuan tersebut Jawaban: Model-model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir ilmiah siswa. a. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM)/ (Learning Basic Problem Model) Pembelajaran berbasis masalah adalah pola pembelajaran individu yang menuntut individu itu untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam menggunakan intelegensinya untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan konste