Langsung ke konten utama

BPJS Kesehatan, Konspirasikah?


Seri Inspirasi Jum’at Pagi.
Oleh : Ence Surahman, S.Pd



Netizens yang baik hati, kali ini saya mau sharing dari hasil diskusi saya dengan salah satu perawat yang ada disekolah Daarul Qur’an Bandung. Topik diskusi kami kemarin memang luas namun ada beberapa yang saya rangkum dalam catatan inspirasi pagi ini, semoga bermanfaat.
Netizes yang senantiasa berbahagia, sudah tahukan program pelayanan baru yang digulirkan oleh pemerintah melalui menteri kesehatan yang bernama BPJS atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan? Yang konon program ini adalah kepanjangan dan perluasan dari layanan kesehatan yang sudah lebih dulu digulirkan.
Dilihat sekilas program tersebut memang baik dan banyak memberikan keuntungan, namun kendati demikian, ternyata kalau ditelisik secara mendalam, masih terdapat banyak hal yang menjadi pertanyaan orang-orang yang agak kritis, misalnya uang iuran/premi bulanan yang besarannya tidak kurang dari 22.000-59.500 ribu/bulan untuk kelas III-I, kalau kita asumsikan semua penduduk Republik Indonesia yang jumlahnya yang diproyeksikan sebanyak 244.814.900. dikali besaran rata-rata angka premi bulanan pada angka Rp.37.000 maka total uang yang terkumpul dalam setiap bulannya berkisar pada angka Rp. 9.058.151.300.000 atau sebesar sembilan triliun lima puluh delapa miliyar seratus lima puluh satu juta tiga ratus ribu rupiah.
Sekarang kita asumsikan lagi apabila masyarakat yang terkena ujian dan harus mendapatkan perawatan dengan memanfaatkan jasa layanan kesehatan tersebut 5% dari semua total penduduk Indonesia atau 5 sakit dari 100 orang yang berarti jumlahnya sebanyak 12.240.745 orang dengan jasa perawatan yang digunakan sebesar 2 juta, maka maka total premi yang diserap sebesar 2.448.149.000.000 artinya uang yang tersisa sebelum dikurangi untuk biaya-biaya yang lain masih pada angka 6.610.002.300.000.
Pertanyaannya apabila sisa bersih bulanan masih pada angkat 4 triliyun dan uang itu tidak dikelola secara transfaran, maka akan sangat rentang disalahgunakan, dan ini yang tidak kalah berbahaya sebelum bahaya dan dampak lain yang akan saya ungkap setelah bahasan ini. Kita tahu sendiri mental oknum pejabat dinegara kita kalau sudah melihat uang itu pasti matanya berbinar-binar.
Berikutnya bahaya dan dampak kedua dari program BPJS yang tidak nampak secara lahir dan tidak teranalisis dikalangan awam yakni indikasi konspirasi dalam bidang kesehatan, setelah banyak terungkap konspirasi dari ada program vaksinasi untuk balita. Rupanya BPJS juga ada indikasi kearah sana, tahukah netizens dimana letak konspirasinya? Tunggu sebentar ya, saya mau ikut dulu program khataman qur’an berjama’ah sama santri, nanti dilanjut lagi J
Oke kita lanjut ya, tadi sampai dimana? Hehe saya hampir lupa deh, bahasan kita sampai di sebuah pertanyaan apakah BPJS Kesehatan bagian dari konspirasi? Jawabannya mari kita jawab pertanyaan saya berikutnya? Adakah program penyuluhan kesehatan/hidup sehat yang digulirkan oleh pemerintah? Kalau sudah ada sudah sejauh mana daya dampak serta pemerataannya? dan kalau ternyata belum ada, pertanyaanya mengapa?
Mengapa pemerintah malah menggulirkan BPJS kesehatan dan bukan program penyuluhannya? Apakah ini tidak ganjil? Atau memang mental pemerintah dan para pengambil kebijakan dinegeri ini akan selalu dengan pendekatan kuratif bukannnya preventif? Apakah ini tidak ganjil? Apakah ini hanya sebuah kekeliruan berpikir? Apakah ini tidak ada kepentingan?
Coba kita lihat program raskin? Program jaminan sosial? Bantuan langsung tunai (BLT)? Kenapa? Kenapa begitu? Kenapa tidak dengan program yang sifatnya tidak kuratif? Kenapa tidak dengan program yang mampu mengatasi akar masalahnya? Kenapa hanya mengatasi ujung dari sebagian kecil masalahnya?
Dan saya ingin berpendapat bahwa sampai kapanpun ketika pemerintah masih terus menggunakan pendekatan kuratif, maka sesungguhnya ia telah dengan sengaja membentuk, menyiapkan generasi masa depan yang tidak lebih baik, justru sebaliknya, yang terbentuk adalah masyarakat yang bermental peminta-peminta, tidak kreatif, tidak mandiri dan selalu ingin diberi tanpa muncul keinginan memberi, apakah itu yang diinginkan oleh mereka?
Termasuk kebijakan untuk program BPJS kesehatan, saya melihat pola kuratif digunakan disana. Lagi-lagi membuat kita bertanya, kenapa tidak dibuat program untuk pembudayaan dan pembiasaan hidup sehat agar orang/masyarakat tidak sering sakit dan ia bisa menjaga kesehatannya. Kenapa tidak digulirkan program penyuluhan kesehatan secara masif dan merata? Mengapa?
Rupanya ada muata kepentingan disana, yakni konon agar rumah sakit, klinik, dokter yang berorientasi bisnis khususnya tenaga kesehatan yang belum diangkat menjadi PNS, agar tetap survive, termasuk para produsen obat-obatan agar tidak rugi, dan ini semua benar-benar sarat dengan kepentingan, kita tahu dibeberapa negara luar negeri tidak boleh ada iklan obat-obatan. Nah di Indonesia banyak sekali iklan obat dan itu merangsang masyarakat untuk menjadi konsumen aktif obat dan hal itu akan membuat masyarakat ketergantungan dengan yang namanya obat, padahal masih banyak sumber alam bahan natural yang ada di bumi pertiwi ini yang jauh lebih mujarab sekaligus aman ketimbang obat yang mengandung muatan dan proses kimiawi serta campuran bahan berbahaya. Wallahu’alam.  

Komentar

  1. Assalamu alaykum. Sampai saat ini saya juga belum pakai BPJS tapi asumsi jumlah yg di terima dan di gunakan untuk pelayanan seperti nya perlu mendapatkan telaah lagi supaya tidak menyampaikan informasi meski dalam bentuk estimasi yang keliru. Terima kasih atas beberapa informasi yang bermanfaat.

    BalasHapus

Posting Komentar

You can give whatever messages for me,,

Postingan populer dari blog ini

TANYA JAWAB TENTANG KURIKULUM

Ence Surahman (0800201) Mhs. Konsentrasi Pendidikan Guru TIK Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 1. Dari penelusuran saudara mengenai pengertian kurikulum dari berbagai sumber, jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat: a. Jelaskan dimensi-dimensi pengertian kurikulum yang saudara ketahui! Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran yang disusun oleh tim dosen MKDU Kurikulum Pembelajaran, dan juga dari berbagai artikel-artikel di internet yang membahas tentang dimensi-dimensi kurikulum, dapat saya tuliskan sebagaimana berikut ini: 1. Dimensi kurikulum sebagai suatu gagasan (Ide), mengandung makna bahwa kurikulum adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya 1, saya tambahkan bahwa yang dimaksud kurikulum sebagi ide itu adalah dalam termuat maksud bahwa kurikulum berdasarkan hasil penelitian, analisis, pengamatan dan pengalaman sebagai sumber gagasan dan pemiki

Tanya Jawab Seputar Inovasi Pendidikan

By: Ence Surahman 1. Jelaskan pengertian; Invensi, diskoveri dan inovasi dengan contohnya masing-masing! Jawab: Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia. Contohnya penemuan dalam bidang pendidikan, meliputi teori-teori belajar, atau penemuan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya komputer dalam membantu memudahkan aktivitas manusia. Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, hanya belum diketahui orang. Contohnya penemuan benua, pada dasarnya benuanya sudah ada, hanya baru ditemukan oleh seseorang dan baru dipublikasikan. Atau penemuan palung laut yang terdalam, sebelumnya palung itu sudah ada. Namun karena belum ditemukan jadinya belum diketahui khalayak dan setelah ditemukan barulah bisa diketahui oleh orang banyak. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),

SOAL DAN JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

DIJAWAB OLEH: ENCE SURAHMAN (0800201) MAHASISWA SEMESTER IV KONSENTRASI PENDIDIKAN GURU TIK  PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2010   SOAL DAN JAWABAN.  1. Proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong dan membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan secara berpikir ilmiah serta menanamkan tugas saudara, Jelaskan model pembelajaran apa ( dapat lebih dari satu) yang dapat membentuk kemampuan siswa tersebut, dikaji dari) 1. Konsep, 2, karakteristik dan filsafatnya 4, tingkat (usia) berapa tahun sebaiknya siswa menguasi kemampuan tersebut Jawaban: Model-model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir ilmiah siswa. a. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM)/ (Learning Basic Problem Model) Pembelajaran berbasis masalah adalah pola pembelajaran individu yang menuntut individu itu untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam menggunakan intelegensinya untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan konste