Sumber Gambar
Oleh : Ence Surahman, S.Pd
Disampaikan
dalam agenda kuliah on whatsapp group ODOJ MJR SJS 3,
Rabu, 9
Maret 2016
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum wr wb.
Selamat sore
selamat berbahagia. Bagaimana kabarnya? Semoga sehat sentosa. Puji syukur ke
khadirat Allah swt, yang telah menciptakan matahari, bulan, bintang, planet,
komet, lapisan langit. Maha Suci Allah yang telah menciptakan pegunungan,
bukit, lembah, sungai, danau, laut,
dataran rendah, dataran tinggi, sawah, ladang, hutan, padang rumput,
semak belukar, berjuta jenis pohon kayu, berjuta jenis rumput, berjuta jenis
bunga, berjuta jenis burung, hewan, beragam jenis batuan, tanah, air, lumpur, berjuta
kandungan senyawa dalam angin dan udara, serta pencipta kita sebagai hambaNya
semoga kita semua tergolong makhluknya yang banyak bersyukur, aamiin YRA.
Shalawat dan
salam selamanya tercurahlimpahkan kepada Panutan kita, pemimpin umat muslim,
dan Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW, semoga selama di dunia kita istiqomah
mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan risalahnya dan diakhirat nanti pada
saat 7 matahari berada tepat di atas ubun-ubun kepala, kita semua mendapatkan
syafaat berupa keteduhan dan kenyamanan aamiin YRA.
Sejujurnya
sedikit bingung memilih tema kulsap sore ini, mau tentang bidang kajian saya,
sepertinya khawatir terkesan memaksakan karena tidak sesuai dengan need analisis
dari para penghuni group ini, seperti kejadian beberapa hari lalu, waktu saya
sharing tentang adaptive mobile learning, saya hitung tidak lebih dari 20% yang
proaktif berdiskusi dengan tema yang disajikan. Alhasil malam ini saya coba
pilih tema yang lebih universal, walaupun ini bukan bidang utama kepakaran
saya, hanya diperkuat melalui pengalaman hidup semata. Awalnya saya mau sajikan
tema 4 jurus agen of change, namun dugaan saya tema itu biar untuk forum yang
lain saja. So kesimpulannya saya sajikna kulsap dengan tema Adab-Adab Hiking.
Saya hobi
naik gunung sejak SMA, sejak mulai bergabung dengan organisasi kelompok pecinta
alam, walaupun sebenarnya aktivitas hiking sudah saya lakukan sejak kecil, wong
rumah keluarga saya berada dibukit, jadi yang namanya naik dan turun bukit
sudah menjadi makanan sehari-hari terutama ketika pergi ke sawah, ke kebun,
menyabit rumput, mengembala domba, mencari kayu bakar, bercocok tanam, berkebun,
pulang pergi kesekolah, dan lain-lain.
Cung your
hands yang pernah atau suka hiking? Sudah berapa puncak gunung yang Anda daki?
Mungkin teman-teman sudah punya pengalaman lebih banyak dari saya, so apa yang
saya sampaikan untuk bahan sharing saja, monggo boleh ditanggapi dan ditambahkan.
Sebelum
mulai masuk pada point utama pemabahasan kita, saya mau sampaikan sebuah
jawaban mengapa saya hobi hiking? Jawabannya
karena saya terinspirasi oleh salah satu ayat di dalam Al-Qur’an surat Arrum
surat ke 30 ayat 41 dan 42. Monggo boleh dibuka ayatnya, yang artinya sebagai
berikut :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut, disebabkan akibat
perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah
(Muhammad), Bepergianlah kamu di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan
orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang
mempersekutukan Allah”.
Ayat ini
memang bukan dalil tentang anjuran hiking, secara umum berbicara tentang
bagaimana kaum-kaum nyeleweng sebelum diturunkannya Nabi Muhammad SAW,
sebagaimana halnya kaum Nabi Luth yang di adzab dengan banjir bandang karena
perilaku seksual yang menyimpang (LGBT), kemudian Fir’aun dan bala tentaranya
yang ditenggelamkan, serta masih banyak lagi kisah-kisah tentang akibat orang-orang
yang mempersekutukan Allah SWT.
Namun
demikian ketika berbicara tentang kerusahakan di darat dan di laut yang
kontekstual dengan kondisi yang hari ini kita rasakan, seperti banjir
dibeberapa daerah, longsor yang seringkali memakan korban, gempa bumi, tsunami,
kemudian sungai kotor dengan polusi, sawah kekeringan musim kemarau, kebakaran
hutan, sembuaran lumpur yang meluas dan menenggelamkan, menurunnya kesuburan
tanah. Beberapa diantarnnya sebagai akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Kebiasaan
hidup yang tidak baik seperti membuang sampah sembarangan, keserahakan dalam pengelolaan
hutan, penggundulan dan tanpa adanya reboisasi, ilegal loging, pembuangan limbah
ke sungai, penggalian migas yang tidak memperhatikan AMDAL serta banyak lagi
yang lainnnya. Semua itu merupakan ayat-ayat quaniyah Allah untuk kita
sekalian.
Kita sangat
memahami bahwa bumi ini tidak akan mengembang, sementara umat manusia mengalami
pertumbuhan kuantitas yang sangat pesat, contohnya saja di Indonesia tahun 2000
jumlahnya masih di angka 200 juta jiwa, tahun 2016 sudah lebih dari 253 juta
jiwa, penduduk total di bumi konon sudah
mau mencapai angka 7 miliyar. Dari situ bisa diprediksi berapa lahan yang
dibutuhkan untuk area perumahan, berapa luas lahan untuk perkembunan,
persawahan, industri, lahan tempat kerja dan lain sebagainya, maka disanalah
perlu adanya pengaturan yang bijak dari para pemimpin dan pengambil kebijakan
agar usia bumi ini tidak dipercepat oleh perilaku manusia itu sendiri.
Kembali ke
topik utama kita, itulah alasan mengapa saya melibatkan diri untuk bergabung
dalam organisasi pecinta alam, tujuannya setidaknya untuk memahamkan diri
sendiri tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam, agar semua penghuninya
tetap dalam kondisi yang saling menguntungkan bukan saling merugikan, dan
fungsi kepemimpinan di bumi Allah bebankan kepada manusia sebagai khalifatul
fil ard.
Selanjutnya,
ketika kita melakukan perjalanan hiking atau sejenisnya apakah itu kegiatan
susur sungai, susur pantai, susur gua, panjat tebing, susur kampung dan
pedesaan, bahkan susur perkebunan dan persawahan seperti yang pernah saya dan
teman-teman saya lakukan, semua secara langsung ataupun tidak langsung mengajar
banyak hal yang mengerucut pada satu kesimpulan bahwa manusia itu kecil dan
Allah itu besar, bahwa manusia tidak ada apa-apanya tanpa kehendak dari Allah
SWT. Di samping itu yang juga penting adalah tumbuhnya kesadaran dan rasa
memiliki serta pemahaman untuk menjaga kelestariannya.
Inti dari
adab-adab hiking sebetulnya hanya ada 3 perkara. Materi ini saya dapatkan
persis ketika kelas X SMA. Ketiga perkara tersebut adalah :
1. Tidak
mengambil sesuatu kecuali gambar
2. Tidak
meninggalkan sesuatu kecuali jejak dan
3. Tidak
membunuh sesuatu kecuali waktu
Sebenarnya rumus
itu kalau dipahami dan diamalkan oleh mereka yang menyadari atau mengaku-ngaku
dirinya sebagai pecinta maupun penikmat alam, insyaAllah tidak akan kita
dapatkan tumpukan sampah disepanjang pos pendakian, sampah di area perkemahan,
sampai disepanjang pinggir pantai. Namun sayangnya mereka hanya penikmat alam
yang tidak paham adab-adabnya. Bagi yang pernah mendaki dan pernah meninggalkan
atau membuang sampah sembarangan, saya mengajak teman-teman untuk beristighfar
dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali jika suatu saat nanti kembali
mendaki dan kegiatan semacamnya.
Cukup dengan
memahami dan komitmen untuk mengamalkan ketiga rumus di atas maka insyaAllah
kita akan terhindar dari orang-orang yang berkontribusi mengotori dan merusak
keseimbangan alam.
Lalu
bagaimana caranya agar kita dapat meminimalisir pelanggaran ketika mendaki? Tips
berikut dapat menjadi salah satu referensi.
1. Niatkan
dalam hati bahwa mendaki merupakan bagian dari upaya mendekatkan diri kepada
Allah SWT dengan cara mentadzaburi ciptaanNya maha sempurna.
2. Pastikan
tiada langkah terayun tanpa dzikir terlantun (hikayat Matagira no 2).
3. Semakin
tinggi gunung yang kau daki semakin banyak pahala yang kau dapati (hikayat
Matagira no 3)
4. Bawalah
barang-barang secukupnya, jangan berlebihan, baik pakaian ganti, maupun
makanan. Maka diperlukan manajemen pra perjalanan yang baik.
5. Hindari
makanan dan minuman yang menggunakan bungkus yang mengharuskan untuk dibuang,
maka sebaiknya makanan dikemas dalam kemasan yang akan dibawa pulang seperti
toples, tuperware, dan semacamnya.
6. Jangan
lupa bawa plastik untuk tempat sampah dan harus ada PJ yang bertugas memastikan
tidak ada anggota tim yang membuang sampah sembarangan.
7. Memang
baik membuang sampah pada tempatnya ketika sudah turun gunung namun jauh lebih
baik jika mampu tanpa ada satupun sampah yang dibuang. Caranya lihatpoint no 5.
8. Ketika
terpaksa PUP ketika dalam pendakian, pastikan pup ditempat yang agak jauh dari
keramaian orang dan pastika membuat galian agar tidak menimbulkan bau yang akan
mengundang makhluk lain mendekat. Dan dipastikan galian tertutup setelah PUP
selesai, sehingga kembali seperti sediakala.
9. Tidak
diperkenankan bersuara dan berisik karena hal itu akan mengganggu keseimbangan
ekosistem disekitarnya, mungkin akan ada hewan buas maupun hewan melata yang
terganggu dengan kebisingan pendaki.
10. Sebenarnya
membuat perapian hanya dijinkan dalam agenda pramuka dan atau dalam kondisi
darurat seperti cuaca dingin dan tidak ada penghangat lain, atau dalam kondisi
darurat ancaman hewan buas, karena salah satu fungsi api unggun adalah untuk
menghindarkan dari serangan hewan buas.
11. Jika
terpaksa menyalakan perapian, maka dipastikan area perapian aman dari peluang
api menyebarluas dan membakar hutan. Caranya buat perapian benar-benar
beralaskan tanah bukan gambut, kayu, ataupun sisa-sisa semak. Dan setelah fungsi
utama perapian terpenuhi, maka wajib hukumnya untuk memadamkan hingga
benar-benar padam.
12. Merokok adalah perkara yang sebaiknya
dihindari ketika mendaki, kalaupun terpaksa merokok karena sudah addict, maka
dipastikan puntung tidak dibuang sembarangan.
13. Hindari
camping di pinggir sungai, pertama khawatir pada saat malam tiba-tiba airnya
meluap dan menghanyutkan, kedua sungai adalah sumber air semua makhluk hidup, kalau
lokasi tersebut adalah tempat biasa hewan mengambil air minum, kasian mereka
jika rasa hausnya tertahan karena ada kita yang menggaggu mereka. Atau kalau
jumlah mereka lebih banyak dikhawatirkan kita dijadikan mangsanya.
14. Memasak
di pendakian memang memberikan suasana yang berbeda dan istimewa, namun
sebaiknya makanan dibuat cepat saji atau sudah siap saji seperti macam-macam
roti, telur rebus, ubi rebus, sosis siap saji.
15. Yang
paling penting adalah jaga kebiasaan ibadah harian, terutama yang wajib, jangan
sampai niat tadzabur kita menjadi hilang karena kita lalai dalam hal-hal yang
wajib. Syukur kalau masih bisa menjaga aktivitas yang sunah seperti dhuha,
tilawah, tahajud, dzikir dan lain sebagainya. insyaAllah tahajud dipuncak
gunung mampu memberikan power yang jauh lebih dahsyat dalam proses penyucian
jiwa kita.
Demikian yang
dapat saya sajikan, mohon maaf atas kekurangannya, semoga bermanfaat, aamiin
YRA.
Nb:
Matagira : Organisasi Pecinta Alam Muslim yang kami dirikan di Bandung.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,