Oleh:
Ence Surahman, M.Pd
Ketua Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia Klaster Mahasiswa
16 Oktober 1945 Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) secara resmi mendirikan Organisasi yang fokus mengurusi
urusan pangan dan hasil pertanian yang bernama Food and Agriculture
Organization (FAO). Tanggal tersebut diputuskan sebagai tanggal hari pangan
dunia dalam sebuah konferensi umum FAO tahun 1979. Spirit yang melandasinya
adalah upaya meningkatkan kepedulian terhadap masalah kemiskinan dan kelaparan
yang menjadi momok menakutkan bagi sebagian negara.
Secara umum pendirian FAO bertujuan untuk meningkatkan dan memajukan kualitas bahan makanan di seluruh dunia. Kemudian memajukan dan meningkatkan hasil pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, irigasi dan lain-lain. Sejauh ini usaha-usaha yang telah dilakukan oleh FAO diantaranya memberikan pendidikan bagi masyarakat di negara-negara anggota, memperbaiki produksi dan distribusi di bidang pertanian, memelihara dan melestarikan keadaan tanah maupun air, dan memberikan bantuan atau kredit untuk meningkatkan hasil pertanian bagi negara-negara yang membutuhkan.
Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk ke empat terbanyak dunia, dengan luas wilayah ke 13 di dunia tentu memiliki PR yang tidak sedikit dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan penduduknya. Pemerintah terus berupaya memastikan ketersediaan pangan yang cukup untuk kebutuhan dalam negeri maupun kepentingan ekspor. Melalui berbagai program di kementerian pertanian pemerintah sudah sejak lama mencangkan swasembada pangan nasional. Namun hasilnya belum menggembirakan. Hal tersebut dibuktikan masih besarnya kuota impor beberapa kebutuhan pangan utama seperti beras, daging sapi, sayuran sampai produk garam. Secara total tidak kurang dari 29 komoditas pangan yang masih diimpor oleh pemerintah. Kondisi ini cukup memprihatikan mengingat Indonesia sebagai negara maritim dan juga agraris. Seharusnya hal itu tidak terjadi.
Permasalahan pangan rupanya bukan hanya dialami Indonesia, beberapa negara lain juga mengalami hal serupa. Bahkan para ilmuwan dunia sudah membicarakan dalam berbagai forum mengenai krisis dunia. Mereka menamaminya dengan sebutan FEW Crisis yang merupakan akronim dari food, energy dan water. Pangan merupakan kebutuhan utama umat manusia yang jumlahnya semakin bertambah dan susah dikendalikan. Mengingat luas bumi tidak bertambah sedangkan lahan pertanian semakin berkurang karena alih fungsi lahan, akibatnya kekurangan pangan semakin hari semakin mengancam.
Kondisi ini perlu dipikirkan secara serius dan disadari oleh semua umat manusia, pola hidup efisien dalam mengonsumsi produk olahan pangan, kemudian kesadaran untuk menggeser pola hidup dari sekedar konsumen jadi produsen harus ditingkatkan. Di samping itu perlu adanya perubahan paradigma dan kreativitas dalam memandang persoalan pangan.
Salah satu persoalan pangan nasional adalah minimnya kreativitas inovasi produk pengolahan hasil pangan. Hal itu berakibat pada kurang lakunya hasil pangan lokal Indonesia di pasaran yang mengakibatkan adanya gaya hidup lebih menyukai produk pangan asing yang secara tidak langsung membunuh potensi pangan lokal itu sendiri. Semakin tinggi permintaan pasar terhadap produk pangan asing akan semakin mengikis semangat para pejuang pangan lokal dalam menyediakan hasil pangan. Harga menjadi sangat tidak menguntungkan para petani. Akibatnya mayoritas para pemuda dari keluarga petani menjadi “ogah” untuk bertani karena dianggap tidak menjanjikan kesejahteraan. Akhirnya mereka lebih memilih mencari pekerjaan diperkotaan. Semakin hari penjuang pangan semakin berkurang yang secara otomatis ketersediaan semakin tidak mencukupi dan permintaan terhadap pangan asing semakin tinggi dan akan seterusnya begitu apabila tidak dilakukan upaya yang strategis.
Kesadaran akan permasalahan pangan nasional menyadarkan berbagai pihak termasuk lembaga swadaya masyarakat yang peduli untuk berkontribusi sesuai bidangnya. Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia beserta para mitra beberapa tahun terakhir mulai menggalakan semangat Gerakan Go Pangan Lokal di seluruh wilayah Indonsia. Melalui jaringan ilmuwan dan teknolog muda pada klaster mahasiswa spirit itu terus ditumbuhkembangkan dan disebarkan kepada masyarakat melalui kegiatan kampanye simpatik untuk kembali mencintai pangan lokal.
Gerakan Go Pangan Lokal yang di gagas oleh MITI beserta jaringannya setiap tahun mengalami pengembangan bidang garapan, dari mulai kegiatan kampanye penyadaran publik yang dilakukan melalui berbagai media baik yang nyata maupun maya, kemudian kegiatan local food chalenges dan lain-lain. Tahun 2016 gerakan Go Pangan Lokal akan dikembangkan pada 3 fokus garapan baru. Pertama lomba inovasi olahan pangan lokal yang dilaksanakan secara bertahap dari mulai tahapan desain produk, pengembangan produk, pemasaran hingga go international. Kedua fokusnya pada pendampingan dan pembinaan para pahlawan pangan lokal untuk dapat meningkatkan harkat dan martabat produk pangannya yang selama ini belum tersentuh secara maksimal melalui kegiatan workshop pengolahan, pengemasan dan pemasaran produk pangan lokal khas yang belum muncul dipermukaan. Dan yang ketiga yakni kampanye penyadaran publik untuk kembali menghidupkan pasar tradisional. Hal ini penting mengingat pasar tradisional adalah urat nadi perekonmian rakyat kalangan menengah ke bawah. Dengan demikian kembalinya kesadaran untuk back to traditional market diharapkan akan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha di pasar tradisional. Fokus ketiga ini juga diharapan dapat dibarengi upaya pemerintah untuk memastikan agar pasar tradisional nyaman untuk dikujungi konsumen karena bersih, tidak bau dan mudah dikunjungi oleh para konsumen.
Hari pangan dunia seyogyanya menyadarkan kita akan spirit kemanusiaan yang berkelanjutan, agar kemiskinan dan kelaparan dapat kita hindarkan. Maka diperlukan upaya revitalisasi spirit yang adaptif dengan tuntutan kebutuhan pangan saat ini. Salah satu spirit yang harus kita hidupkan selain spirit kedaulatan pangan berbasis rumah tangga juga spirti kreativitas olahan produk pangan lokal agar dapat go international. Pihak yang berkewajiban memastikan pangan aman bukan hanya pemerintah, juga bukan hanya tugas para petani, melainkan tugas kita semua.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,