Langsung ke konten utama

Tipe-Tipe Profesor (Opini Pribadi)

Tulisan ini bermula dari diskusi-diskusi sesama mahasiswa PhD di Taiwan dan sempat diskusi juga dengan teman yang kuliah di Eropa. Diskusi kami seputar bagaimana peran academic supervisor dalam membimbing riset dan publikasi mahasiswa-nya termasuk dalam pemberian peran, proyek dan tanggungjawab di lab. Tulisan ini hanya berupa opini pribadi berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman yang berlatar keilmuan yang berbeda. Sehingga kesimpulannya belum tentu benar dan sama persis dengan pengalaman pembaca yang pernah menjadi mahasiswa PhD khususnya di Taiwan.

Saya coba klasifikasikan tipe professor berdasarkan kategori lab, penggajian, dan penulisan artikel publikasinya agar lebih mudah, yakni lab kering dan lab basah. Yang saya maksud dengan lab kering adalah lab yang tidak mengharuskan uji alat, bahan, material, dan zat-zat tertentu yang mengharuskan periset-nya ada di ruang khusus dimana alat uji-nya berada. Artinya periset dapat melakukan pekerjaannya lebih fleksibel selama alatnya dapat dibawa kemana-mana, misalnya alat tersebut berupa komputer atau laptop. Contoh bidang penelitian yang masuk pada kategori lab kering adalah pendidikan, sosial humaniora, ilmu komputer atau sebagian ilmu teknik seperti teknik industri. Sedangkan kategori lab basah adalah lab yang mengharuskan periset-nya untuk standby di ruangan laboratorium dimana alat uji utama dan bahan-bahan pendukungnya hanya bisa diuji disana dan tidak memungkinkan untuk diuji diluar tempat itu yang tidak memiliki standar kelengkapan alat yang dibutuhkan.

Dari penjelasan di atas, jelas saya masuk kelompok lab kering, karena bidang saya teknologi pendidikan. Saya sendiri walaupun professor memiliki lab, namun saya tidak diharuskan untuk hadir ke lab setiap hari. Saya diberikan kebebasan untuk melakukan riset saya dimanapun saya mau, dan hampir 100% waktu saya, saya habiskan di asrama. Kecuali ketika masih ada kelas kuliah. Dari asrama saya masih dapat mengakses semua kebutuhan riset saya seperti source data base jurnal untuk kebutuhan studi pustaka, maupun untuk menulis artikel review. Dari kamar asrama juga saya dapat menyusun alat ukur, memvalidasi, mendistribusikan, mengolah, menganalisis dan menuliskan laporannya hingga dari kamar asrama jugalah saya dapat menulis beberapa paper prosiding dan jurnal.

Dari cerita tersebut dapat sedikit ditangkap bahwa tipe professor saya masuk kategori yang pertama yakni tipe yang cenderung melepas dan membebaskan semuanya kepada mahasiswanya. Hal ini tentu saja berbeda dengan tipe professor teman saya, walaupun bidangnya sama-sama pendidikan, namun professornya memiliki pola manajemen lab yang berbeda. Semua mahasiswa labnya harus datang ke lab setiap hari. Lab yang dimaksud berupa studi room seperti ruangan kerja yang tersedia meja, kursi, akses internet, sedikit cemilan dan agenda diskusi pekanan. Tipe kedua ini artinya memiliki pengaturan atau manajemen lab yang lebih tertata dan teratur. Bahkan pada kasus teman saya, mereka semua diberikan data oleh riset riset professornya dan tinggal mengolahnya saja. Ini sangat berbeda dengan tipe professor saya, yang sama sekali tidak memberikan data. Saya diberikan kebebasan untuk melakukan penelitian apa saja dari mulai menentukan ide dan masalah sampai menyusun papernya.

Kategori kedua dibedakan berdasarkan pola penghargaan dan apresiasi. Ada tipe professor yang memberikan penghargaan dalam bentuk uang bulanan atau gaji atas pekerjaan yang dikerjakan selama dibutuhkan lab tersebut, namun ada juga professor yang tidak memberikan gaji. Masalah gaji ini sangat tergantung dengan professor dan tergantung dengan keuangannya. Ada mahasiswa yang hanya mendapatkan gaji tetap bulanan, ada juga yang mendapatkan tambahan gaji ketika diberikan proyek tambahan oleh professor. Saya sendiri tidak tahu pasti masalah kebijakan kampus perihal ini, namun dengar-dengar setiap professor yang memiliki mahasiswa master dan PhD mendapatkan hak uang bulanan untuk kebutuhan riset mahasiswa tersebut. Saya sendiri pernah mendapatkan uang bulanan namun tidak rutin dan bersifat proyek, artinya saya hanya memperoleh ketika diberikan proyek pekerjaan oleh professor. Waktu itu kontrak kerjaan saya adalah diminta untuk menulis artikel tentang topik STEM education, Walaupun diminta hanya 1 paper, namun alhamdulillah saya dapat menulis empat draft pada topik yang berbeda. Saat ini paper-nya masih under review di meja professor.

Kategori ketiga dibedakan dalam proses penulisan artikel dan publikasi. Sebagian professor agar membebaskan mahasiswa-nya untuk meneliti bidang yang diminati-nya, namun sebagian yang lain cenderung untuk mengarahkan agar mahasiswa-nya meneliti sesuai dengan topik pekerjaan riset profesor-nya, dan sepertinya pola kedua yang lebih banyak. Mahasiswa datang ke sebuah lab cukup membawa diri dan semangat untuk riset, sedangkan topik, ide, masalah, sumber daya, dukungan alat, keuangan, semua ditentukan oleh professor. Dalam proses menulis paper, ada professor yang cenderung mengkolaborasikan antar mahasiswa-nya untuk saling bantu, dan saling memasukan namanya sesuai dengan tingkatan kontribusi-nya, namun ada juga professor yang cenderung membimbing mahasiswa-nya secara individu, artinya mahasiswa-nya lebih dibiarkan untuk bekerja sendiri sehingga jumlah nama penulis dipaper-nya paling hanya 2 nama, yakni mahasiswa-nya dan professor-nya.

Dalam penulisan paper, biasanya mahasiswa-nya diminta untuk menulis sampai draft-nya final, kemudian diberikan catatan untuk bahan perbaikan sebelum naskahnya dikirim ke proofreading dan disubmit ke jurnal. Namun, ada juga tipe professor yang dari awal mendampingi proses penulisan draft-nya, dan dipantau setahap demi setahap, dari mulai penulisan bab 1, kemudian dibahas, diberikan masukan, baru masuk bab 2, dan seterusnya. Proses yang keduanya ini mungkin akan lebih baik dari sisi kualitas tapi cukup memakan waktu. Berbeda dengan model pertama, dimana mahasiswa dapat menuangkan dulu gagasannya sampai selesai, baru setelah itu dikomentari profesor untuk dimatangkan dan disempurnakan agar minim kesalahan. Professor saya, menggunakan model pertama. Saya diberikan kebebasan untuk menulis apa yang saya mau, kapan saya akan memulai dan menyelesaikannya. Setelah selesai saya baru mengirimkan full paper ke professor. Setelah itu biasanya ada beberapa diskusi untuk bahan perbaikan dan kemudian masuk tahap proofreading lalu submiting ke jurnal. Berkaitan dengan model submission paper juga, ada model yang membebaskan mahasiswa untuk memilih jurnal dan mensubmit sendiri, ada juga yang biasanya semua proses pemilihan dan submission ditangani oleh professor. Setelah ada review baru diberikan ke mahasiswa untuk direvisi dan diunggah kembali sampai diterima.

Kategori terakhir berdasarkan pemberian degree, ada professor yang cenderung lebih suka menahan mahasiswa untuk membantu performance akademik-nya, namun ada juga professor yang tidak terbiasa menahan mahasiswa-nya ketika memang dirasa sudah layak untuk diberikan ijin ujian dan gelar akademik-nya. Ada beberapa kasus, professor yang cenderung menahan mahasiswa-nya karena terpakai dan dapat dipercaya untuk mengerjakan sejumlah proyeknya, sehingga selama belum mendapatkan penggantinya, maka professor cenderung untuk menahan dan tidak memberikan degree. Namun tentu yang paling banyak adalah professor belum memberikan ijin ujian karena memang mahasiswa-nya belum memenuhi standar minimal professor-nya. Nah berkaitan dengan hal ini, beberapa professor selalu meminta lebih tinggi dari syarat yang ditetapkan oleh departement. Misalnya syarat di departemen minimal 1 paper SSCI/SCI/SCIE, namun faktanya professsor meminta minimal 2 atau lebih. Hal ini sangat sering terjadi, sehingga beberapa mahasiswa masih tertahan sampai masa studinya ada yang mencapai 9 tahun. Tentu ini kasus yang jarang, karena kebanyakan biasanya mahasiswa bisa memenuhi syarat lulus di tahun ke 4 atau ke 5. Tergantung seberapa bagus performance akademik, riset dan publikasinya.

Demikian semoga bermanfaat dan dapat memberikan gambaran lebih komprehensif. Apapun tipe professor yang kita punya, hal yang paling penting harus dipahami bahwa professor adalah promotor mahasiswa PhD, sehingga sikap dan persepsi mahasiswa harus senantiasa positif agar hubungan dengan profesor senantiasa baik. Karena bagaimanapun, professor adalah ujung tombak paling penting dalam perjalanan mahasiswa PhD.

Di ujung Januari di sore yang dingin sambil menunggu maghrib,

Hsinchu, 31 January 2023, Jam 05.05.05.40

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANYA JAWAB TENTANG KURIKULUM

Ence Surahman (0800201) Mhs. Konsentrasi Pendidikan Guru TIK Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 1. Dari penelusuran saudara mengenai pengertian kurikulum dari berbagai sumber, jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat: a. Jelaskan dimensi-dimensi pengertian kurikulum yang saudara ketahui! Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran yang disusun oleh tim dosen MKDU Kurikulum Pembelajaran, dan juga dari berbagai artikel-artikel di internet yang membahas tentang dimensi-dimensi kurikulum, dapat saya tuliskan sebagaimana berikut ini: 1. Dimensi kurikulum sebagai suatu gagasan (Ide), mengandung makna bahwa kurikulum adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya 1, saya tambahkan bahwa yang dimaksud kurikulum sebagi ide itu adalah dalam termuat maksud bahwa kurikulum berdasarkan hasil penelitian, analisis, pengamatan dan pengalaman sebagai sumber gagasan dan pemiki

Tanya Jawab Seputar Inovasi Pendidikan

By: Ence Surahman 1. Jelaskan pengertian; Invensi, diskoveri dan inovasi dengan contohnya masing-masing! Jawab: Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia. Contohnya penemuan dalam bidang pendidikan, meliputi teori-teori belajar, atau penemuan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya komputer dalam membantu memudahkan aktivitas manusia. Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, hanya belum diketahui orang. Contohnya penemuan benua, pada dasarnya benuanya sudah ada, hanya baru ditemukan oleh seseorang dan baru dipublikasikan. Atau penemuan palung laut yang terdalam, sebelumnya palung itu sudah ada. Namun karena belum ditemukan jadinya belum diketahui khalayak dan setelah ditemukan barulah bisa diketahui oleh orang banyak. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),

SOAL DAN JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

DIJAWAB OLEH: ENCE SURAHMAN (0800201) MAHASISWA SEMESTER IV KONSENTRASI PENDIDIKAN GURU TIK  PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2010   SOAL DAN JAWABAN.  1. Proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong dan membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan secara berpikir ilmiah serta menanamkan tugas saudara, Jelaskan model pembelajaran apa ( dapat lebih dari satu) yang dapat membentuk kemampuan siswa tersebut, dikaji dari) 1. Konsep, 2, karakteristik dan filsafatnya 4, tingkat (usia) berapa tahun sebaiknya siswa menguasi kemampuan tersebut Jawaban: Model-model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir ilmiah siswa. a. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM)/ (Learning Basic Problem Model) Pembelajaran berbasis masalah adalah pola pembelajaran individu yang menuntut individu itu untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam menggunakan intelegensinya untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan konste