HAKIKAT PENDIDIKAN
Pendidikan adalah ruhnya suatu bangsa, negara dan peradaban. Pendidikan tak ubahnya bagaikan pulsa bagi handphone, pendidikan layaknya pelumas bagi mesin-mesin yang berderu, pendidikan layaknya irama dalam sebuah syair lagu, pendidikan bagaikan peta dan kompas bagi penjelajah rimba yang tersesat, pendidikan bagaikan lubang cahaya bagi yang terjebak dalam gua, atau juga pendidikan seumpama wangi minyak kesturi disekitar tumpukan sampah busuk. Itulah sebutan yang cocok disandang oleh Pendidikan.
Pada dasarnya tidak ada pendidikan yang salah, tidak ada pendidikan yang menyimpang, juga tidak ada pendidikan yang jelek karena hakikat dari pendidkan itu ialah untuk memanusiakan manusia. Begitu mulya bukan? Pertanyaannya mengapa didalam kehidupan kita, kadang sering mendengar yang namanya pendidikan menyimpang, atau lain hal yang menjelekan pendidikan. Saya menegaskan yang menyimpang dan yang salah bukan system pendidikannya melainkan pelaku (subjek dan objek) pendidikan yang sok tau tentang pendidikan, sok mengerti hakikat pendidikan padahal dalam jiwanya tidak sedikitpun ada jiwa pendidik yang sesungguhnya sehingga merasa benar padahal salah. Jadi stop mendeskriditkan yang disebut pendidikan yang salah. Karena kemurnian pendidikan bagai air dari mata pengunungan bukan air limbah yang bau dan kotor. Melainkan Pendidikan itu indah, suci dan menyejukan, seperti udara pegunungan dipagi hari.
Kalu begitu bagamana dengan system pendidikan bangsa kita saat ini? Apakah pendidikannya masih suci (pure) seperti yang disebutkan diatas? Atau malah sebaliknya? Untuk menjawab pertanyaan diatas mari kita analisis dan kita perhatikan keadaan yang terjadi disekitar kita.
Kita akan mencari gambaran dengan mengambil sampel-sampel dari dua sudut yang berbeda yaitu dari sisi baik dan dari sisi buruk keadaan yang terjadi dengan subjek dan objek pendidikan.
1. Terjadinya berbagi macam penyimpangan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan. Misalnya kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan antar anak, kekerasan orag tua terhadap amak, anak kepada orang tua, orang tua dengan orang tua, anak dengan anak, penyalahgunaan obat-obat trelarang terutama dikalangan remaja, free sex yang terjadi dalam dunia remaja anak bangsa kita bahkan terjadi juga dalam dunia orang dewasa seperti perselingkuhan, perjinahan. Mengakarnya kasus-kasu orupsi, kolusi dan nepotisme. Perebutan kekuasaan yang berujung maut, hilangnya rasa kemanusiaan, lunturnya penerapan norma dan nilai, hilangnya budaya dan jati diri bangsa. Yang berujung pada kemokbrokan dan kehancuran bangsa.
2. Dari sudut baiknya, semisal munculnya cedikia, ahli atau generasi muda yang tangguh, yang mengerti hakikat orma dn nilai, memahami jati diri bangsa, tau dan faham tentang kebenaran dan kesalahan dan tidak pernah mencampur adukannya, dll.
Sudah bukan saatnya kita menyalahkan pendidikan, melainkan yang harus kita pikirkan adalah bagaimana caranya membangun insan pendidikan yang mengetahui hakikat pendidikan. Jangan kotori kemurnian dan kesucian pendidikan, jangan mengkambing hitamkan proses pendidikan yang menerangi, sudah saatnya kita bangkit mewujudkan pendidikan yang seharusnya. Tidak ada hal yang paling utama dalam rangka mengembalikan hakikat pendidikan melainkan dengan penerapan nilai dan norma yang seharusnya tanpa sedikitpun noda yang mengotorinya, juga dengan meluruskan kesalahan-kesalahan yang terjadi dikalangan pelaku pendidikan. Kita harus punya jati diri bangsa jangan mau di interpensi dan jangan mudah dirasuki pikiran penghancur budaya, adat norma dan nilai. Mari kita benahi berbagai kekurangan dalam system pendidikan kita.
Komentar
Posting Komentar
You can give whatever messages for me,,