Langsung ke konten utama

Makalah Model Pembelajaran Konstektual

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana dalam mengelola sumber daya mansuia sebagai hewan yang bisa dididik (animal educable), sebagai upaya untuk memanusiakan manusia seutuhnya yang cerdas kompetitif.
Sejalan dengan hal itu. Pada kenyataan dilapangan untuk mencapai tujuan yang ditargetkan tersebut, ternyata tidak semudah lisan berucap, terdapat banyak kedala, halangan dan rintangan yang tentunya hal ini harus senantiasa kita waspadai. Agar tidak menjadi duri pembuat luka atau racun dalam system pendidikan kita.
Pembelajaran sebagai aktualisasi formal praktek pendidikan merupakan salah satu kunci teramat penting perannya. Pembelajaran menjadi variable kuat untuk menunjang sukses tidaknya sebuah sistem pendidikan dilaksanakan. Maka jelas, pembelajaran yang baik akan menunjang pencapaian tujuan yang baik pula, begitu pun sebaliknya.
Pembelajaran harus direncanaan, dikelola, dilaksanakan dan dievaluasi dengan baik. Dalam proses perencanaan dalam pembelajaran, salah satu yang penting untuk diperhatikan adalah kemampuan pelaksana kegiatan pembelajaran dalam mengemas kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini para peneliti pendidikan khususnya pada proses pembejalaran, telah menemukan berbagai metode, dan strategi belejar mengajar yang dianggap baik dan efektif. Salain itu juga kita kenal yang dimaksdu dengan model-model pembelajaran.
Secara umum model-model pembelajaran muncul dan berkembang sejalan dengan sebuah teori belajar yang melandasinya. Yang kemudian akan menjadi sebuah model untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan teori belakjar tertentu. Lebih jelas tentang hal ini akan dibahas selanjutnya.
Sampai saat ini diyakini, bahwa kualitas pembelajaran yang terpola dan terencana dengan baik dan matang termasuk ketepatan memilih dan menggunakan model-model pembelajaran yang digunakan, akan lebih baik disbanding dengan pembelajaran yang terlaksana tanpa rancangan dantidak terpola atau dikenal dengan praktek belajar serampangan.
Maka dari hal itu mempelajari model-model pembelajaran menjadi penting,agar kemudian kita sebagai calon pendidik dan pengajar mampu membuat kemasan pembelajaran yang terkesan menarik, dan menyenangkan, serta mampu memilih dan memutuskan model-model apa saja yang tepat diterapkan, sehingga akan menunjang pencapaian tujuan dari pembelajaran dan pendidikan itu sendiri.
Dalam makalah ini kami akan mencoba memaparkan dan menjelaskan tentang salah satu model pembelajaran yang beebrapa decade ini sedang “ín” dalam dunia pembelajaran, dan konon katanya model ini memiliki beberapa kelebihan disbanding model-model pembelajaran yang lainnya. Adapun model pembelajaran yang kami maksud adalah model pembelajaran konstektual (contextual teaching learning). Semoga pembaca bisa memahaminya secara mendalam, sehingga mampu untuk mengaplikasikannya.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah yang kami susun ini diantaranya:
1. Konsep dasar model pembelajaran konstektual, seperti apa?
2. Apa saja komponan-komponen model pembelajaran konstektual
3. Prinsip-prinsip apa saja yang harus dipegang dalam menggunakan model pembelajaran konstektual?
4. Bagaimanakah scenario pembelajaran konstektual.

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Memenuhi salah satu tugas dosen mata kuliah model-model pembelajaran untuk membuat bahan untuk dipersentasikan dan didiskusikan dikelas.
2. Menambah bahan bacaan, yang akan menjadi bacaan berharga khususnya berkaitan dengan model pembelajaran konstektual.
3. Berlatih menyusun sebuah tulisan ilmiah yang menjadi salah satu karakteristik insane akademisi (mahasiswa dan pelajar)
Manfaat lain yang akan didapatkan, khususnya oleh para pembaca makalah ini adalah:
1. Memahami tentang konsep pembelajaran konstektual
2. Mengetahui komponen-komponen dalam pembelajaran konstektual
3. Memahami prinsip-prinsip pembelajaran konstektual
4. Memahami tentang skenario pembelajaan CTL

1.4 Manfaat Penulisan
Setelah kami menysusun makalah ini, ataupun setelah pembaca membaca makalah ini, maka manfaatnya adalah:
1. Terpenuhinya tugas kelompok dan tersedianya materi persentasi dan diskusi kelas dalam kegiatan perkuliahan model pembelajaran
2. Tersedianya sumber bacaan baru berkaitan dengan materi model pembelajaran konstektual
3. Bagi pembaca, anda akan memahami konsep dasar model pembelajaran konstektual
4. Mengetahui komponen-komponennya
5. Memahami tentang prinsip-prinsip dan
6. Memahami penyususnan scenario pembelajaran konstektual



1.5 Sistematika Penulisan
Sesuai dengan paduan penulisan karya ilmiah dilingkungan Universitas Pendidikan Indonesia, khususnya tentang pedoman penulisan karya ilmiah dalam bentuk makalah, makalah ini disusun dengan menggunakan pedoman yang dimaksud.
Secara umum makalah ini terbagi kedalam 3 bab. Meliputi BAB I pendahuluan, BAB II pembahan materi tentang pembelajaran konstektual, dan pada BAB III berisi kesimpulan dan saran, dari penulisan dan bagi penulisan makalh lain selanjutnya.















BAB II
MODEL PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL

2.1 Konsep Dasar Pembelajaran Konstektual
Definisi pembelajaran Konstektual
Menurut Howey R, Keneth (2001) CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajr dimana siswa menggunakan pemhaman dan kemampuan akadeiknya dalam berbagai konteks dalam dan liar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulative atau pun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Sedangkan menurut Nurhadi (2002), pembelajaran konteksual adalah konsep belajar yang dapat membantu guru untuk mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Sementara itu menurut Johnson (2002). Pembelajaran konstektual (contextual teaching learning) memungkinkan siswa menghubungan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman yang segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang baru.
Dari ketiga pendapat para ahli tersebut, kita bisa mengambil intinya, bahwa yang dinamakan denganpembelajran konstektual adalah pola pembelajaran yang menekankan ada proses interaksi yang simultan antara pengetahuan dalam ranah kognitif yang dihubungkan dengan konstek atau realita dilapangan. Hal ini akan sangat memungkinkan siswa banyak berinteraksi dengan lingkungannya, juga akan melatih kemapuan nalar siswa untuk menjembatani otak dengan lingkungan, dan ini sangat baik untuk melatih kemampuan inquiry siswa.

2.2 Komponen-Komponen Pembelajaran Konstektual
Komponen pembelajaran kontekstual meliputi :
1. Making meaningful connections yaitu menjalin hubungan-hubungan yang bermakna
2. Doing significan work yaitu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti
3. Self-regulated learning yaitu melakukan proses belajar yang diatur sendiri
4. Collaborating yaitu mengadakan kalaborasi
5. Critical and creatif thinking yaitu berfikir kritis dan kreatif
6. Nurturing the individual yaitu memberi layanan secara individual
7. Reaching high standards yaitu mengupayakan pencapaian standar yang tinggi
8. Using authentic assessment yaitu menggunakan assesmen otentik
2.3 Prinsip-Prinsip dalam Pembelajaran Konstektual
Dalam pembelajaran kontekstual ada 7 prinsip pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru yaitu : 1. Konstruktivisme, 2. Menemukan (inquiry), 3. Bertanya, 4. Masyarakat belajar, 5. Pemodelan, 6. Refleksi dan 7. Penilaian sebenarnya.
CTL, sebagai model dalam implementasinya tentu saja memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep dan prinsip CTL.
Setiap model pembelajaran, disamping memiliki unsur kesamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu. Hal ini karena setiap model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja berimplikasi pada adanya perbedaan tertentu pula dalam membuat disain (skenario) yang disesuaikan dengan model yang akan diterapkan.
Pembelajaran kontekstual memiliki 7 prinsip yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu :
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Batasan konstruktivisme di atas memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata.
Oleh karena dalam CTL, strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa.
Hasil penelitian ditemukan bahwa pemenuhan terhadap kemampuan penguasaan teori berdampak positif untuk jangka pendek, tetapi tidak memberikan sumbangan yang cukup baik dalam waktu jangka panjang. Implikasi bagi guru dalam mengembangkan tahap konstruktivisme ini terutama dituntut kemampuan untuk membimbing siswa mendapatkan makna dari setiap konsep yang dipelajarinya.
Pembelajaran akan dirasakan memiliki makna apabila secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh para siswa itu sendiri. Oleh karena itu, setiap guru harus memiliki bekal wawasan yang cukup luas, sehingga dengan wawasannya itu ia selalu dengan mudah memberikan ilustrasi, menggunakan sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk aktif mencari dan melakukan serta menemukan sendiri kaitan antara konsep yang dipelajari dengan pengalamannya. Dengan cara itu, pengalaman belajar siswa akan memfasilitasi kemampuan siswa untuk melakukan transformasi terhadap pemecahan masalah lain yang memiliki sifat keterkaitan, meskipun terjadi pada ruang dan waktu yang berbeda.
2. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan, telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and discovery (mencari dan menemukan). Tentu saja unsur menemukan dari kedua pembelajaran (CTL dan inquary and discovery) secara prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama yaitu secara individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing.
Hasil pembelajaran merupakan hasil dan kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih tahan lama diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan sepenuhnya merupakan pemberian dari guru. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar bisa menemukan pengalaman belajarnya sendiri, berimplikasi pada strategi yang dikembangkan oleh guru.
3. Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atas kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. Seperti pada tahapan sebelumnya, berkembangnya kemampuan dan keinginan untuk bertanya, sangat dipengaruhi oleh suasana pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain tugas bagi guru adalah membimbing siswa melalui pertanyaan yang diajukan untuk mencari dan menemukan kaitan antara konsep yang dipelajari dalam kaitan dengan kehidupan nyata.
Jika dengan pengembangan bertanya produktivitas pembelajaran akan lebih tinggi, karena dengan bertanya, maka : 1. Dapat menggali informasi, baik aministrasi maupun akademik, 2. Mengecek pemahaman siswa, 3. Membangkitkan respon siswa, 4. Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa, 5. Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, 6. Memfokuskan perhatian siswa, 7. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa dan 8. Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
4. Masyarakat belajar (Learning community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing). Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling memberi dan menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam learning community dikembangkan.
Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar dalam CTL sangat dimungkinkan dan di buka dengan luas memanfaatkan masyarakat belajar lain di luar kelas. Setiap siswa semestinya dibimbing dan diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya disekat oleh masyarakat belajar di dalam kelas akan tetapi sumber manusia lain di luar kelas (keluarga dalam masyarakat). Ketika kita dan siswa dibiasakan untuk memberikan pengalaman yang luas kepada orangf lain, maka saat itu pula kita atau siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari komunitas lain.
5. Pemodelan (Modeling)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi, tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beraneka ragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap, dan ini yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memnuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi yang dimiliki oleh para guru.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri.
Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dunia nyata yang dihadapinya akan mudah diaktualisasikan manakala pengalaman belajar itu telah terinternalisasi dalam setiap jiwa siswa dan disinilah pentingnya menerapkan unsur refleksi pada setiap kesempatan pembelajaran.
7. Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment)
Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagi perwujudan dari penerapan penilian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pemngalaman belajar setiap siswa.
Guru dengan cermat akan mengetahui kemajuan, kemunduran dan kesulitan siswa dalam belajar, dan dengan itu pula guru akan memiliki kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan proses bimbingan belajar dalam langkah selanjutnya.
Proses belajar dengan menggunakan CTL harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik : 1. Kerjasama, 2. Saling menunjang, 3. Menyenagkan dan tidak membosankan, 4. Belajar dengan bergairah, 5. Pembelajarn terintegrasi, 6. Menggunakan berbagai sumber, 7. Siswa aktif, 8. Sharing dengan teman, 9. Siswa kritis guru aktif, 10. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa (peta-peta, gambar, artikel).

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yaitu dalam bentuk skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam program tersebut harus tercermin penerapan dari ktujuh komponen CTL dengan jelas, sehingga setiap guru memiliki persiapan yang utuh mengenai rencna yang akan dilaksanakan dalam membimbing kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Program pembelajaran kontektual hendaknya :
1. Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pertanyaan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar.
2. Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya.
3. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan
4. Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam melakukan proses pembelajarannya
5. Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat berlangsungnya (proses) maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.

2.3 Skenario Pembelajaran Konstektual
Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain (skenario) pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaanya. Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Langkah pertama, mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna dengan apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus akan dimilikinya
2. Langkah kedua, melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajrkan’
3. Langkah ketiga, mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan
4. Langkah keempat, menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya
5. Langkah kelima, menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya
6. Langkah keenam, membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
7. Langkah ketujuh, melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yaitu dalam bentu skenario tahp demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam program tersebut harus tercermin penerapan dari ketujuh komponen CTL dengan jelas, sehingga guru memiliki persiapan yang utuh engenai rencana yang akan dilaksanakan dalam membimbing kegiatan nelajar-mengajar di kelas.
Secara umum, tidak ada perbedaan mendasar antara format program pembelajaran konensional seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guru selama ini. Adapun yang membedakannya, terletak pada penekanannya, dimana pada model konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sementara program pembelajaran CTL lebih menekankan pada skenario pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap-demi tahap yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya mncapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANYA JAWAB TENTANG KURIKULUM

Ence Surahman (0800201) Mhs. Konsentrasi Pendidikan Guru TIK Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 1. Dari penelusuran saudara mengenai pengertian kurikulum dari berbagai sumber, jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat: a. Jelaskan dimensi-dimensi pengertian kurikulum yang saudara ketahui! Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran yang disusun oleh tim dosen MKDU Kurikulum Pembelajaran, dan juga dari berbagai artikel-artikel di internet yang membahas tentang dimensi-dimensi kurikulum, dapat saya tuliskan sebagaimana berikut ini: 1. Dimensi kurikulum sebagai suatu gagasan (Ide), mengandung makna bahwa kurikulum adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya 1, saya tambahkan bahwa yang dimaksud kurikulum sebagi ide itu adalah dalam termuat maksud bahwa kurikulum berdasarkan hasil penelitian, analisis, pengamatan dan pengalaman sebagai sumber gagasan dan pemiki

Tanya Jawab Seputar Inovasi Pendidikan

By: Ence Surahman 1. Jelaskan pengertian; Invensi, diskoveri dan inovasi dengan contohnya masing-masing! Jawab: Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia. Contohnya penemuan dalam bidang pendidikan, meliputi teori-teori belajar, atau penemuan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya komputer dalam membantu memudahkan aktivitas manusia. Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, hanya belum diketahui orang. Contohnya penemuan benua, pada dasarnya benuanya sudah ada, hanya baru ditemukan oleh seseorang dan baru dipublikasikan. Atau penemuan palung laut yang terdalam, sebelumnya palung itu sudah ada. Namun karena belum ditemukan jadinya belum diketahui khalayak dan setelah ditemukan barulah bisa diketahui oleh orang banyak. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),

SOAL DAN JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

DIJAWAB OLEH: ENCE SURAHMAN (0800201) MAHASISWA SEMESTER IV KONSENTRASI PENDIDIKAN GURU TIK  PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2010   SOAL DAN JAWABAN.  1. Proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong dan membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan secara berpikir ilmiah serta menanamkan tugas saudara, Jelaskan model pembelajaran apa ( dapat lebih dari satu) yang dapat membentuk kemampuan siswa tersebut, dikaji dari) 1. Konsep, 2, karakteristik dan filsafatnya 4, tingkat (usia) berapa tahun sebaiknya siswa menguasi kemampuan tersebut Jawaban: Model-model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir ilmiah siswa. a. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM)/ (Learning Basic Problem Model) Pembelajaran berbasis masalah adalah pola pembelajaran individu yang menuntut individu itu untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam menggunakan intelegensinya untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan konste